Pages




PANDUAN DOWNLOAD

PANDUAN >> KLIK PILIHAN ANDA KEMUDIAN TUNGGU IKLAN 6 DETIK DAN KLIK SKIP

Senin, 03 Juni 2013

Dasar Teori EKG 1 dan Interprestasinya.


Dasar Teori EKG 1 dan Interprestasinya

A.  PENDAHULUAN
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Sedangkan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.
Prinsip utama belajar EKG adalah mengetahui anatomi fisiologi jantung, dan persyarafan jantung sehingga pada saat belajar EKG sudah dapat membayangkan keadaan jantung.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG
Jantung terdiri dari 4 bagian yaitu atrium (dextra & sinistra) & ventrikel (dextra & sinistra). Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler Nodus, Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG.
Lihat gambar diatas bagaimana aktifitas jantung bekerja:
Berawal dari aliran lisrtik yang di kendalikan oleh pacu jantung khusus yaitu Nodus Sinus Atrial (SA) di dinding atrium kanan, dimana impuls secara terus menerus dilepaskan.  Dari Nodus SA suatu gelombang rangsangan di hantarkan melewati dinsing atrium yang menyebabkanya berkontraksi. Nodus AtrioVentrikular (AV)menerima gelombang rangsangan dan meneruskanya melalui Serat purkinje di berkas His yang menyebabkan rangsangan dan kontraksi dinding ventrikel kanan dan kiri. Gelombang rangsangan menyebar di seluruh dinding jantung di sertai perubahan muatan listrik yang dapat di terima dari dinding dada dan di rekam padaElektrokardiografi.
C. GAMBARAN EKG NORMAL
Pada dasarnya EKG terdiri dari banyak gelombang, yang tiap gelombang mewakilkan satu denyut jantung (satu kali aktifitas listrik jantung).
Lihat gambar satu gelombang EKG:
Dalam satu gelombang EKG terdiri ada yang disebut titik (lihat gambar),  Interval dan Segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen.
Penjelasan gambar :
  • Titik P mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi pada atrium jantung (dextra & sinistra)
  • Titik Q, R dan S mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi (listrik) pada ventrikel jantung (dextra & sinistra)
  • Sedangkan titik T berarti relaksasi pada ventikel jantung.
Mungkin terlihat mudah belajar EKG dengan satu gelombang, coba lihat gambar di bawah:
Gambar diatas adalah gambar EKG sebenarnya, melihat sepintas mungkin ga kebayang bisa membacanya. Kok ada tulisan I, II, aVR dan lain-lain ? I, II, aVR dan lain-lain disebut dengan sadapan atau lead. Aktifitas listrik jantung hanya dapat direkam dari luar jantung (yaitu tubuh), gak mungkin langsung di tempelin ke jantung toh ? makanya perlu lokasi-lokasi tertentu untuk penyadapan tersebut.
Pada prinsipnya ada 3 jenis sadapan yaitu Prekordial (dada), Bipolar (Kaki dan Tangan 2 elektroda)  dan Unipolar (Kaki dan Tangan 3 elektroda).
D. SANDAPAN (lokasi penempatan) EKG
Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.
Terdapat 3 jenis sandapan (lead) pada EKG, yaitu :
A. Sadapan Prekordial
Merupakan sadapan V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 yang ditempatkan secara   langsung di dada. 
  • Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
  • Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
  • Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
  • Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak  apeks berpindah).
  • Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
  • Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.
B. Sandapan Bipolar
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, yang ditandai dengan angka romawi I, II dan III
  • Sandapan I    :  merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) yang  bermuatan negatif (-) tangan kiri bermuatan positif  (+).
  • Sandapan II   :  merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan kaki kiri (LF) yang bermuatan (+)
  • Sandapan III  : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) yang  bermuatan (-) dan kaki kiri (+).
C.  Sandapan Unipolar
Sandapan Unipolar Ekstremitas
*  aVR   : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang  bermuatan (+),dan elektroda (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
*  aVL   : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan (+), dan muatan (-) gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda  indifiren.
*  aVF   : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan (+) dan elektroda (-) dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
Bila kita gabungkan  dari ketiga sandapan yang ada di atas akan tampak menjadi seperti pada gambar di bawah ini yang biasanya kita sebut sebagai sandapan lengkap 12 lead/ ECG 12 LEAD lengkap.
Pada gambar di atas tampak :
* Sandapan Prekordial —-> lead V1, V2, V3, V4, V5, V6
  • Sandapan Bipolar —-> lead I, lead II, Lead III
  • Sandapan Unipolar Ekstremitas —-> lead aVR, aVL, aVF
Sumber :  ANATOMY & PHYSIOLOGI A SELF-INSTRUCTIONAL COURSE 4. THE RESPIRATORY SYSTEM AND THE CARDIOV

Obat Gawat (Drugs Management)


Tujuan : Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya dengan menggunakan obat-obatan
Perhatian !
  • Pemberian obat-obatan adalah orang yang kompeten di bidangnya (dokter atau tenaga terlatih di bidang gawat darurat)
  • Mengingat banyaknya jenis-jenis kegawatdaruratan, maka pemberian obat yang disebutkan di bawah ini untuk mengatasi kegawatdaruratan secara umum sedangkan dalam menghadapi pasien, kita harus melihat kasus per kasus.
Jenis-jenis obat :
1. Epinephrin
  • Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau syok anfilaktik, hipotensi.
  • Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 3–5 menit, dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 μg/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 μg/mnt
  • Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor α adrenergic dan meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung
2. Lidokain (lignocaine, xylocaine)
  • Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT, Ventrikel Ekstra Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan R on T
  • Dosis 1 – 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 – 5 menit sampai dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 jam dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena
  • Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama idioventrikuler
3. Sulfas Atropin
  • Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler
  • Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)
  • Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III.
  • Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg. dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena diencerkan menjadi 10 cc
4. Dopamin
  • Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas miokard, curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
  • Dosis 2-10 μg/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan 2 ampul dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa
5. Magnesium Sulfat
  • Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada ventrikel takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia
  • Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam
6. Morfin
  •  Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac arrest.
  • Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 – 30 menit
7. Kortikosteroid
  • Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk mengurangi edema cerebri
8. Natrium bikarbonat (Nabic)
  • Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.
  • Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
  • Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.
9. Kalsium gluconat/Kalsium klorida
  •  Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama
  • Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip
  • Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat
10. Furosemide
  • Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
  • Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah hipotensi, dehidrasi dan hipokalemia
  • Dosis 20 – 40 mg intra vena
11. Diazepam
  • Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus
  • Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
  • Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.

Manajemen Airway, Breathing dan Circulation


Manajemen Airway, Breathing dan Circulation

Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas. 

Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.
Pertama kali yang harus kita lakukan adalah :
Pemeriksaan Jalan Napas dengan metode (Look, Listen, Feel)
Look    : Lihat gerakan nafas ada atau tidak
Listen  : Dengarkan ada atau tidak suara nafas tambahan yang keluar
Feel      : Rasakan adanya aliran udara atau nafas yang keluar melalui mulut atau hidung.
Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel  Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.
Jenis-jenis suara nafas tambahan disebabkan karena hambatan sebagian jalan nafas :
A. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
Tindakan Cross-Finger
B. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
Tindakan Finger Sweep
C.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.
Bila pemeriksaan yang sudah kita lakukan seperti keterangan di atas dan kita menemukan adanya sumbatan pada jalan nafas langkah atau tindakan selanjutnya yang harus kita lakukan adalah membuka jalan nafas tersebut dengan berbagai macam metode di antaranya adalah :
1.  Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
2. Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
3. Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
perlu di ingat!! Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher yang berlebihan yang  memungkinkan terjadinya cidera servikal yang lebih berat.
1.  Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
2. Chin Lift Manuver (Tindakan mengangkat dagu)
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.
3. Jaw thrust maneuver (Tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
Tindakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.

Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas

Sumber Referensi : Hand Out Pelatihan Basic Life Support RS. Husada Utama Surabaya,