STROKE
INFARK e.c FIBRINOGEN
PENDAHULUAN
Penelitian epidemiologi menunjukkan
bahwa kadar fibrinogen plasma yang tinggi merupakan faktor risiko utama dari
penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit
pembuluh darah tepi. Kadar fibrinogen ditentukan oleh, faktor genetik dan
lingkungan (seperti merokok, obesitas, diabetes melitus, menopause, infeksi ,
dan lain-lain). Kadar fibrinogen juga dapat dipakai untuk meramalkan kejadian
risiko penyakit kardiovaskuler; terutama bagi populasi yang tergolong resiko
tinggi (kadar. fibrinogen plasma > 3 gll). Paling sedikit ada empat
mekanisme bagaimana fibrtinogen berperan dalam patogenesis penyakit
kardiovaskuler yaitu: aterogenesis, agregasi trombosit dan pembentukan trombus,
pembentukan trombus fibrin. dan peningkatan viskositas plasma dalam darah.
Penurunan kadar fibrinogen dapat dicapai dengan memperbaiki pola hidup (seperti
tidak merokok, latihan. pengendalian gula darah yang baik bagi penderita
diabetes), dan bila perlu dapat diberikan obat golongan fibrat.
DEFINISI
Stroke adalah gangguan fungsi otak
baik lokal maupun menyeluruh, karena pasokan darah ke otak terganggu, yang
terjadi secara cepat dan berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan
kematian. Stroke dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : stroke iskemik dan
stroke hemoragik.
Pada stroke iskemik, suplai darah ke
bagian otak terganggu akibat aterosklerosis atau bekuan darah yang menyumbat
pembuluh darah. Sedangkan pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga
menghambat aliran darah normal dan menyebabkan darah merembes pada area otak
dan menimbulkan kerusakan.
Stroke iskemik merupakan salah satu
penyakit dengan angka kematian yang tinggi, namun penyakit. ini dalam
perjalanannya menunjukkan penurunan angka kematian dari 88,8 per 100.000
populasi (tahun 1950) menjadi 26,4 per 100.000 (tahun 1996). Angka kematian
tersebut berbeda antara populasi kulit hitam dan kulit putih. Angka kematian
pada pria kulit hitam adalah 50,9 per 100.000 populasi dan 39,2 per 100.000
wanita kulit hitam. Sedangkan angka kematian pada pria kulit putih adalah 26,3
per 100.000 dan 22,9 per 100.000 pada wanita kulit putih. Alasan yang tepat
mengenai perbedaan ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa
faktor genetik, geografi dan budaya ikut berpengaruh. Stroke iskemik dapat
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
(i)
Penyakit aterosklerosis pada arteri yang besar, misalnya: carotid arteries atau
vertebrobasilar arteries (60%)
(ii)
Gangguan pada penetrasi arteri yang berperan dalam oksigenasi dan pemberian
nutrisi pada Susunan Saraf Pusat (20%)
(iii)
Penyakit yang terkait dengan kelainan jantung, seperti: atrial fibrillation
(15%); dan kasus yang tidak umum, seperti infeksi atau inflamasi pada arteri
(5%).
PATOFISIOLOGI
STROKE INFARK
Gambar 1 :
Stroke Infark
Infark serebri diawali dengan
terjadinya penurunan Cerebral Blood Flow (CBF) yang menyebabkan suplai oksigen
ke otak akan berkurang. Derajat dan durasi penurunan Cerebral Blood Flow (CBF)
kemungkinan berhubungan dengan jejas yang terjadi. Jika suplai darah ke otak
terganggu selama 30 detik, maka metabolisme di otak akan berubah. Setelah satu
menit terganggu, fungsi neuron akan berhenti. Bila 5 menit terganggu dapat
terjadi infark. Bagaimanapun, jika oksigenasi ke otak dapat diperbaiki dengan
cepat, kerusakan kemungkinan bersifat reversibel.
Dalam keadaan iskemik, kadar kalium
akan meningkat disertai penurunan ATP dan kreatin fosfat. Akan tetapi,
perubahan masih bersifat reversibel apabila sirkulasi dapat kembali normal. Ion
kalium yang meninggi di ruang ekstraseluler akan menyebabkan pembengkakan sel
astroglia, sehingga mengganggu transport oksigen dan bahan makanan ke
otak. Sel yang mengalami iskemia akan melepaskan glutamat dan aspartat
yang akan menyebabkan influx natrium dan kalsium ke dalam sel.
Kalsium yang tinggi di intraseluler
akan menghancurkan membran fosfolipid sehingga terjadi asam lemak bebas, antara
lain asam arakhidonat. Asam arakhidonat merupakan prekursor dari prostasiklin
dan tromboksan A2. Prostasiklin merupakan vasodilator yang kuat dan mencegah
agregasi trombosit, sedangkan tromboksan A2 merangsang terjadinya agregasi
trombosit. Pada keadaan normal, prostasiklin dan tromboksan A2 berada dalam
keseimbangan sehingga agregasi trombosit tidak terjadi. Bila keseimbangan ini
terganggu, akan terjadi agregasi trombosit. Prostaglandin, leukotrien, dan
radikal bebas terakumulasi. Protein dan enzim intraseluler terdenaturasi,
setelah itu sel membengkak (edema seluler).
Akumulasi asam laktat pada jaringan
otak berperan dalam perluasan kerusakan sel. Akumulasi asam laktat yang dapat
menimbulkan neurotoksik terjadi apabila kadar glukosa darah otak tinggi
sehingga terjadi peningkatan glikolisis dalam keadaan iskemia.
Gambar 2 :
Patofisiologi stroke
FIBRINOGEN
Fibrinogen merupakan molekul protein
yang penting untuk tubuh manusia. Ia memiliki fungsi untuk pembekuan darah.
Harga fibrinogen darah dalam tubuh normalnya antara 200-400 mg/dl. Fibrinogen
berlebihan bisa memengaruhi aliran darah sehingga kemampuan penyediaan oksigen
dalam darah bisa menurun. Darah akan menjadi kental dan alirannya menjadi
lambat. Fibrinogen, jika menyatu dengan trombosit, bisa mencetuskan formasi
bekuan darah pada pembuluh darah arteri. Selanjutnya, ia bisa berubah menjadi
fibrin dan hasil akhirnya terjadi pembekuan darah. Fibrinogen bersamaan dengan
kolesterol LDL bisa pula membentuk endapan aterosklerosis yang akhirnya
menyumbat pembuluh darah arteri. Misalnya, pada pembuluh darah koroner jantung.
Stroke juga dimungkinkan terjadi
terkait bekuan darah arteri otak yang diakibatkan penurunan aliran darah ke
otak. Atas dasar berbagai hal di atas, sangat penting menurunkan kadar
fibrinogen supaya risiko bekuan darah yang tidak normal pada pembuluh darah
arteri berkurang. Fibrinogen yang berlebihan dalam jangka panjang bisa bertindak
sebagai bahan aktif untuk terbentuknya pengapuran pembuluh darah. Atau, lebih
dikenal dengan istilah aterosklerosis. Jika itu terjadi pada pembuluh darah
jantung, akan timbul penyakit jantung koroner. Jika terjadi pada pembuluh darah
otak, hal itu bisa menyebabkan stroke. Meski begitu, fibrinogen bukan
satu-satunya penyebab stroke dan serangan jantung. Banyak pula faktor pencetus
lain seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dyslipidemia, rokok, obesitas, dan
umur yang lanjut. Tingginya fibrinogen dalam tubuh bisa juga disebabkan
kebiasaan merokok.
Udara yang dingin juga terkait
dengan peningkatan fibrinogen darah. Itu dibuktikan dari data penelitian di
negara dengan empat musim. Angka kejadian serangan jantung dan stroke meningkat
pada musim dingin dibandingkan saat musim panas. Faktor keturunan yang dibawa
kelainan genetik juga merupakan salah satu penyebab peningkatan fibrinogen.
Beberapa obat-obatan yang bisa menurunkan fibrinogen secara langsung ataupun
tidak langsung, antara lain, aspirin, green tea, ginkgo, vitamin E, vitamin A,
beta carotene, olive oil, fish oil, asam folat, vitamin B6, vitamin C, dan obat
penurun lemak golongan fibrat. Cara lain secara nonfarmakologis untuk
menurunkan fibrinogen adalah stop rokok, menghindari obesitas, menurunkan
kolesterol LDL, dan menghindari paparan udara dingin.
Fibrinogen
sebagai faktor resiko penyakit kardiovaskuler
Laporan-laporan tentang fibrinogen
berkaitan dengan penyakit kardiovaskuler (PKV) pertama kali ditulis pada tahun
1950an. Dan sampai dekade terakhir ini dapat dibukti kan bahwa fibrinogen
merupakan faktor risiko mayor dari PKV. Dan yang paling penting, bahwa
kadar fibrinogen mempunyai kekualan ramal yang tinggi untuk terjadinya
aterotrombus. Dan selanjutnya dari
penelitian meta-analisis ditemukan bahwa
populasi dengan kadar fibrinogen tertinggi mempunyai risiko relatif untuk
kejadian PKV sebesar 2.3 dibandingkan dengan kadar fibrinogen terendah.
Hubungan antara kadar fibrinogen dan meningkatnya risiko kejadian PKV tampaknya
sinergis dengan risiko peningkatan kadar kolesterol dan tekanan darah.
Paling sedikit ada empat mekanisme
bagaimana kadar fibrinogen plasma yang tinggi dapat memicu terjadinya PKV,
yaitu :
- Aterogenesis
- Agregasi trombosit dan
pembentukan trombus
- Pembentukan trombus fibrin
- Peningkatan viskositas plasma
dan darah
INFARK
ATHEROTROMBOTIK
Kebanyakan penyakit cerebrovaskular dapat dikaitkan dengan atherosklerosis dan
hipertensi kronis. Keduanya saling mempengaruhi. Atherosklerosis akan
mengurangi kelenturan arteri besar, dan stenosis atherosklerotik yang terjadi
pada arteri ginjal, keduanya dapat mengakibatkan tekanan darah yang meningkat.
Sedangkan hipertensi akan ”mendorong” atherosklerosis ke dinding arteri cabang
kecil.
Arterioklerosis adalah sekelompok
penyakit yang ditandai dengan adanya penebalan dan hilangnya elastisitas
arteri. Secara patologi anatomi, terdapat 3 jenis arterioklerosis, yaitu:
1. Arterioklerosis, ditandai
dengan pembentukan ateroma (palque di intima
yang terdiri dari lemak dan jaringan
ikat.
2. Monckeberg’s medial calfic
sclerosis, yang ditandai dengan kalsifikasi
tunika media, dan
3. Arterioklerosis, ditandai
dengan adanya proliferasi atau penebalan dinding arteri kecil dan arteriol.
Karena aterosklerosis merupakan bentukarterioklerosis yang paling sering
dijumpai dan paling penting, istilah arterioklerosis dan aterosklerosis sering
digunakan secara bergantian untuk menggambarkan kelainan yang sama.
Proses atheromatous pada arteri otak
identik dengan yang terjadi pada aorta, arteri koroner, dan arteri besar
lainnya. Proses ini terjadi dengan progresif, berkembang tanpa gejala dalam
waktu puluhan tahun, dan dapat dipercepat oleh hipertensi, hiperlipidemia, dan
diabetes. Profil lipoprotein darah dengan kadar HDL (High Density Lipoprotein)
kolesterol yang rendah dan LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol yang tinggi
juga mempercepat proses terjadinya plak atheromatous. Faktor resiko lainnya
adalah merokok, yang akan menurunkan kadar HDL kolesterol darah dan aliran
darah otak.
Terdapat kecenderungan plak
atheromatous untuk terbentuk pada percabangan dan cekungan arteri otak. Tempat
yang paling sering adalah:
• A. carotis interna, pada
pangkalnya yang berasal dari a. carotis communis.
• A. vertebralis pars cervicalis dan
pada peralihannya yang membentuk a. Basiler
• Pada batang maupun percabangan
utama a. cerebri medial
• Pada a. cerebri posterior yang
memutar di otak tengah
• A. cerebri anterior di lengkungan
yang memutari corpus callosum
Ada 3
proses biologis yang berperan dalam pembentukan lesi aterosklerosis, yaitu:
1. Proliferasi sel otot polos di
tunika intima, pengumpulan makrofag dan limfosit
2. Pembentukan matriks jaringan ikat
yang terdiri dari kolagen, serat-serat elastina dan proteoglikan
3. Akumulasi lemak terutama dalam
bentuk kolesterol bebas dan esternya, baik dalam sel maupun dalam jaringan
sekitarnya
Gambar 4 :
Plak yang menyumbat arteri
Faktor
resiko aterosklerosis
1. Hipertensi
2. Hiperlipidemi
3. Merokok
Beberapa faktor yang diduga
berhubungan dengan aterogenesis karena merokok adalah :
1. stimulasi sistem saraf simpatis
oleh nikotin
2. penggeseran O2 yang terikat dalam
hemoglobin oleh CO2
3. reaksi imunologis langsung pada
dinding pembuluh dara
4. meningkatnya adhesi trombosit,
dan
5. meningkatnya permeabilitas endotel
terhadap lemak karena zat yang terkandung di dalam rokok.
4. Diabetes mellitus
5. Fibrinogen
6. Lipoprotein (a) / Lp(a)
7. LDL yang teroksidasi
8. Inflamasi dan infeksi
9. Hiperhomosisteinemi
Ada beberapa mekanisme yang diduga
berhubungan, yaitu:
1. Homosistein mempunyai efek
sitotoksik langsung terhadap endotel karena zat ini dapat mengkatalisir
produksi hidrogen peroksida,
2. Homosistein
meningkatkan oksidasi LDL
3. Homosistein meningkatkan
proliperasi sel otot polos dan produksi kolagen,
4. Homosistein meningkatkan resiko
trombosis dengan cara menurunkan aktifitas AT-III , menurunkan kadar faktor V
dan VII, inhibisi aktivasi
10. Plasminogen Activator
Inhibitor-1 (PAI-1)
Gambaran Klinis Harus terdapat riwayat episode prodromal sebelumnya untuk menegakkan diagnosis trombosis otak, berupa serangan yang sifatnya sementara dan reversibel. Bila sumbatan terjadi pada a. carotis dan a. cerebri media, gejala yang mungkin timbul pada serangan awal adalah kebutaan sebelah mata, hemiplegia, hemianesthesia, gangguan bicara dan bahasa, bingung dan lain-lain. Bila sumbatan terjadi pada sistem vertebrobasiler, terjadi episode pusing, diplopia, kebas, hendaya penglihatan pada kedua lapang pandang dan dysarthria. Serangan awal tersebut dapat terjadi dalam rentang waktu beberapa menit hingga beberapa jam, umumnya tidak lebih dari 10 menit.
Gambaran Klinis Harus terdapat riwayat episode prodromal sebelumnya untuk menegakkan diagnosis trombosis otak, berupa serangan yang sifatnya sementara dan reversibel. Bila sumbatan terjadi pada a. carotis dan a. cerebri media, gejala yang mungkin timbul pada serangan awal adalah kebutaan sebelah mata, hemiplegia, hemianesthesia, gangguan bicara dan bahasa, bingung dan lain-lain. Bila sumbatan terjadi pada sistem vertebrobasiler, terjadi episode pusing, diplopia, kebas, hendaya penglihatan pada kedua lapang pandang dan dysarthria. Serangan awal tersebut dapat terjadi dalam rentang waktu beberapa menit hingga beberapa jam, umumnya tidak lebih dari 10 menit.
Stroke trombotik, dapat berkembang
dengan berbagai cara, yaitu:
a. Stroke parsial dapat
terjadi, atau berkurang sementara untuk beberapa jam, setelahnya terjadi
perubahan cepat menuju stroke lengkap. Episode awal dapat berlangsung lebih
lama dan berulang sebelum terjadi stroke yang lengkap.
b. Stroke trombotik dapat terjadi
waktu tidur, pada saat terjaga, pasien lumpuh pada tengah malam atau pagi.
Pasien dapat bangkit dari tempat tidur, lalu terjatuh dan tidak berdaya.
c. Gambaran stroke trombotik dapat
terjadi sangat lambat, sehingga menyerupai tumor otak, abses ataupun subdural
hematoma. Untuk menegakkan diagnosis stroke pada kasus ini, riwayat penyakit
terdahulu harus didapat dengan lengkap.
Trombosis arterial biasanya tidak
disertai nyeri kepala. Bila ada, lokasi nyeri berhubungan dengan lokasi
sumbatan arteri. Intensitas nyeri tidak parah dan lebih regional dibandingkan
dengan perdarahan intraserebral maupun perdarahan subarachnoid. Hipertensi,
diabetes, kebiasaan merokok dan hiperlipidemia umum ditemukan pada pasien
dengan stroke infark atherotrombotik.
INFARK
KARDIOEMBOLI
Stroke kardioemboli merupakan salah
satu subtipe stroke Infark yang terjadi karena oklusi arteri serebral oleh
emboli yang bersumber dari jantung atau melalui jantung. Hampir 90% emboli yang
berasal dari jantung berakhir di otak, sehingga defisit neurologi sering
merupakan manifestasi awal dari penyakit sistemik karena emboli.
Pembentukan emboli yang mengoklusi arteri
di otak bisa bersumber dari jantung sendiri atau berasal dari luar jantung,
tetapi pada perjalanannya melalui jantung, misalnya sel tumor, udara dan lemak
pada trauma, parasit dan telurnya. Yang sering terjadi adalah emboli dari
bekuan darah (clots) karena penyakit jantungnya sendiri.
Trombus yang terlepas akan terbawa
oleh aliran pembuluh darah sampai pada percabangan arteri yang terlalu kecil
untuk dilewati.


Gambar 5 :
Infark Kardioemboli
Emboli yang berasal dari jantung
dapat disebabkan oleh :
• Fibrilasi atrial dan aritmia
lainnya (dengan penyakit jantung rematik, atherosklerotik, hipertensi,
kongenital maupun sifilis)
• Infark miokard
• Penyakit jantung tanpa aritmia
maupun trombus mural (stenosis mitral, miokarditis)
• Komplikasi bedah jantung
• Katup jantung buatan
• Vegetasi trombotik
endokardial non bacterial
• Prolaps katup mitral
• Emboli paradoks dengan penyakit
jantung kongenital (cont: patent foramen ovale)
• Myxoma
Emboli yang tidak berasal dari
jantung antara lain:
• Atherosklerosis aorta dan a.
Carotis
• Dari tempat pembelahan atau
displasia a. carotis dan a. Vertebrobasiler
• Trombus pada v. Pulmonalis
• Lemak, tumor, udara
• Komplikasi bedah leher dan thoraks
• Trombosis pada panggul dan
ekstremitas bawah pada right-to-left cardiac shunt
Emboli yang terperangkan di arteri
serebri akan menyebabkan reaksi:
1. endotel pembuluh darah
2. permeabilitas pembuluh darah
meningkat
3. vaskulitis atau aneurisma
pembuluh darah
4. iritasi lokal, sehingga terjadi
vasospasme lokal
selain keadaan diatas, emboli juga
menyebabkan obstruksi aliran darah, yang dapat menimbulkan hipoksia jaringan
dibagian distalnya dan statis aliran darah, sehingga dapat membentuk formasi
rouleaux, yang akan membentuk klot pada daerah stagnasi baik distal maupun
proksimal. Gangguan fungsi neuron akan terjadi dalam beberapa menit kemudian,
jika kolateral tidak segera berfungsi dan sumbatan menetap. Bagian distal dari
obstrupsi akan terjadi hipoksia atau anoksia, sedangkan metabolisme jaringan
tetap berlangsung, hal ini akan menyebabkan akumulasi dari karbondiaksida (CO2)
yang akan mengakibatkan dilatasi maksimal dari arteri, kapiler dan vena
regional. Akibat proses diatas dan tekanan aliran darah dibagian proksimal
obstrupsi, emboli akan mengalami migrasi ke bagian distal.
Emboli dapat mengalami proses lisis,
tergantung dari :
1. faktor vaskuler, yaitu proses
fibrinolisis endotel lokal, yang memegang peran dalam proses lisis emboli.
2. komposisi emboli, emboli yang
mengandung banyak trombosit dan sudah lama terbentuk lebih sukar lisis,
sedangkan yang terbentuk dari bekuan darah (Klot) mudah lisis.
Gejala
Klinis
• Dari seluruh jenis stroke,
kardioemboli merupakan jenis yang berkembang paling cepat. Biasanya timbul pada
saat beraktivitas, dan timbul mendadak, seperti saat di kamar mandi.
• Kadang ditemukan; isolated
homonymous hemianopsia atau isolated aphasia
• Pada pencitraan otak :
o Melibatkan korteks, umumnya pada
distribusi percabangan a. cerebri medial
o Terdapat kemungkinan infark
perdarahan
Infark
Berdarah
Disebut Infark berdarah bila
ditemukan sejumlah sel darah merah diantara jaringan nekrotik. Pada otopsi
ditemukan fokus berupa perdarahan petkhial yang menyebar sampai perdarahan
petkhial yang berkumpul sehingga hampir meyerupai hematoma yang masif. Seperti
yang telah diuraikan diatas bahwa nasib emboli yang mengoklusi arteri serebri
bisa permanen, migrasi atau lisis, bila terjadi resirkulasi karena migrasi atau
lisis setelah jaringan serebri mengalami nekrosis, tekanan darah arterial yang
normal akan memasuki kapiler yang hipoksia akan menyebabkan diapedesis dari sel
darah merah melalui dinding kapiler yang hipoksia. Makin hebat resirkulasi dan
makin berat kerusakan dinding kapiler akan menyebabkan makin masifnya Infark
berdarah. Infark berdarah ini biasanya terletak diproksimal Infark. Dalam kasus
yang jarang, Infark berdarah bisa terletak didistal dari Infark, hal ini
terjadi karena sirkulasi dari kolateral yang terbuka.
INFARK LAKUNER
INFARK LAKUNER
Stroke ini mempunyai kumpulan gejala
klinis yang jelas dengan daerah kecil yang mengalami iskemia dan terbatas pada
daerah pembuluh darah tunggal yaitu pembuluh darah yang berpenetrasi ke otak
yang menembus kapsula interna, basal ganglia, thalamus, korona radiata, dan
daerah paramedian dari batang otak. Stroke lakuner biasanya berhubungan dengan
kombinasi antara hipertensi, atherosklerosis dengan diabetes melitus.
Stroke lakuner dapat didiagnosa
hanya melalui karakteristik gejala klinisnya yaitu hemiparesis motorik murni,
sindrom sensorik murni, clumsy hand, dysarthria, hemiparesis dengan ataksia,
sindrom sensorimotor.
FAKTOR
RESIKO STROKE
Menurut Baughman (2000) yang
menentukan timbulnya manifestasi
stroke dikenal sebagai faktor risiko stroke. Adapun faktor-faktor tersebut :
stroke dikenal sebagai faktor risiko stroke. Adapun faktor-faktor tersebut :
a. Hipertensi merupakan
faktor risiko stroke yang potensial.
b. Diabetes Mellitus
merupakan faktor risiko terjadi stroke yaitu dengan peningkatan aterogenesis.
c. Penyakit
Jantung/Kardiovaskuler berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor risiko
ini akan menimbulkan embolisme serebral yang berasal dari jantung.
d. Kadar hematokrit normal tinggi
yang berhubungan dengan infark cerebral.
e. Kontrasepsi oral,
peningkatan oleh hipertensi yang menyertai, usia di atas 35 tahun, perokok, dan
kadar es trogen tinggi.
f. Penurunan tekanan darah
yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat menyebabkan iskemia cerebral
umum.
g. Penyalahgunaan obat,
terutama pada remaja dan dewasa muda.
h. Konsumsi alkohol
Sedangkan menurut Harsono (1996),
semua faktor yang menentukan timbulnya manifestasi stroke dikenal sebagai
faktor risiko stroke. Adapun faktor -
faktor tersebut antara lain:
faktor tersebut antara lain:
a.
Hipertensi Hipertensi merupakan faktor risiko
stroke yang potensial. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun
menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka
timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran
darah ke otak akan terganggu dan sel – sel otak akan mengalami kematian.
b.
Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran
besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter
pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut kemudian akan mengganggu kelancaran
aliran ke otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan infark sel–sel otak.
c.
Penyakit Jantung Berbagai
penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor risiko ini akan
menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepas
gumpalan darah atau sel-sel atau jaringan yang telah mati ke dalam aliran
darah.
d.
Gangguan Aliran Darah Otak Sepintas Pada umumnya bentuk – bentuk gejalanya adalah sebagai
berikut : Hemiparesis, disartri, kelumpuhan otot – otot mulut atau pipi
(perot), kebutaan mendadak, hemiparestesi dan afasia.
e.
Hiperkolesterolemi
Meningginya angka kolesterol dalam
darah, terutama low density lipoprotein (LDL), merupakan faktor risiko penting
untuk terjadinya arteriosklerosis (menebalnya dinding pembuluh darah yang
kemudian diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kad ar LDL
dan penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein) merupakan faktor risiko
untuk terjadinya penyakit jantung koroner.
f. Infeksi
Penyakit infeksi yang mampu berperan
sebagai faktor risiko stroke adalah tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis,
dan infeksi cacing.
g.
Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit jantung.
h. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko
utama untuk terjadinya infark jantung.
i. Kelainan
pembuluh darah otak
Pembuluh darah otak yang tidak normal suatu saat akan pecah dan
menimbulkan perdarahan.
menimbulkan perdarahan.
j.
Lain–lain Lanjut usia, penyakit paru–paru
menahun, penyakit darah, asam urat yang berlebihan, kombinasi berbagai faktor
risiko secara teori.
MANIFESTASI
KLINIK
Menurut Smeltzer (2001) manifestasi
klinis stroke terdiri atas :
a. Defisit Lapang Penglihatan
a. Defisit Lapang Penglihatan
1)
Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan)
Tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilanga n, penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
Tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilanga n, penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
2)
Kehilangan penglihatan perifer Kesulitan melihat pada malam hari, tidak
menyadari objek atau batas objek.
3)
Diplopia, Penglihatan ganda.
b. Defisit
Motorik
1)
Hemiparesis. Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis
wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2)
Ataksia,Berjalan tidak mantap, tegak Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar
berdiri yang luas.
3)
Disartria Kesulitan dalam membentuk kata.
4)
Disfagia Kesulitan dalam menelan.
c. Defisit
Verbal
1) Afasia
Ekspresif. Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu
bicara dalam respon kata tunggal.
2) Afasia
Reseptif. Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mam pu bicara
tetapi tidak masuk akal.
3) Afasia
Global. Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
d. Defisit
Kognitif Pada
penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang, penurunan
lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi, alasan abstrak
buruk, perubahan penilaian.
e. Defisit
Emosional Penderita
akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik
diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik
diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan
radiologi :
A. Head CT
Scan Pada stroke non hemorhargi terlihat
adanya infark sedangkan pada stroke haemorhargi terlihat perdarahan.
B.
Elektrokardiografi (EKG)
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan dalam suplai darah ke
otak.
C. Elektro
Encephalo Grafi Elektro
Encephalo Grafi mengidentifikasi masalah berdasarkan gelombang otak,
menunjukkan area lokasi secara spesifik.
D.
Angiografi cerebral
Pada cerebral angiografi membantu secara spesifik penyebab stroke seperti
perdarahan atau obstruksi arteri, memperlihatkan secara tepat letak
oklusi atau ruptur.
oklusi atau ruptur.
E.
Magnetik Resonansi Imagine (MRI) Menunjukkan daerah yang mengalami infark, haemorhargi,
Malformasi Arterior Vena (MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih dibanding CT
Scan.
F.
Ultrasonografi dopler Mengidentifikasi
penyakit Malformasi Arterior Vena .
G. X-Ray
kepala Menurut Wibowo (1991), pemeriksaan
X-Ray kepala dapat menunjukkan
perubahan pada glandula peneal pada sisi yang berlawanan dari massa yang
meluas, klasifikasi karotis internal yang dapat dilihat pada trombosis cerebral,
klasifikasi parsial pada dinding aneurisme pada perdarahan subarachnoid
perubahan pada glandula peneal pada sisi yang berlawanan dari massa yang
meluas, klasifikasi karotis internal yang dapat dilihat pada trombosis cerebral,
klasifikasi parsial pada dinding aneurisme pada perdarahan subarachnoid
H. Foto
thorax Pemeriksaan foto thorax dapat
memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
Pemeriksaan
laboratorium :
- Pemeriksaan lumbal pungsi Pada pemeriksaan pungsi lumbal
untuk pemeriksaan diagnostik diperiksa kimia sitologi, mikrobiologi,
virologi . Disamping itu dilihat pula tetesan cairan cerebrospinal saat
keluar baik kecepatannya, kejernihannya, warna dan tekanan yang menggambarkan
proses terjadi di intra spinal. Pada stroke non hemorargi akan ditemukan
tekanan normal dari cairan cerebrospinal jernih. Pemeriksaan pungsi
cisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi lumbal. Prosedur
ini dilakukan dengan supervisi neurolog yang telah berpengalaman.
- Pemeriksaan darah Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui keadaan darah, kekentalan darah, jumlah sel darah,
penggumpalan trombosit yang abnormal dan mekanisme pembekuan darah. Pada
stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg
dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. Pemeriksaan darah
lengkap juga dapat digunakan untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
Penentu
Kadar Fibrinogen Plasma
Variasi geografis mungkin ikut
menentukan kadar fibrinogen. Orang Jepang mempunyai kadar fibrinogen yang lebih
rendah dari pada orang Kaukasus di Amerika Serikat). Kadar fibrinogen juga
meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. Pada perokok ditemukan kadar
fibrinogen lebih tinggi dari pada bukan perokok; dan penghentian merokok dapat
menurunkan kadar fibrinogen tetapi memerlukan waktu 5 tahun sampai kadar
fibrinogen sama dengan orang yang tidak pernah merokok. Kadar fibrinogen juga
ditemukan lebih tinggi pada wanita, tetapi ada yang mendapatkan lebih tinggi
pada Iaki-laki; pada wanita pengguna pil kontrasepsi, kehamilan, menopause, dan
pengguna terapi pengganti hormon. Pada penderita obesitas, intoleransi glukosa
atau diabetes melitus, kurang latihan. hiperlipidemia. hipertensi juga
ditemukan mempunyai kadar fibrinogen plasma yang tinggi
Faktor lain yang berpengaruh
terhadap tingginya kadar fibrinogen adalah faktor sosial ekonomi dan pekerjaan.
Namun dikatakan kemungkinan faktor ini berkaitan dengan faktor-faktor lain
seperti, merokok, obesitas, atau kurang latihan. Faktor genetik tampaknya juga
berperan, terutama pada polimorfisme pada gen β. Sedangkan kadar fibrinogen
yang rendah dapat ditemukan pada peminum alkohol, pembawa virus hepatitis B,
atau penderita sirosis hati
Tabel 1 :
Kemungkinan Penentu Kadar Fibrinogen
Kadar Fibrinogen Tinggi
|
Kadar Fibrinogen Rendah
|
Kulit hitamLaki-lakiUmur tua
Obesitas
Kolesterol
total tinggi
Menopause
Kelas
ekonomi rendah
Kurang
latihan
Pemakai
pi1 kontrasepsi
Hitung
leukosit tinggi
Stres
Diet
tinggi karbohidrat
|
Kulit putihWanitaKonsumsi alkohol
teratur
Latihan
fisik teratur
Pengganti
hormon post menopause
Diet
tinggi n-6 atau n-3 asam-lemak tak jenuh ganda
|
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan stroke
infark adalah menurunkan kerusakan iskemik cerebral. Infark cerebral terdapat
kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin
ada jaringan yang masih bisa diselamatkan, tindakan awal difokuskan untuk
menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan
frekuensi) serta tekanan darah. Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan
faktor-faktor kritis sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda
vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang
paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu
lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah
berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan
memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat
mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi
yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin. Pasien harus dirubah posisi tiap 2
jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan
Hipertensi Tekanan
darah baru diturunkan setelah 2–7 hari pasca stroke iskemik akut, kecuali ada
indikasi khusus. Pada fase akut, tekanan darah tidak boleh diturunkan >
20-25% dari tekanan darah rata-rata. Indikasi terapi hipertensi pada stroke
akut :
- Jika tekanan darah diastolik
> 140 mmHg pada dua kali pembacaan selang 5 menit, berikan infus
natrium nitroprusid (sangat emergensi).
- Jika tekanan darah sistolik
> 230 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 121–140 mmHg pada dua kali
pembacaan selang 20 menit, berikan 20 mg labetolol iv selama 1–2 menit.
Dosis labetolol dapat diulang setiap 10–20 menit sampai penurunan darah
yang memuaskan. Setelah pemberian dosis awal, labetolol dapat diberikan
setiap 6–8 jam bila diperlukan (emergensi).
- Jika tekanan darah sistolik
180–230 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 105–120 mmHg, terapi darurat
harus ditunda tanpa adanya bukti perdarahan intraserebral atau gagal
ventrikel jantung kiri.
- Jika tekanan darah menetap pada
dua kali pengukuran selang 60 menit, maka diberikan 200–300 mg labetolol
2–3 kali sehari. Pengobatan alternatif selain labetolol adalah nifedipin
oral 10 mg tiap 6 jam atau kaptopril 6,25–12,5 mg tiap 8 jam (urgensi).
- Jika tekanan sistolik <180
mmHg dan atau tekanan diastolik < l05 mmHg, terapi hipertensi biasanya
tak diperlukan.
Pengobatan
Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran
darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum
dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin,
aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti
aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang
terjadi sesudah ulserasi alteroma. Pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik / emobolik.
4. Bloker calsium : Hemipidin
digunakan untuk mengobati vaso spasme cerebral.
5. Fentral : Digunakan untuk
meningkatkan aliran darah kapiler mikrosirkulasi sehingga meningkatkan perfusi
dan oksigen otak.
Terapi
penurunan kadar fibrinogen plasma
Jika diperlukan penurunan kadar
fibrinogen plasma secara akut dapat diberikan suntikan trombolitik atau enzim
defibrinasi, atau plasmafaresis. Penurunan kadar fibrinogen secara akut mungkin
salah satu mekanisme yang menguntungkan dari obat trombolitik pada terapi
infark miokard akut, penyumbatan arteri perifer dan tromboembolisme vena.
Untuk penurunan kronik, pengendalian
faktor penentu meningkatnya kadar fibrinogen perlu mendapat perhatian; misalnya
dengan latihan, pengendalian gula darah pada penderita diabetes. Obat
hipolipidemik golongan fibrat (seperti bezaribrat. siprofibrat, klofibfat, dan
fenofibrat) dapat menurunkan kadar fibrinogen plasma sebesar 10-20%.
Pengobatan
Pembedahan Indaterektomi
dan pembedahan by pass cranial yaitu membuat anastomisis arteri ekstra cranial
yang memperdarahi kulit kepala arteri intrakranial ketempat yang tersumbat.
Tujuan utama adalah memperbaiki
aliran darah cerebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk
kembali arteri karotis, yaitu dengan N membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama
merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan
pada stroke akut.
4. Ligasi arteri karotis komunis di
leher khususnya pada aneurisma.
KOMPLIKASI
Komplikasi stroke menurut
Satyanegara (1998):
a.
Komplikasi Dini (0-48 jam
pertama)
1) Edema serebri: defisit neurologis
cenderung memberat, dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial,
herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian.
2) Infark miokard: penyebab kematian
mendadak pada stroke stadium awal.
b.
Komplikasi Jangka pendek
(1-14 hari pertama)
1) Pneumonia: Akibat immobilisasi
lama
2) Infark miokard
3) Emboli paru: Cenderung terjadi 7
-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat penderita mulai mobilisasi.
4) Stroke rekuren: Dapat terjadi
pada setiap saat.
c.
Komplikasi Jangka panjang
1) Stroke rekuren
2) Infark miokard
3) Gangguan vaskular lain: penyakit
vaskular perifer.
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi
yang terjadi pada pasien stroke
yaitu:
yaitu:
a. Hipoksia serebral diminimalkan
dengan memberi oksigenasi
b. Penurunan darah serebral
c. Embolisme serebral.
PROGNOSIS
Menurut Harsono (1996) dipengaruhi
oleh beberapa faktor:
a. Tingkat kesadaran: sadar 16 %
meninggal, somnolen 39 % meninggal, yang stupor 71 % meninggal, dan bila
koma 100 % meninggal.
b. Usia: pada usia 70 tahun atau
lebih, angka – angka kematian meningkat tajam.
c. Jenis kelamin: laki – laki lebih
banyak (16 %) yang meninggal dari pada perempuan (39 %).
d. Tekanan darah: tekanan darah
tinggi prognosis jelek.
e. Lain – lain: cepat dan tepatnya
pertolongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar