KEDARURATAN
SYSTEM MUSKULOSKELETAL
A. PENGKAJIAN
1. SURVEY PRIMER (RESUSITASI)
2. SURVEY SEKUNDER
a.
D : disability/ neurological
b.
E : exposure
c.
F : freezing/fahrenheit
d.
G : get vitals
e.
H : head to toe history
f.
I : Inspect the posterior surface
3. PSIKOLOGIS, SOSIAL DAN FAKTOR
LINGKUNGAN
a.
Riwayat syndrom overuse
1)
Aksi /
kegiatan yang berulang-ulang
2)
Penggunaan
kekuatan yang berlebih
3)
Tekanan langsung (pada siku, lutut)
4)
Vibrasi
b.
penyakit
yang diderita saat ini
1) Infeksi (kemungkinan menyebabkan septik
artritis atau osteomyeliti: infeksi streptokokus, infeksi saluran kemih,
saluran nafas, telinga, cerna)
4. Survey fokus
a.
Data
subjektif
1) Riwayat kondisi saat ini
a)
Trauma
(1) Mekanisme injuri, gejala, durai
(2) Faktor pencetus
(3) Faktor yang meringankan gejala
b)
Nyeri
(PQRST)
c)
Gejala
yang berkaitan
(1) perubahan neurovaskuler
(2) kemampuan mengangkat beban
(3) ROM
(4) Kelemahan
d)
massa atau daerah yang bengkak (ukuran, lokasi,
gejala)
2) Riwayat medis
a)
Penyakit
kronis
(1) anemia, perdarahan, defisiensi pembekuan
(2) kondisi kardiovaskuler
(3) DM
(4) Arthritis, degeneratif, rematik
(5) Peradangan akut
b)
Status
kesehatan sekarang
(1) injury saat ini / masalah yang berkaitan
dengan extremitas
(2) alergi
(3) pengobatan
(4) kehamilan
(5) defisiensi vitamin
b.
Data
objektif
1) Pemeriksaan fisik
a)
Inspeksi
(1) Kedua sisi tubuh:
simetri,ukuran alignment
(2) Kulit dan jaringan unak
(a)
Perubahan
warna
(b) Ecchymosis
(c)
Deformitas
(d) Massa otot (hipertropi/atropi)
(e)
Scar
(3) Sendi
(a)
Deformitas
(b)
Pembengkakan
(c)
Kemerahan
(d)
Rom
(e)
Rotasi
b)
Palpasi
(1) Kulit dan jaringan lunak
(a)
suhu
(b)
bengkak
dan pitting edema
(2) Tonus otot (meningkat/menurun)
(3) Kekuatan otot
(a)
minta pasien untuk menggerakan dengan tahanan
(b)
skala
0-5
0 = paralysis
1 = kontraktility sedikit & tidak ada pergerakan sendi
2 = pergerakan aktif, tidak dapat melawan
gravitasi
3 = pergerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4 = pergerakan aktif, dapat melawan gravitasi dan tahanan
5 = pergerakan aktif, dapat melawan tahanan secara penuh
(4) Reflex tendon dalam
(a)
kaji
reflek utama (bisep, trisep, bracioradialis, patela, archiles)
(b)
grade:
0, tidak ada; +1, dibawah normal; +2 rata-rata; +3, lebih kuat dari normal; +4
(clonus)
(5) Sendi
(a)
suhu
(b)
nyeri
(c)
krepitasi
waktu bergerak
(d)
pasif ROM
(6) Tulang
(a)
deformitas,
krepitasi, tendernes
2) Prosedur diagnostik
a)
Radiology
(1) foto rontgen
(2) CT scan
(3) Angiografi
(4) MRI
b)
Laboratorium
B.
Analisis: diagnosa keperawatan
1. Intoleran aktivitas
2. Cemas / takut
3. Gangguan mobilitas fisik
4. Gangguan integritas kulit
5. Kurangnya pengetahuan
6. Nyeri
7. Resiko injuri
8. Perubahan perfusi jaringan
C.
Perencanaan / intervensi
1. Tentukan prioritas perawatan
c.
Mengendalikan
jalan nafas, pernafasan, sirkulasi
d.
Kaji
kondisi yang mengancam kehidupan
e.
Kaji
hipovolemia
f.
Yakinkan
adequat urin output
g.
Cegah
infeksi
h.
Kendalikan
nyeri
i.
Cegah
komplikasi
j.
Persiapan
untuk prosedur operasi
2.
Membangun
rencana keperawatan yang spesifik untk pasien gawat darurat
STRAIN DAN SPRAIN
Injuri pada struktur di sekitar sendi
biasanya karena regangan yang berlebih atau adanya kekuatan yang tiba-tiba. Hal
ini mengakibatkan penarikan terhadap struktur yang menyebabkan robeknya otot
atau tendon. Sprain merupakan regangan, lepasnya, atau robeknya ligament
pelindung, strain merupakan lepasnya atau robeknya otot/tendon dari tulang.
Injuri dapat menimbulkan nyeri, ketidakmampuan menahan beban berat, bengkak
pada daerah yang terkena. Strain dan sprain biasanya jarang terjadi pada
bayi/anak. Atlit dan pasien obesitas yang melakukan latihan fisik beresiko
terhadap jenis injuri ini.
- Tingkat pertama : robekan minor pada
serabut, bengkak minimal, ketidaknyamanan minimal, tidak ada/minor
eccymosis
- Tingkat kedua: robekan sebagian, sendi
masih intack, bengkak lebih berat, tampak eccymosis
- Tingkat ketiga: kerusakan sempurna pada
ligament, sendi mungkin terbuka, bengkak minimal sampai berat, terpisahnya
otot dengan otot, otot dengan tendon, tendon dengan tulang.
1.
Pengkajian
a. Data subjektif
1)
Riwayat
kondisi saat ini
a)
Tiba-tiba
ada peregangan, kekuatan berebih terhadap sndi
b)
Nyeri
sendi
2)
Riwayat
medis
a) Injury, pembedahan, atau masalah dengan
sendi
b) Reumatoid arthritis
c) Injeksi steroid
d) Pengobatan saat ini
b. Data objektif
1)
Pemeriksaan
fisik pada sendi yang terkena
a) Inspeksi: penampilan umum: bengkak,
deformitas, eccymosis
b) Palpasi: bengkak, tenderness
c) Kehilangan fungsi motorik
d) Perubahan rasa
c. Prosedur diagnostik
1)
Radiologi
2.
Analisis: Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri b.d. Peradangan dan kerusakan jaringan
b.
Gangguan
mobilitas fisik b.d. Nyeri
c.
Perubahan perfui jaringan perifer b.d. Edema jaringan
d.
Kurangnya pengetahuan b.d. Prosedur pengobatan
3.
Perencanaan/Intervensi
RICE : rest, ice, compression, elevation
a.
Istirahatkan
sendi yang terkena
b.
Lakukan
kompres es sekitar 20 menit
c.
Gunakan
balutan elastis verban untuk mengurangi bengkak
d.
Tinggika
daerah yang terkena untuk mengurangi bengkak
e.
Pengobatan
sesuai indikasi: analgetik, antiinflamasi
DISLOKASI
Dislokasi terjadi ketika bagian permukaan artikular tulang yang membentuk
sendi tidak lagi tersambung dan kehilangan posisi anatomisnya. Ujung tulang
dapat bergerak karena kelemahan secara kongenital, penyakit yang mempengaruhi
struktur artikular dan periartikular, dan berkaitan dengan trauma. Dislokasi
berkaitan dengan kondisi emergensi karena bahaya injury terhadap kerusakan
saraf dan pembuluh darah dalam bentuk kompresi, peregangan dan iskemia.
Dislokasi digambarkan dalam istilah segment distal dalam kaitannya dengan
segment proximal. Subluksasi sendi terjadi ketika beberapa permukaan artikular
masih menempel tapi tidak sempurna. Seseorang yang di duga atau diketahui
adanya injury ortopedik sebaiknya dikaji dengan hati-hati apakah fraktur atau
dislokasi. Jika seseorang diduga maka tungkai sebaiknya dibelat, pengkajian
neurovasuler dilakukan, radiografik, dan injuri di kurangi sesegera mungkin.
1.
Pengkajian.
a. Data subjektif
1)
Riwayat
kondisi saat ini
a)
Laporan
tentang penyebab terjadinya dislokasi
b)
Gejala
sejak dislokasi: nyeri, ganguan neurovaskuler
c)
Pengobatan
awal
(1)
Teknik
immobilisasi
(2)
Percobaan
untuk mereduksi
(3)
Penggunaan
es dan elastik verban
(4)
Pengobatan
yang digunakan
2)
Riwayat
medis
a)
Pembedahan
dan injury sebelumnya
b)
Dislokasi
sebelumnya
b. Objektif
1)
Pemeriksaan
fisik
a) Inspeksi
(1)
Deformitas
yang tampak pada sendi yang terkena
(2)
Kehilangan
mobilitas
b) Palpasi
(1)
tenderness
(2)
deformitas
(3)
nadi
(4)
ROM
(5)
Kekuatan
otot
(6)
Pengkajian
neurologis
2)
Prosedur
diagnostik
a) Radiograf
2.
Analis: diagnosa keperawaan
a.
Nyeri b.d. Penekanan terhadap neurovaskuler dan dislokasi
b.
Gangguan mobilitas fisik b.d. Dislokasi dan nyeri
c.
Resiko
injury: disfungsi neurovaskuler perifer b.d. Dislokasi, injury vaskuler, saraf
dan bengkak
d.
Cemas b.f. Nyeri, metode pengobatan
e.
Kurang
pengetahuan b.d. Prosedur pengobatan
3.
Perencanaan Dan Pelaksanaan
a. Tentukan fungsi neruvaskuler bagian distal
b.
Immobilisasi sendi untuk mencegah injuri lebih lanjut
c. Tinggikan sendi
d. Berikan es untuk mengurangi bengkak
e. Persiapkan untuk reduksi
FRAKTUR
Fraktur didefinisikan sebagai
rusaknya/terputusnya kontinuitas tulang. Putusnya tulang dapat disebabkan oleh
tindakan yang berulang pada tulang atau kekuatan yang signifikan pada tulang,
atau mungkin akibat dari tekanan yang berulang tiap hari pada sebuah tulang
yang mengalami kelemahan akibat proses patologis(fraktur patologis). Fraktur
dapat diklasifikasikan menjadi fraktur terbuka dan tertutup. Trauma merupakan
faktor utama penyebab fraktur. Mekanisme injury meliputi kecelakaan lalu
lintas, pejalan kaki tertabrak kendaraan, tabrakan motor, jatuh dan olah raga.
Fraktur terbuka memungkinkan pasien menghadapi masalah kontaminasi luka,
infeksi yang menyebabkan kerusakan pada vaskulerisasi tulang. Injury yang
hancur menjadi perhatian khusus karena terdapat kerusakan yang hebat pada
sekitar jaringan lunak. Anak-anak mempunyai resiko fraktur yang sedikit karena
elastisitas dari struktur tulang mereka. Lansia lebih beresiko terhadap fraktur
karena struktur tulang berubah berkaitan dengan proses penuaan dan penyakit
metabolik. Tujuan dari pengobatan fraktur adalah untuk memperbaiki kelurusan
tulang dan fungsi serta mengurangi kecacatan.
1.
Pertimbangan Umum
a.
Tampak adanya kerusakan pada pemeriksaan radiologi
1) Transverse
2) Obliq
3) Spiral
4) Comminuted
b.
Kerusakan
jaringan lunak
1)
fraktur tertutup (simple fraktur) tidak memyebabkan kerusak
kulit
2)
fraktur terbuka (compound fraktur) diikuti dengan kerusakan
kulit
2.
Pengkajian
a.
Data
subjektif
1)
Riwayat
kondisi saat ini
a)
Mekanisme injury dan perkiraan kekuatan ( jarak jatuh,,
permukaan jatuh)
b)
Arah
kekuatan
c)
Nyeri
d)
Injury
yang berkaitan
e)
Terbatasnya
rom
f)
Penggunaan
alkohol dan obat-obatan
2)
Riwayat
medis
a)
Injury
dan pembedahan sebelumnya
b)
Pengobatan
saat ini
c)
Penyakit
kronis (DM)
d)
Status
nutrisi
e)
Penggunaan
produk rokok
f)
Imunisasi
tetanus
g)
Penggunaan
kortikosteroid (menghambat penyembuhan)
b.
Data
objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
(1)
Deformitas
(2)
Bengkak,
pucat
(3)
Nyeri
pada saat di palpasi
(4)
Spasme
otot
(5)
Integritas kulit (abrasi, kontusio, luka terbuka)
(6)
Fraktur
terbuka
b) Palpasi
(1)
Mobilitas abnormal di atau antara sendi
(2)
Krepitasi
(3)
Nyer diatas dan di bawah sendi
(4)
Pengkajian
vaskuler: kaji nadi
(5)
Pengkajian
neurologis: kaji sensasi, kekuatan motorik
c) Alat immobilisasi sebaiknya diperiksa
apakah terlalu ketat
d) Status neurovaskuler sebaiknya diperiksa
sebelum dan sesudah tindakan
2) Prosedur diagnostik
a) Radiologi
b) CT scan
c) Angiografi
d) MRI
3.
Analisis: diagnosa keperawatan
a.
Gangguan perfusi jaringan periferb.d. Edema dan kemungkinan
injury vaskuler
b.
Defissit volme cairan b.d kehilangan darah
c. Nyeri b.d. Injury, bengkak, kemungkinan
injury saraf, iskemia
d. Resiko injury: fungsi neurovaskuler perifer
b.d. Fraktur, injury saraf
e. Integritas kulit terganggu b.d. Injury
jaringan lunak, fraktur terbuka
f.
Resiko infeksi b.d. Fraktur terbuka dan kerusakan intgritas
kulit
g. Gangguan mobilitas fisik b.d. Nyeri
h. Cemas/takut b.d. Nyeri , implikasi terhadap
gaya hidup
4.
Perencanaan/intervensi
a.
Immobilisasi
b.
Pemakaian
anti shock
c.
Pertahankan
pemberian cairan iv
d.
Meninggikan
bagian fraktur untuk mengurangi bengkak
e.
Gunakan
kompres dingin untuk mengurangi bengkak
f.
Jika fraktur terbuka, cegah infeksidengan, antibiotik, tutup
dengan balutan steril,
g.
Jika fraktur tertutup, reduksi di lakukan di baguan emergency
h.
Berikan
pengobatan sesuai indikasi: analgetik
PERDARAHAN AKIBAT FRAKTUR
Kehilangan darah berkaitan dengan
fraktur bervariasi mulai dari ringan sampai berat atau mengancam kehidupan.
Perdarahan mungkin nampak (fraktur terbuka) atau tersembunyi, kecuali pada
tanda pembengkakan jaringan lunak, dan mungkin berlangsung 24 – 72 jam setelah injury.
Jika pasien telah hypovolemi dari penyebab lain atau cenderung perdarahan
karena disfungsi pembekuan, kehilangan darah akan menjadi sangat besar.
1.
Pengkajian
a. Data subjektif
1)
Riwayat
fraktur
2)
Riwayat
medis: kemungkinan meningkatnya kehilangan darah: gangguan perdarahan, anemia,
penggunaan alkohol, pengobatan(antikoagulan)
3)
Hypothermia,
faktor lingkungan
b.
Data
objektif
1)
Pemeriksaan
fisik
a) Lamanya injury
b) Pemeriksaan vaskuler pada extremitas
Perkiraan kehilangan darah pada fraktur
Area tubuh
|
Kehilangan volume (Liter)
|
Humerus
|
1-2
|
Siku
|
0,5-1,5
|
Lengan bawah
|
0,5-1
|
Pelvis
|
1,5-4,5
|
Hip
|
1,5-2,5
|
Femur
|
1-2
|
Lutut
|
1-1,5
|
Tibia
|
0,5-1,5
|
Ankle
|
0,5-1,5
|
2)
Prosedur
diagnostik
2.
Analisis: Diagnosa Keperawatan
3.
Perencanaan/Intervensi
a.
Memelihara
jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi
b.
Tambahan
oksigen
c.
Berikan
cairan IV
d.
Immobilisasi
untuk mengurangi kehilangan darah
e.
Pakai
anti shock
f.
Tinggikan
untuk mengurangi kehilangan darah
g.
Gunakan
es untuk membantu vasokonstriksi
SYNDROME EMBOLI
LEMAK
Setelah fraktur atau pembedahan tulang,
percikan lemak kecil mungkin nampak pada darah. Awalnya lemak tidak diketahui,
tetapi secara teori hal ini diakibatkan dari tempat fraktur atau dari perubahan
tabilitas lemak berkaitan dengan stress trauma. Percikan lemak dapat masuk
kedalam sirkulasi dan menyebabkan sumbatan pembuluh darah otak, ginjal, paru,
atau organ lainnya. Pasien yang mengalami fraktur pada tulang yang panjang dan
fraktur pelvis beresiko terhadap syndrom emboli lemak yang umumnya terjadi pada
24-48 jam setelah injury. Insiden emboli lemak pada fraktur tulang panjang sekitar
0,5-2% dan 5-10% pada multiple fraktur berkaitan dengan fraktur pelvis. Syndrom
emboli lemak merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas setelah trauma
muskuloskeletal.
1.
Pengkajian
a.
Data
subjektif
1)
Riwayat
kondisi saat ini
a)
Fraktur
atau pembedahan pada tulang panjang 24-72 jam sebelum timbulnya gejala
b)
Umumnya
terjadi pada pasien dengan multiple injury/fraktur tulang panjang
2)
Keluhan
utama
a)
Tachypnea
b)
Tachycardia
c)
Hypoxemia
d)
Demam
(38-40o c)
e)
Petechiae
f)
Perubahan
status mental
b.
Data
objektif
1)
Pemeriksaan
Fisik
a) System respirasi: tachypnea, hemoptysis,
batuk, cracles cyanosis
b) Fungsi serebral: tingkah laku tidak
biasa,perubahan tingkat kesadaran
c) Fungsi renal: hematuri, oliguria
g) Demam (38-40o c)
d) Petechiae
2)
Prosedur
diagnostik
a)
Radiologi
dada
b)
EKG
c)
AGD
d)
Oksimetri
e)
Percikan
lemak pada urin
f)
Thrombocitopenia
(platelet < 50.000/mm3)
2.
Analisis: Diagnosa Keperawatan
a.
Perubahan
perfusi jaringan cardiopulmonal, serebral, dan renal b.d. Lokasi emboli
b.
Gangguan pertukaran gas b.d. Sumbaran pembuluh darah
c.
Tidak efektifnya pola nafas b.d. Gangguan pertukaran gas
d.
Cemas/takut
b.d. Beratnya gejala dan prognosis
3.
Perencanaan/intervensi
a.
Berikan
oksigen dengan aliran yang tinggi
b.
Ventilasi
mekanik
c.
Penggantian
cairan lewat iv
d.
Inotropik
support
e.
Kortikosteroid
iv
f.
Berikan dukungan pada pasien dan keluarga untuk bertanya dan
mendisjusikan masalah
SYNDROM KOMPARTEMEN
Ekstremitas memiliki banyak
kompartemen yang membungkus otot, saraf, dan pembuluh darah. Semuanya dibungkus
oleh fascia yang merupakan membran kuat dan tidak elastis. Syndrom kompartemen
terjadi ketikameningkatnya tekanan kompartemen karen kekuatan dari dalam atau
dari luar. Meningkatnya tekanan internal akibat dari perdarahan didaam
kompartemen dan pembengkakan jaringan lunak. Tekanan external meliputi balutan
yang kaku, anti shock. Bila tekanan intrakompartemen meningkat maka struktur
vaskuler dan saraf jadi terganggu. Diawali oleh rendahnya aliran,
microsirkulasi tersumbat, edema, selanjutnya meningkatkan tekanan intra
kompartemen.
Syndrom
kompartemen cenderung terjadi lebih sering pada lengan bawah, tangan, tungkai
bawah, dan kaki. Jarang terjadi pada lengan atas dan tungkai atas karena
besarnya ukuran komparemen yang mengakomodasi besarnya volume.
1.
Pengkajian
a. Data subjektif
1) Riwayat kondisi saat ini
a)
Injury
pada extremitas: fraktur, kompresi yang lama, injury vaskuler, luka bakar,
hypothermia,
b)
Pembedahan
terbaru
c)
Pengguanaan
balutan antishock
d)
Taus
hidrasi: hidrasi turun cenderung syndrom kompartemen
2) Riwayat medis
a)
Hemophilia
b)
Nefrotik
syndrom
c)
Disfungsi
saraf
b. Data objektif
1)
Pemeriksaan fisik
a)
Nyeri
b)
Parestesia
c)
Paralisis
d)
Pucat
c. Prosedur diagnostik
1)
Pengukuran
tekanan kompartemen: tekanan samp[ai 10 mmhg (N) , 30-40 mmhg cenderung
menimbulkan gejala klinik
2)
Laboratorium:
urin untuk myoglobinuria, enzim darah: kreatine kinase, laktate dehidrogenase,
SGOT
2.
Analisis: diagnosa keperawatan
a.
Perubahan
perfusi jaringan b.d. Meningkatnya tekanan intrakompartemen
b.
Nyeri b.d. Meningkatnya tekanan intrakompartemen dan iskemia
jaringan
c.
Cemas/takut
b.d. Prosedur yang tidak diketahui
3.
Perencanaan/Intervensi
a.
Hilangkan
selruh bentuk penekanan luar
b.
Hindari intervensi yang akan mengganggu sirkulasi
c.
Hidari
pemakaian es
d.
Hindari
tindakan meninggikan tungkai yang berlebih
e.
Persiapkan
dan bantu untuk mereduksi fraktur
f.
Berikan
analgetik sesuai indikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar