Pages




PANDUAN DOWNLOAD

PANDUAN >> KLIK PILIHAN ANDA KEMUDIAN TUNGGU IKLAN 6 DETIK DAN KLIK SKIP

Senin, 28 Oktober 2013

MAKALAH HIPOPITUITARISME


MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Dosen Mata Kuliah :Robby Dwi Jatmoko ,S.Kep.MM.Kes.S.Kom.S.E
“ HIPOPITUITARISME “
Oleh :
Kelompok : V
Tingkat     : II A

Besse Riski Afnarni                                     Iluh Wiariati                                               
Sunartin                                                        Vira Adma Melinda
  Rusli                                                             Eka Sriwahyuni

PROGRAM D3 ILMU KEPERAWATAN
AKPER PEMDA KOLAKA
T.A 2010/2011
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb
Rasa syukur tak mampu kami ucapkan dengan kata-kata Ya Allah ,ketika kau begitu setia menggerakkan tangan kami sehingga penyusunan karya tulis ini dapat terselesaikan yang menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan tugas mata Kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Pada system Program D.III Keperawatan .Kami yakin tidak ada daya dan upaya yang kami miliki selain isinmu Ya Allah.
Makalah ini merupakan suatu bukti upaya dari kerja keras kami untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik,semoga jerih payah yang telah dicapai dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan  ilmu dan teknologi serta dapat digunakn juga sebagai ihnformasi bagi pembaca kalngan umum.Khususnya bagi mahasiswa POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
Semoga Allah SWt senantiasa melimpahkan rahmat-Nya dan hidayah-Nya,atas apa yang diusahakan selam ini.
Kami menyadari sebagai manusia biasa makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan .Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif untuk hasil yang lebih baik.
Wabillahi taufik Walhidayah.
Wassalamu Alaikum ,Wr.Wb.
                                                                        Sukabumi ,…Maret 2023

                                                                                         Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

I.  PENDAHULUAN    

A.    Latar Belakang........................................................................................... 3
B.     Tujuan Penulisan........................................................................................ 7
C.     Sistematika Penulisan................................................................................ 8

II. TINJAUAN  PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Medis ............................................................................ 8
B.     Tinjauan Keperawatan........................................................................ 18
1.      Pengkajian Data  Dasar................................................................. 18
2.      Asuhan Keperawatan  .................................................................. 18

III. PENUTUP

A.       KESIMPULAN ............................................................................... 19
B.        SARAN ............................................................................................ 19
        DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................







BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Setiap organisme selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya,artinya setiap perubahan dunia luar akan mendapat tanggapan agar ia tetap bertahan hidup.Sistem saraf dengan cepa menyebarkan Informasi agar mendapat tanggapan sehingga terjadi perubahan dalam diri kita seperti perubahan tekanan darah, respirasi, suhu.sebaliknya sistem endokrin yang menghasilkan hormon bekerja lebih lambat sebab hormon tersebut akan mengikuti aliran darah, terikat pada reseptor di organ target yang menyebabkan efek perubahan metabolisme atau fungsi dari organ tersebut,yang termasuk kelenjar endokrin adalah hipotalamus,kelenjar hiposis anterior dan posterior,kelenjar tiroid,kelenjar paratiroid,pulau langerhans pankreas,korteks dan medula anak ginjal,ovarium,testis dan sel endokrin di saluran cerna.
Kelenjar Hipofisis atau nama lainnya adalah kelenjar pituitary merupakan kelenjar yang sebesar kelereng namun mempunyai makna fisiologis yang sangat penting bagi kelangsungan dan homeostasis tubuhmanusia. Selain itu hipofisis, terutama bagian anterior, memiliki kemampuan dalam mengatur kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kelenjar ini diberi nama Master of Gland.
Pituitary adalah kelenjar majemuk sekresi internal yang terletak di dalam sel tursika, yakni suatu lekukan di dalam tulang sfenoid hipopituitarisme dapat desebabkan oleh macam-macam kelainan kelamin antara lain nekrosis, hipofisis postpartura (penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis, trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain-lain.
 Kelenjar hipofisis merupakan struktur kompleks pada dasar otak, terletak dalam sela tursika,di ronggadinding tulang sphenoid. Kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior atau neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior atau adenohipofisis yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis. Pada manusia lobus Intermedia terdapatmenyatu dengan lobus anterior.
Suatu struktur vaskular, yaitu sistem portal hipotalamus-hipofisis, juga menghubungkan hipotalamusdengan bagian anterior kelenjar hipofisis. Melalui sistem vaskular ini hormon pelepasan dari hipotalamus dapat mencapai kelenjar hipofisis untuk mempermudah pelepasan hormon.
Kelenjar hipofisis terbentuk sejak awal perkembangan embrional dari penyatuan dua tonjolan ektodermal yang berongga. Kantung rathke, suatu invaginasi dari atap daerah mulut primitif yang meluas ke atas menuju dasar otak dan bersatu dengan tonjolan dasar ventrikel ketiga yang akan menjadi neurohipofisis.
Fungsi-Fungsi hormon Hipofisis :
GH :  Gowth hormon atau somatotropin mempunyai pengaruh metabolik utama, baik pada anak-anakmaupun pada orang dewasa. Pada anak-anak, hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan somatik. Padaorang dewasa berfungsi untuk mempertahankan ukuran orang dewasa normal dan juga berperan dalampengaturan sintesis protein dan pembuangan zat makanan. GH disintesis di sel somatrotop padakelenjar hipofisis anterior. Kerja GH yang paling dramatis adalah pada pertumbuhan otot dan tulangskelet. Kerjanya dapat dibagi menjadi kerja direk dan indirek.
Kerja indirek hormon pertumbuhan GH bekerja pada untuk menstimulasi sintesis dan sekresi IGF-1 peptida yang menstimulasipertumbuhan. Pada sel lemak, IGF-1 menstimulasi lipolisis dan pada otot hormon ini menstimulasisintesis protein. Reseptor GH fungsional juga terdapat di tulang, menstimulasi produksi lokal IGF-1 padakondrosit proliferatif.
Kerja direk hormon pertumbuhan GH bersifat diabetogenik karena kerja hormon ini berlawanan dengan insulin dan bersifat lipolitik di sellemak dan glukoneogenik di sel otot Kadar GH normal :  -setelah diberi glukosa  2 mU/L -stress  > 20 mU/L.
MSH atau melanocortin stimulating hormone merupakan suatu unsur pokok dari propiomelanokortin.Hormon ini mengingkatkan pigmentasi kulit dan merangsang dispersi granula-granula melanin dalam melanositm.Sekresi MSH diatur oleh CRH (corticotrophin releasing hormone) dari hipotalamus dan dihambat oleh pengeluaran kortisol.Prolaktin Merupakan salah satu kelompok hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan payudara dan sekresi susu. Pelepasan prolaktin berada dibawah pengaruh penghambatan tonik oleh hipotalamus melaluidopamin, yang disekresi oleh sistem neuron dopaminergik tuberohipofiseal. Jika faktor-faktorpenghambat ini tidak ada maka sekresi prolaktin akan meningkat dan dapat terjadi laktasi. Thyrotropin-releasing hormone (TRH) merangsang sekresi prolaktin. Kadar prolaktin normal: 50-400 mU/L.
ACTH   Adrenocorticotropin hormone (ADH) merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal, merupakansuatu faktor yang sangat penting pada pengaturan produksi kortisol. CRH (corticotrophin releasinghormone) dan arginine-vasopresin (AVP) bekerja secara sinergis untuk merangsang sekresi ACTH. Kadar ACTH normal : - jam 09:00 = 10-80 ng/L.
TSH Merangsang pertumbuhan dan fungsi kelenjar thyroid. TSH menyebabkan pelepasan tiroksin.

  1. TUJUAN PENULISAN
Membahas  tentang :
1.Defenisi dari Hipopituitarisme
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4.Patofisiologi
5.Manifestasi Klinik
6.Pemeriksaan Penunjang
7.Penatalaksanaan Medis
8.Komplikasi
C.    SISTEMATIKA PENULISAN
                  Makalah ini berjudul Hipopituitarisme terdiri dari beberapa 3 bab dan beberapa sub bab yaitu:
                 Bab I              :  Pendahuluan,terdiri dari Latar belakang,tujuan penulisan,  sistematika penulisan
Bab II            : Tinjauan Medis dan Tinjauan Keperawatan terdiri dari Pengkajian data dasar,analisa data,diagnosa,intervensi dan evaluasi.
Bab III           :  Penutup :Pada bab ini memuat kesimpulan dari keseluruhan isi makalah, dan beberapa saran-saran



BAB II
TINJAUAN MEDIS
A.          KONSEP DASAR MEDIS
1.      DEFENISI
Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus. (buku ajar keperawatan medikal bedah Bunner and Sudarth).
Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat panyakit pada kelenjar sendiri atau pada hipotalamus.
Hipopituitarisme adalah disebabkan oleh macam-macam kelainan antara lain nekrosis, hipofisis post partum (penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain-lain (Kapita Selekta Edisi:2)
Dari pengertian diatas hipopituitarisme adalah suatu penyakit pada kelenjar hipofisis yang bisa disebabkan karena kerusakan lobus anterior

2.      KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan Manifestasi Klinik :
A.      Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)
Merupakan kelenjar yang sangat vaskuler dengan sinus - sinus kapiler yang luas diantara sel – sel kelenjar, 0,6 gr dan diameternya sekitar 1 cm sekresi hipofisis anterior diatur oleh hormon yang dinamakan ”releasing dan inhibitory hormones (atau factor) hipotalamus” yang disekresi dalam hipotalamus sendiri dan kemudian dihantarkan kehipofisis anterior melalui pembuluh darah kecil yang dinamakan pembuluh partal hipotalamik hipofisial. Kelenjar hipofisis anterior terdiri atas beberapa jenis sel.
Pada umumnya terdapat satu jenis sel untuk setiap jenis hormon yang dibentuk pada kelenjar ini, dengan teknik pewarnaan khusus berbagai jenis sel ini dapat dibedakan satu
sama lain.Satu-satunya kemungkinan pengecualiannya adalah sel dari jenis yang sama mungkin menyekresi hormon iuteinisasi dan hormon perangsang folikel. Berdasarkan ciri – ciri pewarnaannya, sel-sel hipofise anterior dibedakan ke dalam 3 kelompok klasik: Kromofobik (tanpa granul), Eosinofilik, dan Basofilik. Sel-sel eosinfilik dianggap bertanggung jawab untuk sekresi ACTH, TSH, LH serta FSH.
1.      ACTH (Adrenocorticotropic Hormon) merangsang biosintesis dan pelepasan kortisol oleh korteks adrenal.
2.      Hormon perangsang tiroid / TSH (Thyroid-Stimulating Hormon : tirotropin) merangsang uptake yodida dan sintesis serta pelepasan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.
3.      Hormon perangsang folikel / FSH (Follicte-Stimulating Hormon) merangsang perkembangan folikel de graaf dan sekresi hormon esterogen dan ovarium serta spermatogenesis pada testis.
4.      Hormon Luteinisasi (LH) mendorong ovulasi dan luteinasi folikel yang sudah masak di dalam ovarium. Pada laki – laki hormon ini, yang dahulunya disebut hormon perangsang sel interstisialis (ICSH=Interfisial Cell Stimulating Hormon), merangsang produksi dan pelepasan testosteron oleh sel – sel leydig di testis.
5.      Prolaktrin (PRL) merangsang sekresi air susu oleh payudara ibu setelah melahirkan.
6.      Pengendalian sekresi hipofisis anterior.
Sistem rangkap (dual system) yang mengendalikan sekresi hormon hipofise anterior melalui 2 mekanisme kontrol antara lain :
a.       Umpan Balik negatif, dimana hormon dari kelenjar sasaran yang bekerja pada tingakat hipofise/hipotalamus menghambat sekresi hormon trofiknya.
b.      PengendalianOleh hormon – hormon hipotalamus yang berasal dari sel-sel neuronai di dalam atau di dekat eminensia medialis dan disekresikan ke sirkulasi partai hipofise.
B.       Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Kelenjar hipofisis posterior terutama terdiri atas sel-sel glia yang disebut pituisit. Namun, pituisit ini tidak mensekresi hormon, sel ini hanya bekerja sebagai struktur penunjang bagi banyak sekali ujung-ujung serat saraf dan bagian terminal akhir serat dari jaras saraf yang berasal dari nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikel hipotalamus.
Jaras saraf ini berjalan menuju ke neurohipofisis melalui tangkai hipofisis, bagian akhir saraf ini merupakan knop bulat yang mengandung banyak granula-granula sekretonik, yang terletak pada permukaan kapiler tempat granula-granula tersebut mensekresikan hormon hipofisis posterior berikut: Hormon antidiuretik (ADH) yang juga disebut sebagai vasopresin yaitu senyawa oktapeptida yang merupakan produk utama hipofise posterior. Memainkan peranan fisiologik yang penting dalam pengaturan metabolisme air.
Hormon antidiuretik (ADH) dalam jumlah sedikit sekali, sekecil 2 nanogram, bila disuntukkan ke orang dapat menyebabkan anti diuresis yaitu penurunan ekskresi air oleh ginjal. Stimulus yang lazim menimbulkan ekskresi ADH adalah peningkatan osmolaritas plasma. Dalam keadaan normal osmolaritas plasma dipertahankan secara ketat sebesar 280 mOsm/kg plasma. Kalau terjadi kehilangan air ekstraselular, osmolaritas plasma akan meningkat shingga mengaktifkan osmoreseptor, kemudian sinyal untuk pelepasan ADH, peningkatan osmolaritas plasma juga merangsang pusat rasa haus yang secara anatomis berdekatan / berhubungan dengan nukleus supraoptikus. Kerja ADH untuk mempertahankan jumlah air tubuh terutama terjadi pada sel – sel ductus colligens ginjal. ADH mengerahkan kemampuannya yang baik untuk mengubah permeabilitas membran sel epitel sehingga meningkatkan keluarnya air dari tubulus ke dalam cairan hipertonik diruang pertibuler/interstisial. Aktifitas ADH dan rasa haus yang saling terintigritas itu sangat efektif untuk mempertahankan osmolaritas cairan tubuh dalam batas – batas yang sangat sempit.
C.      Hipofisis Pars Intermedus
Berasal dari bagian dorsal kantong Rathke yang menjadi satu dengan hipofisis posterior. Pars intermedus mengeluarkan hormon MSH (melanocyte stimulating hormon) melanotropin =intermedian. MSH terdiri dari sub unit alfa dan sub untui beta, beta MHS lebih menentukan khasiat hormon tersebut. Pada manusia, pars intermedus sangat rudimeter sehingga pada orang dewasa tidak ada bukti bahwa MSH dihasilkan oleh bagian ini. Beta MSH memiliki struktur kimia yang mirip dengan ACTH (adrenocortico tropic hormon), sehingga ACTH memiliki khasiat seperti MSH.

D.    ETIOLOGI
1.      Penyakit pada kelenjar hipofisis atau pada hipotalamus
2.      Kraniokaringoma (tumor pada hipofisis serebri) dan tumor hipofisis non sekreting
3.      Perubahan iskemik karena perdarahan pascapartum (sindrom sheena) atau akibat syok septik, menimbulkan infrak pada hipofisis
4.      Infeksi : ensefalitis viral dan bakteremia
5.      Kerusakan pada hipofisis akibat terapi radiasi
6.      Trauma termasuk pembedahan atau benturan

E.     PATOFISIOLOGI
Pengaturan sekresi hormon perifer umumnya oleh glandula pituitari anterior dan hipotalamus serta jalur umpan balik negatif.Kelenjar hipofisis atau pituitari terletak di bawah hipotalamus otak dan melekat melelalui suatu tangkai pada eminensia medialis otak yang terdiri dari lobus posterior (neorohipofisi ) dan lobus anterior.
Lobus posterior berasal dari infundibulan diencefalon yang mempunyaisambungan saraf langsung lewat jaras serat yang besar yang mengekskresi hormon ADH dan oksitosin.Lobus anterior berkembang dari ektodermstomadeum (kantong Rathke ) dan dikendalikan melalui sekresi hipotalamus yang mensekresi hormone THS ,ACTH,FSH,LH.Ujung serabut saraf hipotalamus melepaskan neurohormon ke dalam kapiler eminensia medialis dan dibawah kesistem portal hipofisis.
Eminensia medialis merupakan lintasan akhir bersama seluruh faktor pelepas (releasing factor).Ada 2 tipe sekresi hipotalamus yaitu hormon pelepas (releasing) dan hormon penghambat (inhibisi).Hormon hipofisis yang tida memiliki kontrol umpan balik dari produk kelenjar sasaran (growth hormone, prolaktin, dan melanocyte-stimulating hormon).
memerlukan inhibitor dan stimulator hipotalamus untuk pengendaliannya.Yang memiliki stimulator adalah kortikotropin, tirotropin, LH, FSH.Growth hormone atau somatropin mempunyai pengaruh metabolik utama yang pada anak-anak untuk untuk pertumbuhan somatik danorang dewasa untuk mempertahankan ukuran normal tubuh, pengaturan sintesis protein dan pembuatan nutrien.Growth hormon memproduksi somatomedin yang memperantarai efek growth promoting. Apabila tanpa somatomedin maka GH tidak dapat merangsang pertumbuhan.Sekresi GH diatur oleh GHRH dari dan oleh hipotalamus (hormon penghambat). Pelepasan GH dirangsang oleh hipoglikemia dan oleh asam amino (seperti arginin).
Penghambatan pelepasan GH dan somatostatin oleh kelenjar hipofisis akan mengakibatkan pertumbuhan terhambat yang ditandai anak cebol, kepala bulat, wajah pendek dan lebar, tulang frontal menonjol, mata agak menonjol,gigi berupsi lambat,eksretmitas kecil,pertumbuhan rambut hampir tidak ada ,kerelambatan mental,hal ini di akubatkan oleh  proses patologik yaitu : Trombosis vaskuler yang mengakibatkan nekrosis kelenjar hipofisis normal
a.       Tumor hipofisis yang merusak sel-sel hipofisisyang normal.
b.      Trombosis vaskuler yang mengakibatkan nekrosis kelenjar hipofisis normal.
c.       Penyakit granulamatosa infiltratif yang merusak hipofisis.
d.      Destruksi sel-sel hipofisis yang bersifat idiopatik atau autoimun.

F.    MANIFESTASI KLINIK
a.       Tanda-tanda klinik sesuai dengan penyebabnya, misalnya baktermia, viral, hepatitis dan trauma
b.      Gangguan penglihatan dan papiledema.
c.       Tanda-tanda defisit gonadotropin
1)      Menurun kadar FSH, LH serum, dan steroid gonad.Anak-anak mengalami terlambat pubertas
2)      Dewasa :
·      Wanita (olrgomenorea atau amenorea, atrofi uterus dan vagina, potensial atrofi payudara,
·      Laki-laki serta hilangnya libido, jumlah sperma berkurang, gangguan ereksi, testis mengecil dan rambut tumbuh rontok).
3)      Manifestasi defisit hormon pertumbuhan
a. Anak
1)      Pertumbuhan lambat, tetapi bagian tubuh proporsional, terlalu banyak jaringan lemak, tetapi pertumbuhan otot buruk.
2)      Terlambat pubertas, tetapi pada akhirnya perkembangan seksual normal .Kadar hormon pertumbuhan serum menurun
Dewasa :
1)      Tubuh pendek sekali.
2)      Pertumbuhan otot buruk sehingga cepat lelah.
3)      Emosi labil
4)      Manifestasi defisit prolaktin (ibu pascapartem tidak mengeluarkan air susu dan kadar prolaktin serum kurang)
d.      Manifestasi defisit hormon TSH, rasa lelah, konstipasi, kulit kering, gambaran laboratorium dari hipertiroidisme.

G.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan laboratori Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidroksi kortikosteroid dalam urine menurun, BMR menurun.
2.      Pemeriksaan radiologik
3.      Poto polos kepala
4.      Polimografi berbagai arah (multi direksional)
5.      Pnemoensefalogarfi
6.      cT scan
7.      Angiografi serebral
8.      Pemeriksaan lapang pandang
9.      Adanya kelainan lapang pandang mencurigakan
10.  Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasmaoptik
11.  Pemeriksaan diagnostik
12.  Pemeriksaan karfisol, T3 dan T4 serta estrogen atau testoter
13.  Pemeriksaan ACTH, TSH dan LH
14.  Test provokasi dengan menggunakan stimulan atau subreson hormon dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum
15.  Test provokatif
H.     PENATALAKSANAAN MEDIS
1.    Kausal Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi, bila gejala-gejala tekanan oleh tumor progresif dilakukan operasi.
2.    Terapi substitusi
a.    Hidrokortison Antara 20-30 mg selama 5 hari, diberikan per-Or, umumnya sisesuaikan§ dengan siklus harian sekresi steroid, yaitu 10-15mg waktu pagi dan 10mg waktu malam. Cairan perinfus NaCl, glukosa, steroid dan vasoreses.
b.    Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison.
c.    Testosteron pada penderita laki – laki berikan suntikan testosteron enantot atau testosteron siprionat 200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.
d.   Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid. Berikan juga androgen dosis setengah dosis pada laki – laki hentikan bila ada gejala virilisasi ’’growth hormone’’ bila terdapat dwarfisme.
3.    Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal : akromegali dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine).
4.    Defisiensi hormon hos diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk defisiensi GH pada anak – anak, tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH dan ACTH, penggantian androgen atau esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati dengan penyuntikan FSH atau HCG.
5.    Desmopressin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur


I.         KOMPLIKASI
1.    Kardiovaskuler
a.    Hipertensi
b.    Tromboflebitas
c.    Tromboembolism
d.   Percepatan uterosklerosis
2.    Imunologi Peningkatan resiko infeksi dan penyamaran tanda-tanda infeksi.
3.    Perubahan mata
a. Galukoma
b. Lesi kornea
4.   Muskulokletal
a. Kelisutan otot
b. Kesembuhan luka yang jelek.
c. Osteoporosis dengan fraktur komplikasi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosis aseptic kaput femoris.

B.     TINJAUAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN DATA DASAR
         Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:
a.       Riwayat penyakit masa lalu : Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
b.      Sejak kapan keluhan diarasakan : Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.
c.       Apakah keluhan terjadi sejak lahir : Tubuh kecil dan kerdil sejak lahirterdapat pada klien kretinisme.
d.      Kaji TTV : dasar untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
e.       Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien.: Bandingkan perumbuhan anak dengan standar.
f.       Keluhan utama klien:
1)   Pertumbuhan lambat.
2)   Ukuran otot dan tulang kecil.
3)   Tanda – tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain – lain.
4)   Interfilitas.
5)   Impotensi.
6)   Libido menurun.
7)   Nyeri senggama pada wanita.
g.      Pemeriksaan fisik
1)      Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).
2)      Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum danfungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.
h.      Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
i.        Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :
1)      Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella  tursika.
2)      Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin, testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN & KH
RENCNA TINDKAN KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Gangguan Citra Tubuh Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh.
























2. Koping Individu Tidak Efektif berhubungan dengan Kondisi Penyakit.



















3. Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh.










4. Gangguan Persepsi Sensori: Penglihatan berhubungan dengan Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.










5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya Kekuatan Otot.













6. Resiko Gangguan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan dengan Menurunnya Kadar Hormonal.

Tujuan ;
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi
KH :
1. Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola makan, kehadiran diri.
2.   Penampilan dalam perawatan diri / tanggung jawab peran.













Tujuan
Setelah dilakuan tindakan keperawatan tingkat koping individu meningkat.
KH :
1. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosional.
2. Mengidentifikasi pola koping personal dan konsekuensi perilaku yang diakibatkan.
3. Mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan keperawatan.
4. Membuat keputusan dan dilanjutkan dengan tindakan yang sesuai / mengubah situasi provokatif dalam lingkungan personal.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan harga diri meningkat.
KH :
1. Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiran mengenai diri.
2. Mengidentifikasikan dua atributif positif mengenai diri.




Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan penglihatan berangsur-angsur membaik.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan tanda adanya penurunan gejala yang menimbulkan gangguan persepsi sensori
2. Mengidentifikasi dan menghilangkan faktor resiko jika mungkin.
3. Menggunakan rasionalisasi dalam tindakan penanganan.


Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat aktif dalam
aktifitas perawatan diri.
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi kemampuan aktifitas perawatan diri.
2. Melakukan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan.
3. Berpartisipasi secara fisik / verbal dalam aktifitas, perawatan diri / pemenuhan kebutuhan dasar.


Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan integritas kulit
dalam kondisi normal.
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi faktor penyebab.
2. Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dilanjutkan untuk meningkatkan penyembuhan luka.
3. Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan.
4. Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan.


1.Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.
Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.
2.Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan..
3.Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.
4.Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama.
5.Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien lain.








1.Kaji status koping individu yang ada..
2.Berikan dukungan jika individu berbicara.
3.Bantu individu untuk memecahkan masalah (problem solving).
4.Instruksikan individu untuk melakukan teknis relasi, dalam proses teknik pembelajaran penatalaksanaan stress.
5.Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologi untuk proses penyuluhan.
 







1.Bina hubungan saling percaya perawat dan klien..
2.Tingkatkan interaksi sosial.
3.Diskusikan harapan /keinginan / perasaan.
4.Rujuk kepelayanan pendukung.








1.Kurangi penglihatan yang berlebih.
2.Orientasikan terhadap keseluruhan 3 bidang (orang, tempat, waktu).
3.Sediakan waktu untuk istirahat bagi klien tanpa gangguan.
4.Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera.







1.Kaji faktor penyebab menurunnya defisit perawatan diri.
2.Tingkatkan partisipasi optimal.
3.Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas perawatan..
4.Beri dorongan untuk mengexpresikan perasaan tentang kurang perawatan diri.







1.Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.
2.Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilisasi.
3.Ubah posisi atau mobilisasi..
4.Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif.
5. Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin.

1.Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.

2.Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara bertahap akan mulai menerima kenyataan.
3.Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahaman tidak terjadi.
4.Sebagai problem solving


5.Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi perawatan/ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.




1.Meningkatkan proses interaksi sosial karena klien mengalami peningkatan komunikatif.
2.Klien meningkatkan rasa percaya diri kepada orang lain.
3.Dengan berkurangnya ketegangan, ketakutan klien akan menurun dan tidak mengucil/mengisolasikan diri dari lingkungan.
4.Ketepatan penanganan dan proses penyembuhan.
5. Klien mengerti tentang penyakitnya.








1.Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akan penampilan tubuh.
2.Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan.
3.Dengan cara pertukaran pengalaman perasaan akan lebih mampu dalam mencegah faktor penyebab terjadinya harga diri rendah.
4.Memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan pengalaman yang sama.
1.Mengurangi tingkat ketegangan otot mata, meningkatkan relaksasi mata.
2.Untuk mengetahui faktor penyebab melalui tes sensori indera penglihatan..
3.Meningkatkan kepekaan indera penglihatan melalui stimulus indera khususnya penglihatan.
4.Mempertahankan normalitas melalui waktu lebih muda bila tidak mampu menggunakan penglihatan.



1.Menghambat faktor penyebab dapat meningkatkan perawatan diri.
2.Partisipasi optimal dapat memaksimalkan perawatan diri.
3.Dapat menumbuhkan rasa percaya diri klien.
4.Dapat memberikan kesempatan pada klien untuk melakukan perawatan diri







1.Mengurangi ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan membran mukosa yang kering dan untuk rehidrasi.
2. Meningkatkan pemeliharaan fungsi otot / sendi.
3.Meningkatkan posisi fungsional pada ekstrimitas.
4. Kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme terhadap makanan dapat mengakibatkan malnutrisi.
5. Posisi datar menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah retensi cairan pada daerah tertentu sehingga tidak terjadi edema lokal


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Hipopituitarisme  adalah insupisiensi hipofisis akibat kerusakan mudos anterior kelenjar hipofise. Panhipopituitarisme (penyakit simmod) adalah tidak terdapatnya sekresi semua hipofisis secara total dan merupakan kondisi yang jarang terjadi. Nekrosis hipofisis post partum (sindrom Sheehan) adalah penyebab tidak umum dari gagal hipofisis anterior. Kondisi lebih sering terjadi pada wanita dengan kelainan darah hebat, hipovolemia, dan hipotennsi saat melahirkan. Hipopituitarisme merupakan komplikasi radiasi pada kepala dan leher. Kerusakan kelenjar hipofise total oleh trauma, tomur atau lesi vaskuler menghilangkan semua stimuli yang normmalnya diterima oleh tiroid, kelenjar gonad, dan kelenjar adrenal

B.     SARAN
Saran kami kepada pembaca agar senantiasa selalu berorientasi pada Konsep Dasar Keperawatan yang ada, dalam menetapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan masalah keperawatan yaitu Hipopitutarisme yang telah diberikan agar dipertahankan / ditingkatkan agar lebih baik untuk masa yang akan datang..









DAFTAR PUSTAKA
§  Doenges Marilynn E, Moorhouse Mary Frances.Geissler Alice C.  1999.Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3,.Jakarta .EGC
Hal ;  461 - 464
§   David Rubenstein,dkk,2005.Kedokteran Klinis.Edisi keenam,Jakarta
§   Guyton,Athur C.1990.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Edisis  Revisis
§  Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2 edisi 8. Jakarta. EGC
Hal ; 1334-1335
Diakses pada tanggal 14 Maret 2012
Diakses pada tanggal 14 Maret 2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar