Pages




PANDUAN DOWNLOAD

PANDUAN >> KLIK PILIHAN ANDA KEMUDIAN TUNGGU IKLAN 6 DETIK DAN KLIK SKIP

Rabu, 11 Desember 2013

SISTEM REPRODUKSI PRIA


SISTEM REPRODUKSI PRIA

                   Sistem reproduksi pria dibedakan menjadi 2 karakteristik yaitu karakteristik seks primer dan sekunder, karakteristik seks primer adalah ciri yang berhubungan dengan kemampuan menghasilkan gamet yaitu testis sebagai penghasil sperma, dan karakteristik seks sekunder adalah ciri yang tampak dari luar yang dapat membedakan antara pria dan wanita seperti adanya jakun, suara keras dan berkumis.

A.                 Anatomi Sistem Reproduksi Pria
Organ reproduksi pria akan mulai berkembang pada masa anak laki-laki menginjak usia 9-15 tahun dan akan berhenti perkembangannya pada usia 20 tahun.
Adapun anatomi sistem reproduksi pria diantaranya:
a.             Penis
Terdiri dari jaringan otot, jaringan spons yang lembut, pembuluh-pembuluh darah dan jaringan saraf. Uretra terdapat pada bagian ini. Dalam keadaan biasa kedudukan penis menggantung dan penis mengandung otot badan penis dan jaringan erektil dimana jaringan ini memiliki ruang antar sel yang dapat terisi oleh darah pada saat ereksi.
b.             Scrotum
Kantong testis yang tediri atas kulit tanpa lemak subkutan berisi sedikit jaringan otot dimana terdapat 2 ruang yang berisi testis dan terdapat pula 2 lapis otot yang dapat mengatur kontraksi dan relaksasi saat suhu panas/ dingin
c.             Testis
Merupakan tempat memproduksi sperma dan penghasil hormon testosteron, Untuk memproduksi sperma diperlukan suhu yang sedikit lebih rendah dari suhu tubuh karena itu menjelang kelahiran testis yang awalnya  sepasang terdapat pada rongga perut maka akan turun ke scrotum (desencus). Dalam testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut saluran penghasil sperma (tubulus seminiferus)
d.             Epididimis
Terletak dibelakang testis dan merupakan tempat penyimpanan sperma.
e.             Vas deferens
Saluran yang berjalan dari bagian bawah epididimis, merupakan bagian dimana sperma meninggalkan testis melalui saluran ini.
f.              Vesika seminalis
Terdapat di belakang leher kandung kemih, menghasilkan cairan yang berfungsi untuk membantu sperma agar mudah bergerak, memberikan nutrisi dan menormalkan keasaman pH saluran reproduksi wanita pada saat kopulasi.
g.             Gland prostata
Terletak dibawah kandung kencing, mengelilingi urethra, berperan dalam aktivitas sperma dengan cara memproduksi cairan untuk menjamin kehidupan sperma.
h.             Ductus Ejakulasi
Merupakan saluran yang memegang peranan penting dalam ejakulasi. Keistimewaan saluran ini adalah dapat menyemprotkan sperma sehingga masuk ke dalam urethra dan kemudian di salurkan keluar. Saluran urethra ini sebenarnya juga berfungsi untuk menyalurkan urine, tetapi pada saat ejakulasi otot yang berada ditempat keluarnya urine dari kandung kencing menutup sehingga urine tidak keluar bersama semen.
i.       Kelenjar Cowperi ( Glandula Bulbouretralis )
Kelenjar ini menghasilkan sekrit untuk menjamin hidupnya sperma dan mengubah cairan semen menjadi bersifat basa. Motilitas sperma sangat baik di dalam cairan yang bersifat basa, karena dalam uretra keadaannya asam, demikian pula pada dalam organ genitalia perempuan.





















Susunan Sistem Reproduksi Pria

B.               Fisiologi Sistem Reproduksi Pria
          Testis terbentuk dari lengkungan-lengkungan tubulus seminiferus yang bergelung, yang dindingnya merupakan tempat pembentukan spermatozoa dari sel-sel germinativum primitif (spermatogenesis). Kedua ujung masing-masing lengkungan disalurkan ke dalam jaringan duktus di kepala epididimis. Dari sini, spermatozoa berjalan melalui ekor epididimis menuju vas deferens. Spermatozoa masuk melalui duktus ejakulatorius ke dalam uretra di badan prostat saat ejakulasi. Diantara tubulus-tubulus testis terdapat sarang-sarang sel yang mengandung granula lemak, sel interstisium leydig, yang mensekresikan testosteron ke dalam aliran darah.

Spermatogenesis
          Pembentukan sperma (spermatogenesis) dimulai dari pembelahan mitosis sel-sel induk sperma (spermatogonium) beberapa kali hingga dihasilkan lebih banyak spermatogonium. Setengah dari sel-sel spermatogonium tersebut terus melanjutkan pembelahan mitosis, sedangkan setengah yang lain membesar menjadi spermatosit primer. Karena pembentukan spermatosit primer melalui pembelahan mitosis, maka hasilnya memiliki kromosom diploid (2n) sama dengan spermatogoniumnya. Spermatosit primer berikutnya membelah secara meiosis (tahap I) menghasilkan spermatosit sekunder, dengan kondisi kromosom haploid (n). Spermatosit sekunder melanjutkan pembelahan meiosis (tahap II) menghasilkan dua sel yang juga haploid, yang disebut spermatid, sehingga diperoleh 4 spermatid. Sel-sel spermatid akan mengalami diferensiasi ( perubahan bentuk ) menjadi sel spermatozoa atau sperma. Perubahan itu meliputi pembentukan kepala, badan ( bagian tengah), dan ekor (flagela).
          Jika peristiwa pembentukan sperma ini sudah selesai maka protein pengikat androgen tidak diperlukan, sehingga sel sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberikan umpan balik supaya hipofise menghentikan produksi FSH dan LH. Spermatozoa yang telah terbentuk akan dapat sampai ke uretra jika dibantu oleh cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper dimana cairan ini berfungsi membantu spermatozoa agar mudah bergerak, memberi nutrisi, dan menormalkan keasaman pH saluran reproduksi wanita pada saat kopulasi.
                   Struktur sperma terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
a.             Kepala, mengandung inti sel : pada ujungnya terdapat Akrosom yang dibentuk dari badan golgi. Akrosom menghasilkan enzim yang berfungsi membantu sperma menembus sel telur.
b.             Bagian tengah (midpiece) : terdapat Mitokondria tempat berlangsungnya oksidasi sel untuk membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak aktif.
c.             Ekor : sebagai alat gerak sperma agar mencapai ovum.
Setelah sperma terbentuk akan mengalir ke saluran pengumpul yang disebut epididimis. Dari epididimis sperma meninggalkan testis melalui vas deferens, kemudian ditampug dalam kantong sperma (vesikula seminalis). Dari kantong sperma, sperma dialirkan melaui saluran penyembur (duktus ejakulatorius). Sperma mendapat tambahan cairan dari kelenjar postat. Cairan postt merupakan medium sperma, yang memberi makan sperma dan menjaga pH sperma.  
Proses pembentukan sperma manusia dipengaruhi oleh hormon, yaitu :
a.             Hormon ganadotropin
Dihasilkan oleh hipotalamus (dibagian dasar otak) yang merangsang lelenjar hipofisis bagian depan (anterior) agar mengeluarkan hormon FSH dan LH.
b.             FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Berfungsi mempengaruhi dan merangsang perkembangan tubulus seminiferus dan sel sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein / Protein pengikat Androgen) yang memacu pembentukan sperma.
c.             LH (Luteinizing Hormone)
Berfungsi merangsang sel-sel interstisial (sel leydig) agar mensekresikan hormon testoteron (Androgen).
d.             Hormon testoteron
Hormon diproduksi oleh sel intertisial testis dan bertanggung jawab dalam perkembangan genetalia selama pubertas dan mempertahankan fungsi genetalia selama kehidupan. Sekresi testoseron diperngaruhi secara langsun oleh fungsi kelenjar hipofise dan rata-ratra sekresinya ditentukan oleh kadar LH didalam darah. Sekresi testosteron akan menurun secara perlahan-lahan seiring dengan pertambahan usia.



























Spermatogenesis                                             Spermatozoa manusia
Efek Suhu
Spermatogenesis memerlukan suhu yang lebih rendah dari pada suhu bagian dalam tubuh. Testis dalam keadaan normal memiliki suhu sekitar 32 oC. Testis dipertahankan dingin oleh udara yang mengitari skrotum dan mungkin oleh pertukaran panas melalui arus balik antara arteri dan vena spermatika.

Semen
                   Cairan yang di ejakulasi pada saat orgasme, semen, mengandung sperma dan sekresi vesikula seminalis, prostat, kelenjar cowper. Volume rata-rata per ejakulat adalah 2,5-3,5 mL. Volume semen dan sperma menurun cepat bila ejakulasi berulang.Walaupun hanya diperlukan satu sperma untuk membuahi ovum, setiap mililiter semen secara normal mengandung 100 juta sperma. Sperma manusia bergerak dengan kecepatan sekitar 3 mm/mnt melintasi saluran genitalia wanita. Sperma mencapai tuba uterina3 0-60 menit setelah kopulasi.

Ereksi
                   Ereksi diawali oleh dilatasi arteriol-arteriol penis. Sewaktu jaringan erektil penis terisi darah, vena mengalami tekanan dan aliran keluar terhambat sehingga turgor organ bertambah. Pusat-pusat integrasi di segmen lumbal medula spinalisdiaktifkan oleh impuls dalam aferen dari genitalia dan traktus desendens yang memperantai ereksi sebagai respon terhadap rangsangan psikis erotik.

Ejakulasi
                   Ejakulasi adalah suatu refleks spinal 2-bagian yang melibatkan emisi, pergerakan semen ke dalam uretra dan ejakulasi sebenarnya terdorongnya semen keluar uretra pada saat orgasme. Jalur aferen sebagian besar merupakan serat dari reseptor senth di glans penis yang mencapai medula spinalis melaluoi saraf pudendus internus. Emisi adalah suatu respon simpatis, terintegrasi di semen lumbal bagian atas medula spinalis dan terjadi akibat kontraksi otot polos vasa deferensia dan vesikula seminalis sebagai respon terhadap rangsangan di saraf hipogastrik.
Semen terdorong keluar uretra oleh kontraksi otot bulbokavernosa, suatu otot rangka.
 Pusat refleks spinal untuk bagian refleks ini terletak di segmen sakral bagian atas lumbal terbawah medula spinalis, dan jalur motorik melintasi akar sakrum pertama saraf pudendus internus

Karakteristik Seks Sekunder
                   Perubahan luas dalam distribusi rambut, konfigurasi tubuh, dan ukuran genitalia yang terjadi pada pemuda pada masa pubertas, dimana prostsat dan vesikula seminalis membesar dan vesikula seminalis mulai mensekresikan fruktosa yang berfungsi sebagai pasokan nutrisi utama untuk spermatozoa.
Perubahan tubuh saat pubertas pada pemuda (karakteristik seks sekunder pria)
a.             Genitalia Eksterna
         Penis memanjang dan melebar. Skrotum menjadi gelap dan berlipat-lipat.
b.             Genitalia Interna
Vesikula seminalis membesar dan mengeluarkan sekret dan mulai membentuk fruktosa. Prostat dan kelenjar bulbouretralis membesar dan mengeluarkan sekret.
c.             Suara
         Laring membesar, pita suara memanjang dan menebal dan suara menjadi berat.
d.             Pertumbuhan rambut
Muncul janggut. Garis rambut di kulit kepala mundur secara anterolateral. Tumbuh rambut pubis dengan pola pria (segitiga dengan apeks diatas). Rambut tumbuh di ketiak, dada, dan disekitar anus, rambut tubuh secara umum meningkat.
e.             Mental
Lebih agresif dan timbul perhatian terhadap lawan jenis.
f.               Konformasi tubuh
Bahu melebar dan otot membesar.
g.             Kulit
Sekresi kelenjar sebasea mengental dan meningkat (predisposisi timbulnya jerawat)



KESIMPULAN

                   Sistem reproduksi pria dibedakan menjadi 2 karakteristik yaitu karakteristik sek primer dan sekunder . Anatomi sistem reproduksi pria diantaranya penis, scrotum, testis, epididimis, vesika seminalis, glands prostata, duktus ejakulatorius dn kelenjar cowperi. Sperma terjadi di dalam testis, yang bermula dari sel spermatigonia yang kemudian berkembang menjadi spermatosit primer, setelah melalui pembelahan reduksi maka terbentuklah spermatosit sekunder yang haploid dan akhirnya menjadi spermatid. Spermatid akan mengalami spermatogenesis dan kemudian menjadi spermatozoa yang akan berkumpul di epididimis. Setelah meninggalkan testis melalui vas deferens kemudian sperma di tampung di vesika seminalis dan akhirnya sperma dialirkan melalui duktus ejakulatorius ke uretra dan disalurkan keluar.
Spermatogenesis memerlukan suhu yang lebih rendah dari suhu bagian tubuh dimana spermatozoa diproduksi dibawah pengaruh hormon FSH, LH dan hormon testosteron, dimana sekresi hormon ini akan menurun secara perlahan seiring dengan pertambahan usia. Semen yaitu cairan yang diejakulasikan pada saat orgasme dan mengandung sperma, sekresi vesikula seminalis, prostata dan cowper, dimana pada saat ereksi jaringan erektil penis akan terisi oleh darah dan pada akhirnya semen akan keluar. Hormon androgen berperan dalam perkembangan karakteristik seks sekunder.









DAFTAR PUSTAKA

C. Long, Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah, alih bahasa IAPK Padjajaran. Bandung

Ganong, William F. 1998. Fisiologi Kedokteran, alih bahasa Widjajakusumah M. Djauhari. Jakarta: EGC.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar