BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Typhoid Fever
atau demam typhoid merupakan penyakit endemik dan umumnya ditemukan sepanjang
tahun di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia penyakit typhoid
fever merupakan penyakit menular faeco oral dan merajalela di masyarakat yang
sanitasi dan hygiene yang jelek.
Kemungkinan kegagalan sirkulasi akibat komplikasi ini
masih besar selama masa sekarang. Demikian pula insiden manifestasi encelophati
typhoid yang merupakan komplikasi neuro psikiatri dengan gejala sisa retardasi
mental.
Typhoid fever ini bisa juga disebut typhus perus, deman
typhoid atau febris typhoid. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang masuk
undang-undang wabah yang harus dilaporkan tentang :
a.
Kejadian penyakit menular
b.
Kesudahan penyakit menular
1.2.
Maksud dan Tujuan
Dalam
karya tulis ini penulis menyampaikan 2 (dua) tujuan, yaitu :
a. Tujuan umum :
- Memperoleh pengalaman secara nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa typhoid fever.
- Mampu melaksanakan asuhan keperawatan
secara langsung dengan kompherensip meliputi aspek biopsikologis, sosial,
spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan khusus :
-
Mampu
melakukan pengkajian, terdiri dari pengumpulan data, menganalisa data dan
memprioritaskan masalah.
-
Mampu
membuat perencanaan, menetapkan tujuan yang ingin dicapai.
-
Mampu
melaksanakan implementasi, terhadap rencana tindakan yang telah disusun
-
Mampu
mengevaluasi hasil yang telah dicapai, yang meliputi reaksi klein setelah
dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan penerapan asuhan
keperawatan.
-
Mampu
mendokumentasikan penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan typjoid fever.
1.3. Metode Penulisan
Dalam
penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan
data, yaitu :
a.
Wawancara, dengan melakukan
tanya jawab tentang sumber-sumber data yang terkait.
b.
Studi lapangan, dengan
melakukan observasi langsung kepada klien.
c.
Studi dokumenter, dengan
mencari data-data yang berkaitan dengan status kesehatan klien
d.
Studi literatur, dengan
mengumpulkan sumber-sumber buku tentang karya tulis ini.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan yang digunakan penulis adalah bab satu menguraikan tentang latar
belakang masalah, tujuan penelitian, metoda pengumpulan data dan sistematika
penulisan. Bab dua menguraikan tentang tinjauan teoritis tentang typhoid fever.
Bab tiga menguraikan tentang asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab empat menguraikan tentang
kesimpulan dan saran.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.
S DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
AKIBAT
TYPHOID FEVER
2.1.
Pengertian
a.
Typhus Abdominalis adalah
penyakit infeksi akut dengan kelainan atau kerusakan pada usus halus, yang
mempunyai gejala karakteristik adanya panas, nadi lambat dan gejala-gejala dari
perut (PWT VA : 319).
b.
Typhus adalah kelompok yang
mempunyai hubungan dekat dengan penyakit dan ditularkan melalui antropoda, yang
berbeda dalam intensitas tanda dan gejalanya, beratnya penyakit dan angka
kematiannya : semua kelompok ini ditandai dengan sakit kepala, menggigil,
demam, stupor dan erupsi makular, makopapular, patelial, populo vesikuler
(Dorland, EGC, 1998).
c.
Demam typhoid adalah suatu penyakit
infeksi pada usus yang menimbulkan gejala sistematik yang disebabkan oleh
salmonella typosa dan a. paratyphi A, B, C yang penularannya terjadi secara
fekal-oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminsai (Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi 2, 1982 : 573).
d.
Demam typhoid dan demam para
typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus (Ilmu Penyakit Dalam, FKUI,
1996 : 435).
2.2.
Etiologi
Basil Typhus yang disebut Salmonella Typhosa, Egherthek Typhosa.
Sifat Salmonella atau morfologi : Gram negatif ukuran 4 x 0,5 mikron, tidak
berspora, sangat aktif bergerak, mempunyai flagel panjang, dapat hidup di luar
tubuh manusia beberapa bulan dan bila kondisi kurang baik akan berkembang biak.
Patogenesis
1. Kuman masuk ke dalam tubuh manusia
melalui mulut dengan perantara makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman
typhus.
2.
Sebagian kuman akan dimusnahkan
dalam lambung oleh asam lambung
3.
Sebagian masuk melalui dinding
gastrointestinal, menyebar dan masuk ke pembuluh darah (bacteriemi)
4.
Bakteriemi membuat lokalisasi pada
kelenjar lympha pada selaput mukosa dinding usus halus disebut pivers pathens dan
berkembang biak.
5.
Kelenjar lympha mengalami
pembengkakan, terjadi kerusakan dan luka pada selaput mukosa.
6.
Kuman masuk ke organ, misalnya :
lympha, usus kantung empedu, dan hati.
7.
Kemudian menyebar ke peritoneum
dan terjadi perforasi sehingga terjadi periotenitis.
8.
Demam typhoid disebabkan karena
salmonella typhosa dan endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
2.3.
Anatomi,
Fisiologi dan Patofisiologi
2.3.1. Anatomi
Usus halus merupakan tabung kompleks,
berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekai. Panjangnya +
12 kaki, ujung proximalnya berdiameter + 3,8 cm pada yang paling sempit +
2,5 cm.
Usus dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1.
Duodenum, panjangnya +
25 cm
2.
Jejunum, panjangnya +
dua perlima dari sisa usus halus
3.
Ileum, panjangnya tiga perlima
dari sisa usus halus
Dinding usus halus terdiri dari
lapisan yang paling luar yaitu lapisan serosa yang dibentuk oleh peritoneum,
lapisan sub mukosa terdiri atas jaringan penyambung dan lapisan mukosa
merupakan bagian dalam yang tebal, banyak mengandung pembuluh darah dan
kelenjar.
Vili merupakan tonjolan-tonjolan
seprti jari-jari dari mukosa yang jumlahnya 4 – 5 juta yang terdapat di
sepanjang usus halus dan panjangnya 0,5 – 1,5 mm. Vili atau vilus merupakan
unit fungsional dari usus halus. Tiap-tiap vilus terdiri atas saluran lymphe sentral yang dinamakan lakteal yang
dikelilingi oleh jalinan kapiler dalam jaringan limfoid.
Vaskulerisasi Usus Halus
Arteria mesenterika superior
dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri seliaka. Arteri ini mendarahi
seluruh usus halus kecuali duodenum yang dipendarahi oleh arteria gastro
duodenalis dan cabangnya arteria pankreatikoduodenalis superior. Darah di
kembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis
membentuk vena porta.
Inervasi Usus Halus
Usus halus dipersarafi cabang-cabang
kedua sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang aktifitas sekresi
dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus.
Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut
parasimpatis menghantar refleks usus.
2.3.2. Fisiologi
Usus halus mempunyai 2 (dua) fungsi
utama, yaitu :
1.
Pencernaan
Proses pencernaan dari saluran cerna
atas dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas
yang menghidrolisis karbohidrat, lemak dan protein.
Kerja empedu terjadi sebagai akibat
dari sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus. Dua
hormon pengaturan pencernaan usus yaitu kolesistokinin dan pankreozimin.
2.
Absorpsi
Absorpsi adalah pemindahan
hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui dinding
usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain
itu elektrolit dan vitamin di absorpsi. Absorpsi dengan mekanisme transpor
aktif dan pasif. Usus mempunyai tempat-tempat khusus absorpsi utama bagi
zat-zat tertentu.
Duodenum : Besi,
kalsium, vitamin A,D,E,K, asam folat, vitamin yang larut dalam air.
Jejunum : Gula,
asam amino, lemak
Ileum : Vitamin
B12 melalui mekanisme transpor khusus, garam-garam empedu.
GAMBAR 1
Usus Halus dan Tempat Absorpsi Zat Gizi Utama
2.3.3. Patologi
Terjadi pada usus halus terutama di
ileum. Pada minggu pertama terjadi hiperplasia plakspeyer, minggu kedua terjadi
nekrosis, minggu ketiga terjadi ulserasi plakspeyer, minggu keempat penyembuhan
ulkus-ulkus sikatrik.
Ulkus bulat lonjong dengan sumbu
memanjang. Ulkus dapat menyebabkan pendarahan atau perporasi usus, hepar
membesar, infiltrat, sel plasma, sel mononukler dan nekrosis fokal.
Masa tunas adalah 10 -14 hari atau 1
– 2 minggu, tergantung dari jumlah kuman yang masuk.
2.4. Gambaran
Klinik
Selama masa tunas akan timbul gejala yang disebut gejala
prodnormal seperti tidak enak badan, merasa meriang. Atau demam, pusing, mual,
muntah, dll.
Gejala-gejala khas typhoid terjadi setelah gejala prodnormal
:
1. Panas
terus menerus selama 7 hari.
2. Brachikardi
3. Lidah
kotor di tengah, tepi dan ujung lidah merah dan tremor
4. Somnolensia,
apatis, detirium, stupor, koma atau psikosis
5. Hepatomegali,
splenomegali, meteorismus, nyeri tekan pada hepar
6. Kadang-kadang
obstipasi atau diare dan mencret
7. Leucopenia
Panas typhus mempunyai beberapa stadium :
1. Minggu
pertama disebut inflamasi, yaitu masa mwnaiknya suhu badan, yaitu demam, nyeri
kepala, dll. Biasanya timbul bintik-bintik merah, jika ditekan hilang
2. Minggu
kedua dan ketiga disebut stadium “acme”, yaitu masa memuncaknya penyakit atau
panas yang menetap disebut febris continus, suhu berkisar 40 -410C,
lidah kotor
3. Minggu
keempat disebut dekranasi, yaitu masa penurunan suhu, suhu berangsur-angsur
turun
4. Akhir
minggu keempat disebut recovaiescent yaitu disebut masa penyembuhan
2.5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan
rutin
Yaitu pemeriksaan sewaktu pasien masuk rumah sakit dan
rutin dilakukan, contoh : urine, feses, HB, AL, HT, dll.
b.
Pemeriksaan khusus
1.
Gal kultur/biakan darah
Minggu 1 Kultur
darah positif : 90%
Minggu 2 Kultur
darah positif : 50%
Minggu 3 Kultur
darah positif : 30%
2.
Reaksi widal
3.
Fungsi sumsum tulang
c.
Faeces kultur
d.
Urine kultur
e.
Leukosit
f.
Bila side test untuk mengetahui
bekuan darah
g.
Kurst test : percobaan silang
untuk mengetahui golongan darah
2.6. Pengobatan
Terdiri dari 3 (tiga) bagian :
1.
Tindakan perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk
isolasi dan pengawasan pengobatan : pasien harus istirahat total di tempat
tidur menimal 7 hari.
2.
Pemberiaan diet
Pada pasien demam typhoid selama ini dipakai standar
diet DSP I-IV berupa makanan cair sampai padat yang diberikan secara bertahap,
syarat :
a.
Mudah dicerna, porsi kecil tapi
sering
b.
TKTP
c.
Tidak merangsang
d.
Cukup gizi, dll.
3.
Obat-obatan
a.
Kloramfenicol 4 x 500 mg
peroral
b.
Tiamfenikol
c.
Ampisillin dan amoxillin 75 –
150 mg/BB
d.
Antipiretik
e.
Kontikosteroid
f.
Septrin 2 x 3 tablet
2.7. Komplikasi
a. Komplikasi
intestinal
Pendarahan usus,
perporasi usus dan ileus paralitik
b. Komplikasi ekstra
intestinal
1. Kardiovaskuler
2. Darah/anemia
3. Paru-paru
4. Ginjal
5. Tulang
6. Neuropsikiatrik, dll.
c. Parotitis
d. Residif atau kambuh
kembali
2.8. Pencegahan
Usaha terhadap lingkungan hidup seperti
penyediaan dan penggunaan air bersih, pembuangan kotoran, pemberantasan vektor,
dll. Usaha terhadap manusia seperti imunisasi mengawasi carrier typhoid dan
pendidikan kesehatan.
2.9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian bertujuan untuk mengetahui
status kesehatan pasien, tahapannya meliputi pengumpulan data, analisis data,
dan diagnosa yang berhubungan dengan status kesehatan.
1.
Pengumpulan data, meliputi
interview atau wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik penunjang.
2.
Analisa data
Analaisa data menurut Breda Goodnes, RN, MSN, TS (1995),
merupakan suatu kegiatan untuk mengkategorikan atau mengelompokkan data dalam
membuat kesimpulan sehingga mempermudah dalam penentuan masalah kesehatan baik
aktual maupun potensial data yang digunakan meliputi :
Do : -
Panas terus menerus selama + 7 hari
- Brachikardi
- Lidah kotor dan gangguan kesadaran
Ds : -
nafsu makan menurun, mual dan muntah
- Badan lemas, tulang dan sendi
nyeri, pusing dan sakit kepala
Data
penunjang : leukosit menurun
3.
Diagnosa keperawatan
a)
Menurut Lynda Juall Carpenito
(1999:192)
1)
Nyeri kronis berhubungan dengan
inflamasi usus
2)
Perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, diare, pembatasan diet
3)
Resiko tinggi terhadap infektif
koping berhubungan dengan sifat kronis dari kurang tindakan definitif
4)
Resiko tinggi terhadap infektif
penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, prognosis, tindakan, tanda dengan
gejala serta komplikasi
b)
Menurut PWT VA (FKPP)
1)
Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan peradangan usus halus
2)
Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi berhubungan dengan anorexia
3)
Gangguan pola aktifitas
berhubungan dengan bedrest
4)
Gangguan penurunan kesadaran
berhubungan dengan toksin
5)
Potensial terjadinya dekubitus
berhubungan dengan imobilisasi
4.
Intervensi keperawatan
a)
Gangguan peningkatan suhu tubuh
Tujuan : Peningkatan
suhu tubuh dapat diatasi dengan kriteria
-
Suhu tubuh normal 360C – 370C
-
Kulit tidak merah
-
Klien segar dan tenang
Intervensi :
1)
Anjurkan klien untuk bedrest
total
2)
Beri minum yang segar dan cukup
3)
Beri kompres dingin pada ketiak
dan leher
4)
Monitor temperatur secara
teratur
5)
Beri diet DSP
6)
Observasi suhu
7)
Kolaborasi pemberian obat
b)
Gangguan pemenuhan nutrisi
Tujuan : Nutrisi
terpenuhi dengan kriteria nafsu makan baik makan yang disajikan habis, tidak
mual muntah
Intervensi :
1)
Bujuk pasien agar mau makan
2)
Beri makanan yang mudah dicerna
3)
Auskultasi bising usus
4)
Lakukan oral hygiene setiap
habis makan
5)
Beri vitamin sesuai anjuran
c)
Gangguan aktivitas sehari-hari
Tujuan : Dapat melakukan aktivitas secara
bertahap dengan kriteria : pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
Intervensi :
1)
Bantu klien dalam pemenuhan ADL
2)
Beri latihan mobilitas terbatas
3)
Bantu klien untuk ambulasi
secara perlahan
d)
Gangguan penurunan kesadaran
Tujuan : Keadaan pulih kembali dengan kriteria
: kesadaran normal, dapat diajak bicara, pasien tenang
Intervensi :
1)
Jaga keamanan klien dengan
memasang pelindung tempat tidur
2)
Monitor keadaan umum secara
kantinue
e)
Potensial terjadinya dekubitus
Tujuan : Menghindari terjadinya dekubitus
dengan kriteria : kulit tidak merah
Intervensi :
1)
Rubah posisi pasien miring kiri
atau kanan sesuai kebutuhan
2)
Anjurkan ambulasi bila sudah
kuat
3)
Pertahankan agar laken tetap
rata dan tidak berkerut
4)
Posisi ½ duduk
5)
Tempat tidur ditinggikan
5.
Evaluasi
Penulis menggunakan evaluasi keperawatan menurut Brenda
Goodner (1995) : Evaluasi merupakan fase dimana menilai kemampuan klien
mencapai tujuan yang telaj ditetapkan, mencakup kegiatan :
a)
Penetapan kriteria evaluasi,
meliputi :
1)
Temperatur tubuh klien
2)
Kemampuan klien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
3)
Kemampuan dalam beraktivitas
4)
Kesadaran atau keadaan umum
5)
Integritas kulit dan
kebersihannya
b)
Mengevaluasi perencanaan tujuan
c)
Mengkaji faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi perencanaan tujuan
6.
Catatan perkembangan
keperawatan
Penulis
kemukakan pendapat Brends Goodner RN, MSN, CS (1995) : bahwa catatan
perkembangan dapat dinilai dari keefektifan tindakan keperawatan yang
berhubungan dengan tujuan, pengkajian data yang terus menerus digunakan untuk memperbaiki
diagnosa, tujuan dan rencana keperawatan di dokumentasikan.
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN AKIBAT TYPHOID FEVER
DI RUANG XI RUMAH SAKIT
DUSTIRA
Tanggal masuk : 2 Juli 2002
Tanggal dikaji : 8 Juli
2002
No. Register : 5474/P/VII/2002
2.1.
Pengkajian
Keperawatan
a. Biodata
Nama : Ny. S
Umur :
60 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Status perkawinan :
Janda
Alamat :
Gg. Karya Bakti VI Rt.05 Rw.01 Cibabat
Diagnosa
medis : Febris Ec Thypoid Fever + Dehidrasi Sedang + Despepsi + Elektrolit
Inbalance
b. Riwayat kesehatan sekarang
1.
Alasan
masuk rumah sakit
Sejak 1 minggu SMRS
klien mengalami panas badan, sejak 3 hari SMRS klien mengeluh BAB mencret, mual
dan muntah, perut terasa kembung dan kram, nafsu makan menurun klien mengatakan
sudah berobat (ke dikter praktek) tapi belum ada perubahan, lalu klien berobat
ke RS. Dustira dan dokter menyarankan agar klien dirawat di Ruang Perawatan IX rumah
sakit Dustira.
2.
Keluhan
utama
Klien mengeluh panas
badan dan demam.
3.
Keluhan
pada saat didata
Klien mengeluh panas
badan/demam. Demam ini dirasakan meningkat pada malam hari dan jika klien
kecapaian/banyak beraktivitas, keluhan berkurang pada siang hari dan jika klien
istirahat total di tempat tidur. Keluhan disertai mual, kembung dan nyeri pada
daerah ulu hati. Keluhan ini dirasakan hilang timbul.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien
mengatakan bahwa klien mempunyai penyakit gastritis, tapi belum pernah dirawat
di rumah sakit.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien
mengatakan bahwa suami klien meninggal karena penyakit yang terjadi pada orang
tua seperti pegal-pegal itu terjadi 5 tahun yang lalu. Klien mengatakan
keluarga yang lain tidak ada yang memiliki penyakit seperti klien atau penyakit
lainnya.
e.
Struktur
keluarga
Klien
mengatakn bahwa klien adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara, klien sudah menikah
dan mempunyai 3 orang anak, yang telah menikah. Suami klien telah meninggal dan
klien tinggal bersama keluarga anak pertama dan cucunya.
Gambar 2
Struktur Keluarga Ny.S
Keterangan :
Laki-laki

Perempuan

Klien
Tinggal serumah

Hubungan perkawinan
f.
Data Biologis
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis, klien tampak lemah
TTV TD
: 100/60 mm Hg
N
: 100x/menit
S :
38,10C
R :
20x/menit
BB : 40 kg
TB :
152 cm
2. Kepala, leher dan
axila
·
Kepala : Simetris,
tidak terdapat lesi, massa dan benjolan, rambut beruban, distribusi merata,
tidak berketombe.
·
Leher : Bentuk
leher simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan atau massa, trakhea terletak
di tengah, tidak ada pembengkakan kelenjar typhoid, JUP tidak meningkat, reflek
menelan baik.
·
Axilla : Tampak
bersih, berbulu sedikit, tidak terdapat lesi, maupun massa dan benjolan.
3. Sistem integumen
Warna kulit coklat
muda/sawo matang, tekstur kulit agak keriput, suhu kulit hangat, tidak ada
lesi, turgor kulit kurang baik (pada test turgor kulit lambat kembali/kembali
pada 2 – 3 detik).
4. Sistem penglihatan
Bentuk dan ukuran mata
simetris, konjungtiva anemis, tidak ada nyeri tekan pada bola mata, sklera
tampak agak kemerahan, anikterik, pupil ishokar, gerakkan bola mata tidak
terbatas (sesuai dengan 8 arah tatapan mata), dalam melihat/membaca klien
menggunakan kaca mata (+) tetapi klien tidak mengetahui ukurannya.
5. Sistem pendengaran
Bentuk dan ukuran
telinga simetris, posisi pinna sejajar dengan sudut mata, daun telinga keras,
keadaan telinga agak kotor, pendengaran klien baik.
6. Sistem pencernaan
a. Mulut dan kerongkongan
Bentuk bibir simetris,
bibir agak kering, warna merah kecoklatan, mukosa mulut agak lembab, warna
merah muda, tidak ada lesi, tidak ada pendarahan, ovula berada di tengah.
Tonsil terletak simetris, lidah berwarna merah dan tampak kotor, bentuk
simetris, jumlah gigi 28 buah (termasuk yang tanggal), terdapat caries, warna
gigi kekuningan.
b. Abdomen
Bentuk datar dan
lembut, hepar tidak teraba membesar, terdapat nyeri tekan dengan skala ringan 1
(pada sakala 1 – 5), pada kuadran kanan dan kiri bawah. Bising usus 20 – 24
x/m, tanda meuphy (-).
7. Sistem pernafasan dan
kardivaskuler
a. Hidung, bentuk
simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip dan sumbatan, mukosa
berwarna merah muda, tidak ada nyri tekan, penciuman baik, tidak ada
pengeluaran sekret.
b. Trakhea, bentuk
simetris, posisi di tengah.
c. Thorax, bentuk
simetris, warna kulit coklat muda, tidak ada benjolan.
Auskultasi
bronchus : bronchoveskuler, tidak ada wheezing dan
ronchi
Auskultasi
permukaan pari : veikuler
Perkusi
permukaan paru : resonan
d. Jantung, tidak ada
nyeri tekan pada jantung, irama jantung reguler, frekuensi jantung 100 x/m.
8. Sistem muskuloskeletal
Pada ekstremitas kanan
atas terdapat infus, ekstremitas atas dan bawah : kekuatan otot pada derajat +
4 (dapat menahan gaya berat dan sedikit tekanan), tidak ada oedema.
h. Data Psikologis
1. Status emosi
Wajah klien tampak
murung dan sering menanyakan tentang penyakitnya dan sering menanyakan kapan ia
bisa pulang.
2. Konsep diri
a. Body image
Klien tidak pernah
merasa minder dengan keadaan penyakitnya
b. Harga diri
c. Ideal diri
Klien sangat
berkeinginan agar penyakitnya cepat sembuh
d. Peran
Peran klien sebagai
ibu rumah tangga yang mengurus keadaan rumah terganggu sehubungan dengan
penyakitnya
e. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa
klien adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara, klien menikah dan mempunyai 3 orang
anak dan 4 cucu, klien tinggal bersama anak pertama bersama keluarganya.
3. Koping mekanisme
Bila ada masalah klien
selalu membicarakannya dengan anak pertama + suaminya dan memecahkannya
bersama.
4. Pola kognitif
Klien kurang
mengetahui tentang penyakitnya, tentang tanda dan gejala, tentang perawatan dan
pencegahannya.
i. Data Sosial
1. Gaya komunikasi
Dalam menjawab setiap
pertanyaan klien menggunakan bahasa verbal (sunda), klien cukup terbuka dalam mengungkapkan
perasaannya.
2.
Pola
Interaksi
Klien mampu menjalin
hubungan baik dengan lingkungan sekitar, baik dengan dokter, perawat maupun
pasien lain.
j. Data Spiritual
Klien adalah penganut agama
Islam, selalu berusaha menjalankan ibadah dan berdoa demi kesembuhannya.
k. Data Penunjang
l. Therapy
1. Infus RL 3 liter/hari =
labu ke-20
2. Amoxicillin 2 x 1
3. KSQ 1 x 1
2.2.
ANALISIS
DATA
Prioritas masalah
1. Gangguan keseimbangan suhu tubuh : hypertermia
sehubungan dengan peradangan
2.
Gangguan
intake makanan berhubungan dengan mual
3.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan demam
4.
Gangguan
eliminasi berhubungan dengan mencret
5.
Gangguan
aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6.
Gangguan
rasa aman : cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2.3. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN