Pages




PANDUAN DOWNLOAD

PANDUAN >> KLIK PILIHAN ANDA KEMUDIAN TUNGGU IKLAN 6 DETIK DAN KLIK SKIP

Rabu, 11 Desember 2013

GAWAT DARURAT SYSTEM MUSKULUS SKELETAL


KEDARURATAN SYSTEM MUSKULOSKELETAL


A.     PENGKAJIAN

1.     SURVEY PRIMER (RESUSITASI)
2.     SURVEY SEKUNDER
a.     D : disability/ neurological
b.     E : exposure
c.     F : freezing/fahrenheit
d.     G : get vitals
e.     H : head to toe history
f.       I : Inspect the posterior surface

3.      PSIKOLOGIS, SOSIAL DAN FAKTOR LINGKUNGAN
a.     Riwayat  syndrom overuse
1)     Aksi / kegiatan yang berulang-ulang
2)     Penggunaan kekuatan yang berlebih
3)     Tekanan langsung (pada siku, lutut)
4)     Vibrasi

b.      penyakit yang diderita saat ini
1)      Infeksi (kemungkinan menyebabkan septik artritis atau osteomyeliti: infeksi streptokokus, infeksi saluran kemih, saluran nafas, telinga, cerna)

4.      Survey fokus
a.       Data subjektif
1)      Riwayat kondisi saat ini
a)      Trauma
(1)   Mekanisme injuri, gejala, durai
(2)   Faktor pencetus
(3)   Faktor yang meringankan gejala
b)      Nyeri (PQRST)
c)      Gejala yang berkaitan
(1)   perubahan neurovaskuler
(2)   kemampuan mengangkat beban
(3)   ROM
(4)   Kelemahan
d)      massa atau daerah yang bengkak (ukuran, lokasi, gejala)
2)      Riwayat medis
a)      Penyakit kronis
(1)   anemia, perdarahan, defisiensi pembekuan
(2)   kondisi kardiovaskuler
(3)   DM
(4)   Arthritis, degeneratif, rematik
(5)   Peradangan akut

b)      Status kesehatan sekarang
(1)   injury saat ini / masalah yang berkaitan dengan extremitas
(2)   alergi
(3)   pengobatan
(4)   kehamilan
(5)   defisiensi vitamin
b.      Data objektif
1)      Pemeriksaan fisik
a)      Inspeksi
(1)   Kedua sisi tubuh: simetri,ukuran alignment
(2)   Kulit dan jaringan unak
(a)   Perubahan warna
(b)  Ecchymosis
(c)   Deformitas
(d)  Massa otot (hipertropi/atropi)
(e)   Scar
(3)   Sendi
(a)    Deformitas
(b)   Pembengkakan
(c)    Kemerahan
(d)   Rom
(e)    Rotasi
b)      Palpasi
(1)   Kulit dan jaringan lunak
(a)    suhu
(b)   bengkak dan pitting edema
(2)   Tonus otot (meningkat/menurun)
(3)   Kekuatan otot
(a)    minta pasien untuk menggerakan dengan tahanan
(b)   skala 0-5
0 = paralysis
1 = kontraktility sedikit & tidak ada pergerakan sendi
2 = pergerakan aktif, tidak dapat melawan gravitasi
3 = pergerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4 = pergerakan aktif, dapat melawan gravitasi dan tahanan
5 = pergerakan aktif, dapat melawan tahanan secara penuh
(4)   Reflex tendon dalam
(a)    kaji reflek utama (bisep, trisep, bracioradialis, patela, archiles)
(b)   grade: 0, tidak ada; +1, dibawah normal; +2 rata-rata; +3, lebih kuat dari normal; +4 (clonus)
(5)   Sendi
(a)    suhu
(b)   nyeri
(c)    krepitasi waktu bergerak
(d)    pasif ROM
(6)   Tulang
(a)    deformitas, krepitasi, tendernes

2)      Prosedur diagnostik
a)      Radiology
(1)   foto rontgen
(2)   CT scan
(3)   Angiografi
(4)   MRI
b)      Laboratorium

B.     Analisis: diagnosa keperawatan

1.      Intoleran aktivitas
2.      Cemas / takut
3.      Gangguan mobilitas fisik
4.      Gangguan integritas kulit
5.      Kurangnya pengetahuan
6.      Nyeri
7.      Resiko injuri
8.      Perubahan perfusi jaringan

C.     Perencanaan / intervensi

1.       Tentukan prioritas perawatan
c.     Mengendalikan jalan nafas, pernafasan, sirkulasi
d.     Kaji kondisi yang mengancam kehidupan
e.     Kaji hipovolemia
f.       Yakinkan adequat urin output
g.     Cegah infeksi
h.     Kendalikan nyeri
i.       Cegah komplikasi
j.       Persiapan untuk prosedur operasi
2.        Membangun rencana keperawatan yang spesifik untk pasien gawat darurat



STRAIN DAN SPRAIN


Injuri pada struktur di sekitar sendi biasanya karena regangan yang berlebih atau adanya kekuatan yang tiba-tiba. Hal ini mengakibatkan penarikan terhadap struktur yang menyebabkan robeknya otot atau tendon. Sprain merupakan regangan, lepasnya, atau robeknya ligament pelindung, strain merupakan lepasnya atau robeknya otot/tendon dari tulang. Injuri dapat menimbulkan nyeri, ketidakmampuan menahan beban berat, bengkak pada daerah yang terkena. Strain dan sprain biasanya jarang terjadi pada bayi/anak. Atlit dan pasien obesitas yang melakukan latihan fisik beresiko terhadap jenis injuri ini.
  • Tingkat pertama : robekan minor pada serabut, bengkak minimal, ketidaknyamanan minimal, tidak ada/minor eccymosis
  • Tingkat kedua: robekan sebagian, sendi masih intack, bengkak lebih berat, tampak eccymosis
  • Tingkat ketiga: kerusakan sempurna pada ligament, sendi mungkin terbuka, bengkak minimal sampai berat, terpisahnya otot dengan otot, otot dengan tendon, tendon dengan tulang.

1.      Pengkajian
a.       Data subjektif
1)      Riwayat kondisi saat ini
a)     Tiba-tiba ada peregangan, kekuatan berebih terhadap sndi
b)     Nyeri sendi
2)      Riwayat medis
a)      Injury, pembedahan, atau masalah dengan sendi
b)      Reumatoid arthritis
c)      Injeksi steroid
d)      Pengobatan saat ini
b.      Data objektif
1)      Pemeriksaan fisik pada sendi yang terkena
a)      Inspeksi: penampilan umum: bengkak, deformitas, eccymosis
b)      Palpasi: bengkak, tenderness
c)      Kehilangan fungsi motorik
d)      Perubahan rasa
c.       Prosedur diagnostik
1)      Radiologi

2.      Analisis: Diagnosa Keperawatan
a.      Nyeri b.d. Peradangan dan kerusakan jaringan
b.     Gangguan mobilitas fisik b.d. Nyeri
c.      Perubahan perfui jaringan perifer b.d. Edema jaringan
d.     Kurangnya pengetahuan b.d. Prosedur pengobatan

3.      Perencanaan/Intervensi
RICE : rest, ice, compression, elevation
a.      Istirahatkan sendi yang terkena
b.     Lakukan kompres es sekitar 20 menit
c.      Gunakan balutan elastis verban untuk mengurangi bengkak
d.     Tinggika daerah yang terkena untuk mengurangi bengkak
e.      Pengobatan sesuai indikasi: analgetik, antiinflamasi



DISLOKASI


Dislokasi terjadi ketika bagian  permukaan artikular tulang yang membentuk sendi tidak lagi tersambung dan kehilangan posisi anatomisnya. Ujung tulang dapat bergerak karena kelemahan secara kongenital, penyakit yang mempengaruhi struktur artikular dan periartikular, dan berkaitan dengan trauma. Dislokasi berkaitan dengan kondisi emergensi karena bahaya injury terhadap kerusakan saraf dan pembuluh darah dalam bentuk kompresi, peregangan dan iskemia. Dislokasi digambarkan dalam istilah segment distal dalam kaitannya dengan segment proximal. Subluksasi sendi terjadi ketika beberapa permukaan artikular masih menempel tapi tidak sempurna. Seseorang yang di duga atau diketahui adanya injury ortopedik sebaiknya dikaji dengan hati-hati apakah fraktur atau dislokasi. Jika seseorang diduga maka tungkai sebaiknya dibelat, pengkajian neurovasuler dilakukan, radiografik, dan injuri di kurangi sesegera mungkin.
1.      Pengkajian.
a.       Data subjektif
1)      Riwayat kondisi saat ini
a)     Laporan tentang penyebab terjadinya dislokasi
b)     Gejala sejak dislokasi: nyeri, ganguan neurovaskuler
c)     Pengobatan awal
(1)   Teknik immobilisasi
(2)   Percobaan untuk mereduksi
(3)   Penggunaan es dan elastik verban
(4)   Pengobatan yang digunakan
2)      Riwayat medis
a)     Pembedahan dan injury sebelumnya
b)     Dislokasi sebelumnya
b.      Objektif
1)      Pemeriksaan fisik
a)     Inspeksi
(1)  Deformitas yang tampak pada sendi yang terkena
(2)  Kehilangan mobilitas
b)     Palpasi
(1)   tenderness
(2)   deformitas
(3)   nadi
(4)   ROM
(5)   Kekuatan otot
(6)   Pengkajian neurologis
2)      Prosedur diagnostik
a)    Radiograf
2.      Analis: diagnosa keperawaan
a.      Nyeri b.d. Penekanan terhadap neurovaskuler dan dislokasi
b.     Gangguan mobilitas fisik b.d. Dislokasi dan nyeri
c.      Resiko injury: disfungsi neurovaskuler perifer b.d. Dislokasi, injury vaskuler, saraf dan bengkak
d.     Cemas b.f. Nyeri, metode pengobatan
e.      Kurang pengetahuan b.d. Prosedur pengobatan

3.      Perencanaan Dan Pelaksanaan
a.       Tentukan fungsi neruvaskuler bagian distal
b.      Immobilisasi sendi untuk mencegah injuri lebih lanjut
c.       Tinggikan sendi
d.      Berikan es untuk mengurangi bengkak
e.       Persiapkan untuk reduksi






FRAKTUR


Fraktur didefinisikan sebagai rusaknya/terputusnya kontinuitas tulang. Putusnya tulang dapat disebabkan oleh tindakan yang berulang pada tulang atau kekuatan yang signifikan pada tulang, atau mungkin akibat dari tekanan yang berulang tiap hari pada sebuah tulang yang mengalami kelemahan akibat proses patologis(fraktur patologis). Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur terbuka dan tertutup. Trauma merupakan faktor utama penyebab fraktur. Mekanisme injury meliputi kecelakaan lalu lintas, pejalan kaki tertabrak kendaraan, tabrakan motor, jatuh dan olah raga. Fraktur terbuka memungkinkan pasien menghadapi masalah kontaminasi luka, infeksi yang menyebabkan kerusakan pada vaskulerisasi tulang. Injury yang hancur menjadi perhatian khusus karena terdapat kerusakan yang hebat pada sekitar jaringan lunak. Anak-anak mempunyai resiko fraktur yang sedikit karena elastisitas dari struktur tulang mereka. Lansia lebih beresiko terhadap fraktur karena struktur tulang berubah berkaitan dengan proses penuaan dan penyakit metabolik. Tujuan dari pengobatan fraktur adalah untuk memperbaiki kelurusan tulang dan fungsi serta mengurangi kecacatan.

1.      Pertimbangan Umum
a.      Tampak adanya kerusakan pada pemeriksaan radiologi
1)    Transverse
2)    Obliq
3)    Spiral
4)    Comminuted
b.     Kerusakan jaringan lunak
1)      fraktur tertutup (simple fraktur) tidak memyebabkan kerusak kulit
2)      fraktur terbuka (compound fraktur) diikuti dengan kerusakan kulit

2.      Pengkajian
a.      Data subjektif
1)      Riwayat kondisi saat ini
a)     Mekanisme injury dan perkiraan kekuatan ( jarak jatuh,, permukaan jatuh)
b)     Arah kekuatan
c)     Nyeri
d)     Injury yang berkaitan
e)     Terbatasnya rom
f)       Penggunaan alkohol dan obat-obatan
2)      Riwayat medis
a)     Injury dan pembedahan sebelumnya
b)     Pengobatan saat ini
c)     Penyakit kronis (DM)
d)     Status nutrisi
e)     Penggunaan produk rokok
f)       Imunisasi tetanus
g)     Penggunaan kortikosteroid (menghambat penyembuhan)

b.      Data objektif
1)      Pemeriksaan Fisik
a)      Inspeksi
(1)   Deformitas
(2)   Bengkak, pucat
(3)   Nyeri pada saat di palpasi
(4)   Spasme otot
(5)   Integritas kulit (abrasi, kontusio, luka terbuka)
(6)   Fraktur terbuka
b)      Palpasi
(1)   Mobilitas abnormal di atau antara sendi
(2)   Krepitasi
(3)   Nyer diatas dan di bawah sendi
(4)   Pengkajian vaskuler: kaji nadi
(5)   Pengkajian neurologis: kaji sensasi, kekuatan motorik
c)      Alat immobilisasi sebaiknya diperiksa apakah terlalu ketat
d)      Status neurovaskuler sebaiknya diperiksa sebelum dan sesudah tindakan
2)      Prosedur diagnostik
a)      Radiologi
b)      CT scan
c)      Angiografi
d)      MRI

3.      Analisis: diagnosa keperawatan
a.       Gangguan perfusi jaringan periferb.d. Edema dan kemungkinan injury vaskuler
b.      Defissit volme cairan b.d kehilangan darah
c.       Nyeri b.d. Injury, bengkak, kemungkinan injury saraf, iskemia
d.      Resiko injury: fungsi neurovaskuler perifer b.d. Fraktur, injury saraf
e.       Integritas kulit terganggu b.d. Injury jaringan lunak, fraktur terbuka
f.        Resiko infeksi b.d. Fraktur terbuka dan kerusakan intgritas kulit
g.       Gangguan mobilitas fisik b.d. Nyeri
h.       Cemas/takut b.d. Nyeri , implikasi terhadap gaya hidup

4.      Perencanaan/intervensi
a.      Immobilisasi
b.     Pemakaian anti shock
c.      Pertahankan pemberian cairan iv
d.     Meninggikan bagian fraktur untuk mengurangi bengkak
e.      Gunakan kompres dingin untuk mengurangi bengkak
f.       Jika fraktur terbuka, cegah infeksidengan, antibiotik, tutup dengan balutan steril,
g.      Jika fraktur tertutup, reduksi di lakukan di baguan emergency
h.      Berikan pengobatan sesuai indikasi: analgetik








PERDARAHAN AKIBAT FRAKTUR


Kehilangan darah berkaitan dengan fraktur bervariasi mulai dari ringan sampai berat atau mengancam kehidupan. Perdarahan mungkin nampak (fraktur terbuka) atau tersembunyi, kecuali pada tanda pembengkakan jaringan lunak, dan mungkin berlangsung 24 – 72 jam setelah injury. Jika pasien telah hypovolemi dari penyebab lain atau cenderung perdarahan karena disfungsi pembekuan, kehilangan darah akan menjadi sangat besar.

1.      Pengkajian
a.       Data subjektif
1)      Riwayat fraktur
2)      Riwayat medis: kemungkinan meningkatnya kehilangan darah: gangguan perdarahan, anemia, penggunaan alkohol, pengobatan(antikoagulan)
3)      Hypothermia, faktor lingkungan
b.     Data objektif
1)      Pemeriksaan fisik
a)     Lamanya injury
b)     Pemeriksaan vaskuler pada extremitas

Perkiraan kehilangan darah pada fraktur
Area tubuh
Kehilangan volume (Liter)
Humerus
1-2
Siku
0,5-1,5
Lengan bawah
0,5-1
Pelvis
1,5-4,5
Hip
1,5-2,5
Femur
1-2
Lutut
1-1,5
Tibia
0,5-1,5
Ankle
0,5-1,5

2)    Prosedur diagnostik

2.      Analisis: Diagnosa Keperawatan
3.      Perencanaan/Intervensi
a.      Memelihara jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi
b.     Tambahan oksigen
c.      Berikan cairan IV
d.     Immobilisasi untuk mengurangi kehilangan darah
e.      Pakai anti shock
f.       Tinggikan untuk mengurangi kehilangan darah
g.      Gunakan es untuk membantu vasokonstriksi

 

 




SYNDROME EMBOLI LEMAK


Setelah fraktur atau pembedahan tulang, percikan lemak kecil mungkin nampak pada darah. Awalnya lemak tidak diketahui, tetapi secara teori hal ini diakibatkan dari tempat fraktur atau dari perubahan tabilitas lemak berkaitan dengan stress trauma. Percikan lemak dapat masuk kedalam sirkulasi dan menyebabkan sumbatan pembuluh darah otak, ginjal, paru, atau organ lainnya. Pasien yang mengalami fraktur pada tulang yang panjang dan fraktur pelvis beresiko terhadap syndrom emboli lemak yang umumnya terjadi pada 24-48 jam setelah injury. Insiden emboli lemak pada fraktur tulang panjang sekitar 0,5-2% dan 5-10% pada multiple fraktur berkaitan dengan fraktur pelvis. Syndrom emboli lemak merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas setelah trauma muskuloskeletal.

1.      Pengkajian
a.      Data subjektif
1)      Riwayat kondisi saat ini
a)     Fraktur atau pembedahan pada tulang panjang 24-72 jam sebelum timbulnya gejala
b)     Umumnya terjadi pada pasien dengan multiple injury/fraktur tulang panjang
2)      Keluhan utama
a)     Tachypnea
b)     Tachycardia
c)     Hypoxemia
d)     Demam (38-40o c)
e)     Petechiae
f)       Perubahan status mental
b.      Data objektif
1)    Pemeriksaan Fisik
a)      System respirasi: tachypnea, hemoptysis, batuk, cracles cyanosis
b)      Fungsi serebral: tingkah laku tidak biasa,perubahan tingkat kesadaran
c)      Fungsi renal: hematuri, oliguria
g)      Demam (38-40o c)
d)      Petechiae
2)      Prosedur diagnostik
a)     Radiologi dada
b)     EKG
c)     AGD
d)     Oksimetri
e)     Percikan lemak pada urin
f)       Thrombocitopenia (platelet < 50.000/mm3)

2.     Analisis: Diagnosa Keperawatan
a.      Perubahan perfusi jaringan cardiopulmonal, serebral, dan renal b.d. Lokasi emboli
b.     Gangguan pertukaran gas b.d. Sumbaran pembuluh darah
c.      Tidak efektifnya pola nafas b.d. Gangguan pertukaran gas
d.     Cemas/takut b.d. Beratnya gejala dan prognosis



3.     Perencanaan/intervensi
a.      Berikan oksigen dengan aliran yang tinggi
b.     Ventilasi mekanik
c.      Penggantian cairan lewat iv
d.     Inotropik support
e.      Kortikosteroid iv
f.       Berikan dukungan pada pasien dan keluarga untuk bertanya dan mendisjusikan masalah

 

 

SYNDROM KOMPARTEMEN


Ekstremitas memiliki banyak kompartemen yang membungkus otot, saraf, dan pembuluh darah. Semuanya dibungkus oleh fascia yang merupakan membran kuat dan tidak elastis. Syndrom kompartemen terjadi ketikameningkatnya tekanan kompartemen karen kekuatan dari dalam atau dari luar. Meningkatnya tekanan internal akibat dari perdarahan didaam kompartemen dan pembengkakan jaringan lunak. Tekanan external meliputi balutan yang kaku, anti shock. Bila tekanan intrakompartemen meningkat maka struktur vaskuler dan saraf jadi terganggu. Diawali oleh rendahnya aliran, microsirkulasi tersumbat, edema, selanjutnya meningkatkan tekanan intra kompartemen.
Syndrom kompartemen cenderung terjadi lebih sering pada lengan bawah, tangan, tungkai bawah, dan kaki. Jarang terjadi pada lengan atas dan tungkai atas karena besarnya ukuran komparemen yang mengakomodasi besarnya volume.

1.      Pengkajian
a.       Data subjektif
1) Riwayat kondisi saat ini
a)     Injury pada extremitas: fraktur, kompresi yang lama, injury vaskuler, luka bakar, hypothermia,
b)     Pembedahan terbaru
c)     Pengguanaan balutan antishock
d)     Taus hidrasi: hidrasi turun cenderung syndrom kompartemen
       2) Riwayat medis
a)     Hemophilia
b)     Nefrotik syndrom
c)     Disfungsi saraf
      b. Data objektif
        1) Pemeriksaan fisik
a)     Nyeri
b)     Parestesia
c)     Paralisis
d)     Pucat
c. Prosedur diagnostik
1)  Pengukuran tekanan kompartemen: tekanan samp[ai 10 mmhg (N) , 30-40 mmhg cenderung menimbulkan gejala klinik
2)  Laboratorium: urin untuk myoglobinuria, enzim darah: kreatine kinase, laktate dehidrogenase, SGOT

2.     Analisis: diagnosa keperawatan
a.      Perubahan perfusi jaringan b.d. Meningkatnya tekanan intrakompartemen
b.     Nyeri b.d. Meningkatnya tekanan intrakompartemen dan iskemia jaringan
c.      Cemas/takut b.d. Prosedur yang tidak diketahui

3.      Perencanaan/Intervensi
a.      Hilangkan selruh bentuk penekanan  luar
b.     Hindari intervensi yang akan mengganggu sirkulasi
c.      Hidari pemakaian es
d.     Hindari tindakan meninggikan tungkai yang berlebih
e.      Persiapkan dan bantu untuk mereduksi fraktur
f.       Berikan analgetik sesuai indikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar