BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia hanya merupakan
produk bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang berorientasi dari sebuah
prestasi. Prestasi kerja manusia yang ingin mengaktualisasikan diri dalam suatu
kehidupan mandiri. Ada pengusaha yang sudah amat sukses dan kaya, tapi tidak
pernah menampilkan diri sebagai orang yang hidup mewah, dan ada juga orang yang
sebenarnya belum bisa dikatakan kaya, namun berpenampilan begitu glamor dengan
pakaian dan perhiasan yang amat mencolok.
Maka
soal kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing individu. Keadaan kaya
miskin, sukses gagal, naik dan jatuh merupakan keadaan yang bisa terjadi kapan
saja dalam kehidupan seorang pengusaha, tidak peduli betapapun piawainya ia.
Ilmu kewirausahaan hanya menggariskan bahwa seorang Wirausahawan yang baik
adalah sosok pengusaha yang tidak sombong pada saat jaya, dan tidak berputus
asa saat jatuh.
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang petani).
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang petani).
Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa dan
negara, peran serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara serius. Oleh
sebab itu keWirausahaan mulai dikampanyekan, dengan berbagai penekanan bahwa
lowongan kerja tidak akan mampu menampung jumlah angkatan kerja yang dari tahun
ke tahun semakin membengkak. Lebih jauh para pengusaha kecil dibina dengan
harapan bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan ekonomi di masa datang.
Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah kini pemain-pemain utama yang
mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi. Sebagai negara berkembang bisa
dimengerti kalau terjadi berbagai ekses dan penyimpangan. Dengan masyarakat
yang berlatar belakang non entrepreneur serta cendrung feodalis, bangsa
Indonesia tampak kurang siap di berbagai aspek. Dalam periode transisi dari
alam birokrasi ke iklim bisnis yang serba cepat, pacuan kewirausahaan
menyebakan para pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-segi yang amat penting,
diantaranya faktor sikap mental (attitude), motivasi, etos kerja serta
kesadaran tentang pengabdian kepada bangsa dan negara.
Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan ketajaman
naluri. Seorang pemburu memerlukan naluri untuk bersaing dengan buruannya.
Demikian juga dalam dunia kewirausahaan. Pengusaha bersaing tidak hanya dengan
perusahaan-perusahaan pesaing, tetapi juga dengan keadaan dan situasi tertentu,
seperti moneter dan ekonomi, politik, perubahan kebijaksanaan pemerintah. Untuk
dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang mungkin terjadi, seorang
Wirausahaan perlu melatih naluri keWirausahaannya, agar selalu siap menghadapi
hal apapun dantetap bertahan hidup.
Kim Woo Chong, pendiri Daewoo, mengatakan bahwa sekali wirausahawan memproklamirkan diri sebagai seorang Wirausahawan, maka semua pemikiran dan tindakan wirausahawan adalah untuk usaha. Wirausahawan harus “ merendam “ jiwa raga wirausahawan kesana.
Kim Woo Chong, pendiri Daewoo, mengatakan bahwa sekali wirausahawan memproklamirkan diri sebagai seorang Wirausahawan, maka semua pemikiran dan tindakan wirausahawan adalah untuk usaha. Wirausahawan harus “ merendam “ jiwa raga wirausahawan kesana.
Makin lama wirausahawan menjiwai dunia wirausaha, makin banyak pengalaman
wirausahawan, maka makin tajamlah naluri wirausahawan. Seseorang yang mempunyai
komitmen diri yang teguh akan sikapnya adalah orang yang mampu untuk menjadi
pemimpin yang selanjutnya cara dan metode yang diterapkannya disebut
Kepemimpinan. Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah
orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha
memandang suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan
sebuah sikap tepo seliro. Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap
adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka
biasanya sangat menonjol, dan sangat khas.
Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain
dari pada umumnya pengusaha. Mereka “tampil beda”. Salah satu contoh : adalah
Kim Woo Chong, seorang Wirausahawan terkemuka di Korea, pendiri kelompok
Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang pengusaha-pengusaha
lain dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang.
Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di Amerika dan
Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai besi, seperti
Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia juga merangkul
negara-negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan diharamkan oleh negara-negara
penganut kapitalisme seperti Libia dan Iran. Akan tetapi kenyataan membuktikan
bahwa Kim benar. Dengan keputusannya itu ia, dan Daewoo berkembang menjadi
salah satu konglomerat terbesar di Asia serta diperhitungkan dimana-mana
termasuk Amerika dan Eropa.
Charles Webber: 1970, mengatakan bahwa untuk menjadi negara maju, minimal
diperlukan 2% komunitas pengusaha besar dan 20% komunitas pengusaha menengah
dan kecil, dan tentunya untuk dapat dan mau menjadi pengusaha sangat diperlukan
rangsangan makro maupun mikro serta bakat-bakat kepemimpinan pada warga negara
di suatu negara. Bagaimanakah dengan kondisi kewirausahaan, kepemimpinan serta
motivasi apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk berwira usaha?.
Untuk inilah makalah ini ditulis.
2. Pokok Masalah
Þ
Bagaimanakah kondisi kewirausahaan di Indonesia saat ini?
Þ Bagaimanakah Gaya dan Type
kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan
kecil agribisnis di Indonesia?
Þ Motivasi
apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk berwirausaha?.
3. Tujuan
3. Tujuan
Þ Ingin
Mengetahui kondisi kewirausahaan di Indonesia saat ini.’
Þ Ingin mengetahui Gaya dan
Type kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan kecil agribisnis di
Indonesia.
Þ Ingin Mengetahui Motivasi
apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk berwirausaha.
4.
Batasan Masalah
Malakalah ini membahas tentang
Þ Kondisi
kewirausahaan di Indonesia saat ini
Þ Gaya dan Type kepemimpinan
yang diterapkan pada perusahaan kecil agri
bisnis di Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kewirausahaan
Sosok kewirausahaan yang ideal dituntut mempunyai nilai-nilai kearah
kualitas manusia yang semapan mungkin, dalam artian sangat memperhatikan
struktur prioritas kewirausahaan yang terdiri dari empat lapisan yaitu :
1. Sikap Mental
Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin untuk selalu
dalam keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah orang menjadi sosok yang
tinggi budi ataukah sebaliknya menjadi orang yang jahat dan culas. Orang baik
budi merupakan kader pembangunan bangsa, sedangkan orang jahat akan menjadi
beban masyarakat dari bangsa itu sendiri.
Tentu kita tidak ingin melihat bahwa banyak kejahatan dan keculasan
merajalela di negeri ini. Itu sebabnya pembinaan sikap mental menjadi unsur
penting dalam dunia kewirausahaan sekaligus dalam kehidupan. Selain
menghadirkan sifat-sifat baik alamiah seperti kejujuran dan ketulusan, sikap
mental mencakup juga segi-segi positif dalam motivasi dan proaktivitas.
Saran-saran berikut akan membantu wirausahawan untuk mengembangkan sikap mental
yang baik :
• Para wirausaha
adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan
dan bangga akan prestasinya. Tunjukan sikap mental yang positif terhadap
pekerjaan wirausahawan, karena sikap inilah yang akan ikut menentukan
keberhasilan wirausahawan.
• Otak
wirausahawan merupakan alat yang berdaya luar biasa. Menyediakan waktu beberapa
saat setiap hari untuk renungan pikiran wirausahawan yang akan memungkinkan
wirausahawan terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
• Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya pada problem-problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakanlah imajinasi wirausahawan untuk meluaskan pikiran-pikiran wirausahawan dan cobalah berpikir yang besar-besar. Orang-orang yang dapat melihat gambaran besar adalah orang yang bersifat wirausaha dan merupakan calon-calon pemimpin bisnis maupun masyarakat.
• Rasa
humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat. Terlalu serius dapat
merugikan pekerjaan wirausahawan dan tidak sehat. Menunjukan rasa humor
berpengaruh terhadap orang lain dengan jalan menyebarkan optimisme dan suasana
yang santai.
Pikiran
wirausahawan haruslah terorganisasi dengan baik sekali dan mampu memfokuskan
pada pelbagai problem. Wirausahawan haruslah mampu memindahkan perhatian
wirausahawan dari satu problem ke problem lain dengan upaya yang minim.
2.
Kepemimpinan.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang
lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha membangkitkan suatu
keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap
tepo seliro.
Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki
jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat
menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering
dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha. Mereka “tampil
beda”.
Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang Wirausahawan terkemuka di
Korea, pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang
pengusaha-pengusaha lain dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai
dilakukan orang.
Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di Amerika dan
Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai besi, seperti
Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia juga merangkul
negara-negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan diharamkan oleh negara-negara
penganut kapitalisme seperti Libia dan Iran. Akan tetapi kenyataan membuktikan
bahwa Kim benar. Dengan keputusannya itu ia, dan Daewoo berkembang menjadi
salah satu konglomerat terbesar di Asia serta diperhitungkan dimana-mana
termasuk Amerika dan Eropa.
a.
Perilaku Pemimpin
Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :
•
Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai
sasaran.
1).
Berorientasi pada orang, yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi.
Orientasi Tugas Seorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukan perilaku :
Orientasi Tugas Seorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukan perilaku :
• Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun peranan stafnya.
•Menentukan tujuan-tujuan yang sukar tapi dapat dicapai.
•
Melaksanakan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan, mengarahkan,
membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada tujuan.
• Berminat mencapai peningkatkan produktivitas. Orientasi Orang
Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung akan menunjukan perilaku sebagai berikut :
• Berminat mencapai peningkatkan produktivitas. Orientasi Orang
Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung akan menunjukan perilaku sebagai berikut :
•
Menunjukan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan
menghilangkan ketegangan, jika timbul.
•
Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi
saja.
•
Menunjukan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan
dan keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.
•
Mendirikan komunikasi timbal balik dengan staf.
•
Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi karyawan.
• Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif.
• Menciptakan suatu suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.
• Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif.
• Menciptakan suatu suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.
b.
Tindakan Kepemimpinan
Saran-saran
berikut akan dapat membantu wirausahawan meningkatkan kemampuan kepemimpinan
wirausahawan :
1. Sekali
wirausahawan telah mengambil keputusan, ambil tindakan secepat mungkin
2. Upaya-upaya
wirausahawan dapat dilipat gandakan melalui bakat dan kemampuan staf
wirausahawan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, wirausahawan harus
mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan kemampuan ini dari orang-orang yang
mampu disekitar wirausahawan dan menyokong serta percaya pada wirausahawan
sebagai pemimpin.
3. Wirausahawan
akan memperoleh kepercayaan pada kemampuan kepemimpinan wirausahawan, jika
wirausahawan memusatkan perhatian pada upaya meningkatkan kekuatan-kekuatan
wirausahawan. Jauhilah situasi dimana kelemahan-kelemahan wirausahawan akan
tampak.
4. Seorang
pemimpin yang baik bersedia mengakui kesalahan-kesalahan dan mengubah
rencana-rencana. Wirausahawan haruslah sadar bahwa keadaan selalu berubah dan
penyesuaian-penyesuaian haruslah dibuat sewaktu-waktu.
3. Tata
Laksana
Tata laksana merupakan terjemahan dari kata Management
artinya pengelolaan. Yang perlu dimengerti disini adalah manajemen bukan
semata-mata konsumsi para manajer saja. Setiap orang perlu manajemen apapun
status dan jabatan orang tersebut. Bahkan ibu rumah tanggapun perlu manajemen untuk
mengelola uang dapur dan belanjaannya. Tata laksana merupakan metode atau
serangkaian cara dan prosedur. Gunanya jelas, yaitu untuk menghasilkan
efektifitas dan efisiensi setiap pekerjaan, agar mendapatkan hasil yang baik
dalam mutu serta tepat waktu dalam penyerahannya.
Berbeda dengan sikap mental dan kepemimpinan yang termasuk dalam klasifikasi nilai atau kualitas, maka manajemen merupakan pengetahuan yang bersifat praktis. Kalau sikap mental dan kepemimpinan berada di dalam jiwa, manajemen berada diluar mirip ketrampilan teknis.
Berbeda dengan sikap mental dan kepemimpinan yang termasuk dalam klasifikasi nilai atau kualitas, maka manajemen merupakan pengetahuan yang bersifat praktis. Kalau sikap mental dan kepemimpinan berada di dalam jiwa, manajemen berada diluar mirip ketrampilan teknis.
Manajemen mempunyai arti yang amat luas. Kegunaannya juga sangat universal dan semua orang atau organisasi memerlukan manajemen. Banyak sekali kasus yang membuktikan bahwa bila manajemen terabaikan, maka sebuah organisasi akan menjadi kacau dan morat marit. Perusahaan tanpa manajemen yang baik, bisa dipastikan akan mengalami hambatan besar dalam perkembangannya. Oleh sebab itu, setiap orang yang ingin memulai usaha harus mewaspadai aspek tata laksana sedini mungkin. Mulailah kegiatan manajemen seketika pada saat perusahaan baru saja dimulai, sekecil apapun ukurannya.
4.
Ketrampilan
Lapisan terluar dari struktur prioritas keWirausahaan
adalah ketrampilan. Banyak pihak berpendapat, bahwa dengan berbekal penguasaan
ketrampilan, seseorang akan bisa diharapkan menjadi seorang entrepreneur yang
berhasil. Pendapat ini sebenarnya tidaklah terlalu salah, kalau dilihat banyak
contoh yang membuktikan, misalnya seorang penjahit dengan ketrampilan yang
dimiliki akhirnya bisa memiliki sebuah perusahaan pakaian jadi yang cukup
besar.
Namun demikian, kalau wirausahawan mau meneliti lebih
jauh, ternyata keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya bukan disebabkan oleh
ketrampilan semata, melainkan lebih oleh jiwa kepemimpinan yang dimiliki si pengusaha.
Leadership yang bersangkutan yang menuntun dan membawanya ke jenjang sukses.
Ada tiga hal yang memungkinkan seseorang, baik trampil maupun tidak untuk bisa tampil sebagai tokoh yang sukses, atau orang yang berkecukupan yaitu :
a. Memanfaatkan ledership yang berasal dari diri
sendiri.
b. Memanfaatkan ledership orang lain.
b. Memanfaatkan ledership orang lain.
c. Faktor keberuntungan ( luck atau hoki )
B. Karakteristik Wirausahawan.
Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa Wirausahawan mempunyai
karakteristik umum serta berasal dari kelas yang sama. Para pemula revolusi
industri Inggris berasal dari kelas menengah dan menengah bawah. Dalam sejarah
Amerika pada akhir abad ke sembilan belas, Heillbroner mengemukakan bahwa
rata-rata Wirausahawan adalah anak dari orang tua yang mempunyai kondisi
keuangan yang memadai, tidak miskin dan tidak kaya. Schumpeter menulis bahwa
Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi berada dari semua kelas.
Menurut Mc Clelland, karakteristik Wirausahawan adalah sebagai berikut :
1. Keinginan untuk berprestasi.
1. Keinginan untuk berprestasi.
Penggerak psikologis utama yang memotivasi Wirausahawan adalah kebutuhan
untuk berprestasi, yang biasanya diidentifikasikan sebagai kebutuhan. Kebutuhan
ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang yang
memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan
tantangan bagi kompetisi individu.
2. Keinginan untuk bertanggung jawab.
Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan.
Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri
untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang
dicapai. Akan tetapi mereka akan melakukannya secara berkelompok sepanjang
mereka bisa secara pribadi mempengaruhi hasil-hasil.
3.
Preferensi kepada resiko-resiko menengah.
Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang
membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya
akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi.
4.
Persepsi pada kemungkinan berhasil.
Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kwalitas
kepribadian Wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang
dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya tersedia,
mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan
tugas-tugas tersebut.
5.
Rangsangan oleh umpan balik.
Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah
umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja
yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
6.
Aktifitas enerjik.
Wirausahawan menunjukan enerji yang jauh lebih tinggi dibandingkan
rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan mempunyai proporsi waktu
yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari
perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara
mendalam pada kerja yang mereka lakukan.
7. Orientasi ke masa depan.
Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke depan. Mereka mencari
dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.
8.
Ketrampilan dalam pengorganisasian.
Wirausahawan menunjukkan ketrampilan dalam organisasi kerja dan orang-orang
dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif dalam memilih individu-individu
untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli bukan teman agar pekerjaan
bisa dilakukan dengan efisien.
9. Sikap
terhadap uang.
Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari
prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang kongkret
dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian dari kompetensi mereka.
C. Potensi Kewirausahaan.
Karakteristik
Wirausahawan sukses dengan semangat tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa
diri sendiri.
1. Kemampuan
inovatif.
Inovasi memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal
tersebut berarti perbaikan barang dan jasa yang ada, menciptakan barang dan
jasa baru, atau mengkombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara baru
dan lebih baik.
2. Toleransi
terhadap kemenduaan (ambiguity).
Ini berarti kemampuan untuk berhubungan dengan hal
yang tidak terstruktur dan tidak bisa diprediksi. Karakteristik ini berkaitan
erat dengan proses inovatif.
3. Keinginan
untuk berprestasi adalah tanda-tanda penting dari dorongan
KeWirausahaan Hal ini menandai para pemiliknya sebagai
orang yang tidak mengenal menyerah di dalam mencapai tujuan yang telah mereka
tetapkan sendiri.
4. Kemampuan
perencanaan realistis.
Menetapkan tujuan yang menantang dan bisa diterapkan adalah tanda dari
perencanaan realistis. Tujuan ditetapkan sesuai dengan tujuan dari
Wirausahawan.
5. Kepemimpinan
terorientasi pada tujuan.
Wirausahawan membutuhkan aktivitas yang mempunyai
tujuan. Semangat yang tinggi memotivasi mereka untuk mengarahkan tenaga mereka
dan rekan kerja serta bawahan mereka ke arah tujuan yang ditetapkan.
6. Obyektivitas.
Wirausahawan obyektif di dalam mengarahkan pemikiran
dan aktivitas keWirausahaannya dengan cara pragmatis. Wirausahawan mengumpulkan
fakta-fakta yang ada, mempelajarinya dan menentukan arah tindakan dengan
cara-cara praktis.
7. Tanggung jawab pribadi.
Wirausahawan
memikul tanggung jawab pribadi, mereka menetapkan tujuan sendiri dan memutuskan
bagaimana cara mencapai tujuan tersebut dengan kemampuan mereka sendiri.
8. Kemampuan beradaptasi.
Para
Wirausahawan mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan. Ketika Wirausahawan terhambat oleh kondisi yang berbeda dari apa
yang mereka harapkan, mereka tidak menyerah, namun melihat situasi secara
obyektif.
9. Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator.
Wirausahawan
mempunyai kemampuan mengorganisasi dan administasi di dalam mengidentifikasi
dan mengelompokkan orang-orang berbakat untuk mencapai tujuan. Mereka
menghargai kompetensi dan akan memilih para spesialis untuk mengerjakan tugas
dengan efisien.
BAB III
ANALISA
MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
1. Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini
Selama
krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis
termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer
perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis
berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil. Meskipun demikian,
pengembangan usaha kecil juga mengalami berbagai permasalahan seperti : [1]
kesulitan mendapatkan modal yang cukup, [2] kekurangan pengetahan di bidang
agribisnis, [3] kelemahan dalam pengelolaan atau manajemen usaha, [4]
kekurangan dalam perencanaan usaha, [5] kekurangan dalam pengalaman berusaha,
[6] kekurangan pengetahuaan dan ketrampilan teknis bidang usaha yang dilakukan.
Dengan kata lain, titik berat persoalan usaha kecil adalah sedikitnya pengusaha
kecil yang memiliki jiwa wirausaha. (Noer: 2001)
Kewirausahaan
adalah jiwa, sehingga kurang tepat jika dikatakan pengembangan kewirausahaan
agribisnis dan usaha kecil. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam melihat atau
menilai kesempatan di peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalkan sumberdaya
dan mengambil tindakan yang beresiko tinggi. Mungkin lebih tepat apabila
dikatakan pengembangan agribisnis usaha kecil. (Noer: 2001)
Selama
ini prospek bisnis ke depan, yang berkaitan dengan kontrak/transaksi, cenderung
memerlukan kemitraan dalam kaitannya antara perusahaan besar dengan perusahaan
kecil. Kemitraan ini tidak hanya di budidaya, tetapi juga di bagian pembibitan
dan pengolahan. Kegiatan hulu sampai dengan kegiatan hilir ini dapat saling
dimanfaatkan. (Noer: 2001)
Bagi
agribisnis baik petani, maupun pengusaha kecil dalam menjalankan usahanya,
mempunyai karakteristik, berupa harga dan pasar hasil petani tidak dapat
dipengaruhi oleh produser secara sendiri-sendiri tapi harus dihadapi oleh
agribisnis secara keseluruhan. Untuk mendpatkan kesepakatan bersama ini tidak
mudah tapi kelompok sekaligus bisa mempengaruhi harga dan pasar, sehingga semua
produser baik yang masuk kelompok atau tidak akan merasakan hasilnya. Kemudian
akan banyak para produser untuk menanamkan produknya lebih luas dan produser
yang tadinya tidak menanam produk tersebut akan tertarik pula untuk menanam
produk yang sama, sehingga pada akhirnya persediaan produk berlebih serta harga
dan pasar akan turun.
2. Peluang Usaha Kecil yang sedang dikembangkan.
Untuk
mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan maritim serta
menghadapi tantangan kedepan seperti otonomi daerah, liberalisasi perdagangan,
perubahan pasar internasional lainnya. Pemerintah sedang mempromosikan
pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing (Competiveness),
berkerakyaratan (People-Driven), berkelanjutan (Sustainable) dan
terdesentralistis (Decentralized).
Pembangunan
pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan
keterkaitan dari :
(1) Sub
agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang
menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer (usahatani);
(2) Sub
agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu
kegiatan yang menggunakan sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk
menghasilkan komoditas pertanian primer. Sub ini di Indonesia disebut
pertanian;
(3) Sub
agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang
mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk
antara (intermediate product) maupun bentuk produk akhir (finished product);
dan
(4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang
menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas.
Sedangkan
Strategi Sistem Agribisnis diatas harus bersinergi kedalam 4 sub-sistem yang
terjabarkan sebagai berikut: Keterkaitan 4 sub Sistem dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Upstream
Agribusiness
Sub sistem agribisnis hulu berupa pengembangan
industri yang menghasilkan barang modal bagi pertanian, yaitu industri
pembenihan atau pembibitan, tanaman, ternak ikan industri agro kimia
(Agro-otomotif) seperti pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan, sindustri
alat dan mesin pertanian.
2. Onfarm agribusiness
Sub sistem pertanian primer berupa pengembangan
kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usaha tani
tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan) usaha
perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan
2. Downstream
agribusiness
Sub sistem Agribisnis Hilir berupa pengembangan
industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan
seperti makanan dan minuman, industri pakan ternak, industri barang-barang
serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain.
3. Services for Agribusiness
Sub Sistem penyedia jasa Agribisnis berupa fasilitas
Perkreditan, transportasi, pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM dan kebijakan
ekonomi.
Dalam artian, peluang akan membuka usaha kecil dan menengah terbuka pada 4 subsistem agribisnis, yang menjadi kendala saat ini, adakah jiwa-jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan untuk segera mempergunakan peluang tersebut.
Dalam artian, peluang akan membuka usaha kecil dan menengah terbuka pada 4 subsistem agribisnis, yang menjadi kendala saat ini, adakah jiwa-jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan untuk segera mempergunakan peluang tersebut.
Hasil
penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti menunjukkan bahwa integrasi
dan link-antar sub sistem usaha agribisnis belum tersinkron dengan baik, dimana
setiap subsistem masih berjalan dengan sendiri-sendiri bahkan cenderung
mengakibatkan kerugian yang sebenarnya justru harus mendatangkan dampak positip
dari keberadaannya. Usaha-usaha pada sistem agribisnis tersebut masih berskala
kecil dengan sumberdaya manusia seadanya, teknologi yang terbatas dan tidak ada
kepastian harga dan proteksi akan kelangsungan usahanya.
4.
Kondisi Kepemimpinan Usaha Kecil
a. Mencari Pemimpin Yang Baik.
Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi seorang
pemimpin yang sukses tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan nilai,
gaya dan aktivitas atau apa pun yang relevan untuk disebut sebagai pemimpin
yang sukses merupakan proses yang panjang. Ada pemimpin yang sukses karena
mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas, pendorong yang kuat, dan
berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai kepemimpinan yang tinggi.
Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang kepada para pegawainya
untuk membuat keputusan dan bebas memberikan saran, mampu menciptakan jenis
budaya kerja yang mendorong serta menunjang pertumbuhan. Pendeknya, untuk
menjadi pemimpin yang sukses haruslah memiliki dorongan yang kuat dan
integritas yang tinggi.
Kepemimpinan adalah sebuah proses yang melibatkan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dengan memberi kekuatan motivasi, sehingga orang tersebut dengan penuh semangat berupaya menuju sasaran. Ahli manajemen, Peter F Drucker secara khas memandang kepemimpinan adalah kerja. Seorang pemimpin adalah mereka yang memimpin dengan mengerjakan pekerjaan mereka setiap hari. Pemimpin terlahir tidak hanya dalam hirarki managerial, tetapi juga dapat terlahir dalam kelompok kerja non formal.
b. Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini
Kepemimpinan sebenarnya sangat bersangkut erat
terhadap karakter seseorang, jika seseorang berbudi halus maka ia cenderung
memimpin dengan gaya dan type yang halus pula. Melihat kondisi kebanyakan
bisnis kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga
pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh
anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak
terbatas. Disamping itu pengetahuan akan teori-teori kepemimpinan juga terbatas
sehingga kebanyakan pemimpin bisnis kecil memimpin dengan gaya tradisional,
misalnya pemimpin bisnis kecil di Bali akan cenderung memimpin dengan gaya
serta type dengan kaidah-kaidah atau norma-norma ke-baliannya. Begitu juga,
jika ada pemimpin bisnis kecil dari suku Tionghoa akan cenderung juga
menerapkan gaya dan type kepemimpinan ala cines, atau kalau kita bandingkan
dengan teori kepemimpin lebih dekat kepada gaya Paternalistik kekeluargaan.
Masalah-masalah SDM pada perusahaannya belum begitu
nampak besar dan serius karena skala usahanya masih kecil, unsur kekeluargaan
masih bisa dijalankan dengan baik, hal ini juga sebenarnya menjadi faktor
penghambat kenapa bisnis kecil tetap kecil. Alasan pertama adalah gaya dan type
kepemimpinan yang masih tradisional, paternalistik, lebih-lebih masih saja ada
yang feodal, seperti di Jawa misalnya.
c. Penerapan Teori Kebutuhan Maslow Dalam Bisnis Kecil
Penerapan Teori Kebutuhan Maslow dalam menumbuhkan
dukungan yang kuat para anggota perusahaan yang bersaing dalam: inovasi” dan
“peningkatan kualitas” sehingga terjadi peningkatan kinerja dan keuntungan
perusahaan. Motivasi merupakan proses interaksi antara kebutuhan (need),
dorongan (drive), dan tujuan (goals)
Mengapa dua produk yang sama, dijual oleh dua
perusahaan yang berbeda, memberikan hasil yang berbeda ? Suatu perusahaan
membuat produk yang dapat dijual, bukan menjual produk yang dapat dibuat,
karena itu perusahaan perlu mengenali pelanggan dan mengidentifikasi
kebutuhannya. Dengan demikian perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
Salah satu kegagalan dari produk baru, biasanya adalah karena mereka salah
mengenali kebutuhan konsumen. Perusahaan mengharapkan konsumennya menjadi
pelanggan, sehingga ada kontinuitas pembelian.
Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen, wirausahawan tidak dapat menciptakan suatu produk untuk memenuhi semua kebutuhan. Diversifikasi produk perlu dilakukan untuk melayani semua kebutuhan. Berbagai usaha dilakukan perusahaan untuk membuat pelanggannya merasa istimewa. Selain untuk meningkatkan penjualan juga untuk membangun loyalitas pelanggan. Perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga mereka yang menjalankan organisasi tahu apa yang ingin dicapai dan dapat melakukan perencanaan dan implementasinya.
Kunci dari keberhasilan Perusahaan untuk mencapai
tujuan yaitu membangun loyalitas pelanggan dalam arti luas dapat dijabarkan
bahwa: pelanggan bukan semata-mata hanya orang yang membutuhkan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan tetapi jauh lebih luas, dalam Total Quality
Management dijelaskan yang termasuk pelanggan adalah: Konsumen, Pekerja, dan
pemilik. Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan makna
motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan
dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya,
justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar
UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis kecil yang tidak bertahan lama.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kondisi
Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini Selama krisis ekonomi yang berawal pada
pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil
secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini
terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha
menengah dan usaha kecil.
Peluang
Usaha Kecil yang sedang dikembangkan Pembangunan pertanian dalam kerangka
system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub
agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang
menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub
agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu
kegiatan yang menggunakan sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan
komoditas pertanian primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub
agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang
mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk
antara (intermediate product) maupun bentuk produk akhir (finished product);
dan (4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub
agribisnis di atas. Ini semua merupakan peluang yang dapat kita manfaatkan
sebagai peluang untuk menjadi wirausahawan.
Kondisi
Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini Kondisi kebanyakan bisnis kecil yang ada di
Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga pemilik itu sendiri,
bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh anggota keluarga dekat,
sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas.
Penerapan
Teori Motivasi dalam Bisnis Kecil Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah
mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan
pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum
regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya
sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis kecil yang
tidak bertahan lama karena ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.
B. Saran
B. Saran
Motivasi
Pemerintah Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997,
sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu
menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya
usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil.
Jika ini yang terjadi haruslah ada intervensi pemerintah sebagai regulasi dalam
memotivasi bertumbuhnya wira-wira usaha baru sehingga perekonomian nasional
dapat segera bangkit.
Para
pemimpin Bisnis Kecil, belajarlah lebih banyak lagi Para pemimpin bisnis kecil,
pandanglah masa depan perusahaan anda sebagai sebuah masa depan yang terus
dapat di wariskan sehingga anda dapat mengelola bisnis secara profesional,
manjauhkan diri dari kekuasan mutlak, kesewenang-wenangan.
Paculah
Kinerja Karyawan anda dengan Motivasi Kelemahan mendasar pada bisnis kecil
adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya
memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok
upah minimum regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji
karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Untuk hal ini, penulis sangat
mengharapkan, para pengusaha kecil janganlah memberikan motivasi hanya sebatas
kebutuhan dasar saja, tetapi perlakukanlah karyawan anda seperti manusia
selayaknya. Pada akhirnya banyak bisnis kecil anda bertahan lama tidak
ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.
B. Saran
- Dosen
• Jangan merokok ketika mejelaskan materi
• Menjelaskan materi jangan terlalu cepat
• Sebaiknya bapak mengoreksi cara bapak mengajar
DAFTAR
PUSTAKA
Sutjipta, Nyoman, 2001, “Manajemen Sumber Daya Manusia” Diktat: Univeritas Udayana, Denpasar.
Sumidjo, Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Thoha, Miftah, 1994,”Kepemimpinan Dalam Manajemen”, CV. Rajawali, Jakarta.
Yukl, Gary, 1996, “Kepemimpinan Dalam kewirausahaan”, Prerhallindo, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar