Pages




PANDUAN DOWNLOAD

PANDUAN >> KLIK PILIHAN ANDA KEMUDIAN TUNGGU IKLAN 6 DETIK DAN KLIK SKIP

Jumat, 31 Mei 2013

Monster-monster Dalam Air Minum Kita


Monster-monster Dalam Air Minum Kita

Semua jenis air sebenarnya mengandung bakteri dan protozoa. Demikian pula pada air minum yang kita konsumsi sehari-hari. Tidak berbahaya jika jumlahnya masih di bawah ambang batas normal. Berikut adalah 10 mikroorganisme yang dapat hidup di air minum Anda sekarang.

1. Salmonella Enterica


Salmonella adalah suatu genus bakteri yang merupakan penyebab utama penyakit bawaan makanan di seluruh dunia. Bakteri umumnya ditularkan ke manusia melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi yang berasal dari hewan, terutama daging, unggas, telur dan susu.

2. Chaetomium sp


Chaetomium sp. spora tidak terlalu berbahaya, meskipun dalam beberapa kasus mereka dapat menyebabkan infeksi yang dikenal sebagai phaeohyphomycosis. Mereka juga dapat menimbulkan bahaya bagi orang yang alergi terhadap spora, dan bahkan yang biasanya hanya terjadi dengan paparan kronis.

3. Legionella Pneumophila


Legionella pneumophila termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang, tidak meragi D-glukosa, tidak mereduksi nitrat menjadi nitrit. Koloni bakteri ini hidup subur menempel di pipa-pipa karet dan plastik yang berlumut dan tahan kaporit dengan konsentrasi klorin 2*6 mg/l. Legionella dapat hidup pada suhu antara 5,7°C – 63°C dan hidup subur pada suhu 30°C – 45°C.

4. Naegleria fowleri


Naegleria fowleri dikenal dengan karakteristik yang disebut amebaflagellata, yaitu memiliki bentuk ameboiddan flagellata dalam hidupnya. Sahabat anehdidunia.com siklus hidupnya terdiri atas stadium trophozoit (ameboid dan flagellata) yang motile dan bentuk kista yang non-motile dan resisten. Trophozoit bentuk ameboid adalah bentuk satu-satunya yang dijumpai pada manusia.

5. Rhizopus stolonifer


Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomycotina. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat.

Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).

6. E. Coli


Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Nama bakteri ini diambil dari nama seorang bakteriologis yang berasal dari Germani yaitu THEODOR VON ESCHERICH.

Theodor V.E berhasil melakukan isolasi bakteri ini pertama kali pada tahun 1885. Ia juga berhasil membuktikan bahwa diare dan gastroenteritis yang terjadi pada infant, disebabkan oleh bakteri Escherichia coli.

7. Copepods


Copepoda adalah grup crustacea kecil yang dapat ditemui di laut dan hampir di semua habitat air tawar dan mereka membentuk sumber terbesar protein di samudra. Banyak spesies adalah plankton, tetapi banyak juga spesies benthos dan beberapa spesies kontinental dapat hidup di habitat limno-terestrial dan lainnya di tempat terestrial basah, seperti rawa-rawa.

8. Rotifers


Rotifers adalah hewan mikroskopis dari divisi Rotifera. Rotifers dapat ditemukan di berbagai lingkungan dan air tawar. Rotifers juga sering ditemui pada mosses dan lichens yang tumbuh pada batang pohon dan batu.

Quote:
Ciri lainnya:
• Merupakan binatang kosmopolitan.
• Banyak terdapat di air tawar
• Dikenal sebagai wheel animacules (binatang beroda).
• Ukuran 40 mikrometer – 2.5 mm, rata- rata 200 mikrometer.
• Hidup soliter, berkoloni, dan sesil.
• Tubuh transparan, warna disebabkan warna saluran pencernaan (hijau, merah, dan coklat).
9. Anabaena sp


Anabaena adalah genus cyanobakteria filamentous atau ganggang hijau-biru,ditemukan sebagai plankton. Anabaena diketahui berperan dalam menfiksasi nitrogen, dan Anabaena membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman tertentu seperti pakupakuan.

Terdapat satu dari 4 genera dari cyanobacteria yang menghasilkan neurotoxin,yang membahayakan margasatwa lokal seperti halnya hewan ternak dan hewan peliharaan. Spesies tertentu dari Anabaena telah digunakan dalam penanaman padi sawah, serta sebagai penyedia pupuk alami yang efektif.

10. Cryptosporidium


Cryptosporidium adalah protozoa pa****n dari divisi Apicomplexa dan menyebabkan penyakit diare yang disebut cryptosporidiosis. Jenis Apicomplexan pa****n lainnya yaitu parasit Plasmodium (malaria) dan Toxoplasma (toksoplasmosis).

Vektor ini mampu menyelesaikan siklus hidupnya dalam satu host, sehingga kistanya dikeluarkan bersamaan dengan kotoran dan mampu menular ke host baru.

Kamis, 23 Mei 2013

Senin, 20 Mei 2013

TOURING BOTOL INFUS DI PANTAI PELABUHAN RATU


Selamat sore sob varedth ni mu share teman-teman gua komunitas botol infus yang ,,,touring ke sawarna,, dan berhenti dulu di pantai karang hawu...

Minggu, 19 Mei 2013

Asuhan Keperawatan Typoid


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.            Latar Belakang Masalah
Typhoid  Fever atau demam typhoid merupakan penyakit endemik dan umumnya ditemukan sepanjang tahun di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia penyakit typhoid fever merupakan penyakit menular faeco oral dan merajalela di masyarakat yang sanitasi dan hygiene yang jelek.
Kemungkinan kegagalan sirkulasi akibat komplikasi ini masih besar selama masa sekarang. Demikian pula insiden manifestasi encelophati typhoid yang merupakan komplikasi neuro psikiatri dengan gejala sisa retardasi mental.
Typhoid fever ini bisa juga disebut typhus perus, deman typhoid atau febris typhoid. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang masuk undang-undang wabah yang harus dilaporkan tentang :
a.                   Kejadian penyakit menular
b.                  Kesudahan penyakit menular

1.2.            Maksud dan Tujuan
Dalam karya tulis ini penulis menyampaikan 2 (dua) tujuan, yaitu :
a.         Tujuan umum  : 
-     Memperoleh pengalaman secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa typhoid fever.
-     Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dengan kompherensip meliputi aspek biopsikologis, sosial, spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.
b.         Tujuan khusus :          
-          Mampu melakukan pengkajian, terdiri dari pengumpulan data, menganalisa data dan memprioritaskan masalah.
-          Mampu membuat perencanaan, menetapkan tujuan yang ingin dicapai.
-          Mampu melaksanakan implementasi, terhadap rencana tindakan yang telah disusun
-          Mampu mengevaluasi hasil yang telah dicapai, yang meliputi reaksi klein setelah dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan penerapan asuhan keperawatan.
-          Mampu mendokumentasikan penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan typjoid fever.

1.3.      Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu :
a.                   Wawancara, dengan melakukan tanya jawab tentang sumber-sumber data yang terkait.
b.                  Studi lapangan, dengan melakukan observasi langsung kepada klien.
c.                   Studi dokumenter, dengan mencari data-data yang berkaitan dengan status kesehatan klien
d.                  Studi literatur, dengan mengumpulkan sumber-sumber buku tentang karya tulis ini.

1.4.      Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan penulis adalah bab satu menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, metoda pengumpulan data dan sistematika penulisan. Bab dua menguraikan tentang tinjauan teoritis tentang typhoid fever. Bab tiga menguraikan tentang asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab empat menguraikan tentang kesimpulan dan saran.













BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN AKIBAT
TYPHOID FEVER


2.1.            Pengertian

a.                   Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut dengan kelainan atau kerusakan pada usus halus, yang mempunyai gejala karakteristik adanya panas, nadi lambat dan gejala-gejala dari perut (PWT VA : 319).
b.                  Typhus adalah kelompok yang mempunyai hubungan dekat dengan penyakit dan ditularkan melalui antropoda, yang berbeda dalam intensitas tanda dan gejalanya, beratnya penyakit dan angka kematiannya : semua kelompok ini ditandai dengan sakit kepala, menggigil, demam, stupor dan erupsi makular, makopapular, patelial, populo vesikuler (Dorland, EGC, 1998).
c.                   Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan gejala sistematik yang disebabkan oleh salmonella typosa dan a. paratyphi A, B, C yang penularannya terjadi secara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminsai (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, 1982 : 573).
d.                  Demam typhoid dan demam para typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus (Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, 1996 : 435).


2.2.            Etiologi

Basil Typhus yang disebut Salmonella Typhosa, Egherthek Typhosa. Sifat Salmonella atau morfologi : Gram negatif ukuran 4 x 0,5 mikron, tidak berspora, sangat aktif bergerak, mempunyai flagel panjang, dapat hidup di luar tubuh manusia beberapa bulan dan bila kondisi kurang baik akan berkembang biak.

Patogenesis

1.         Kuman masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan perantara makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman typhus.
2.                  Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung
3.                  Sebagian masuk melalui dinding gastrointestinal, menyebar dan masuk ke pembuluh darah (bacteriemi)
4.                  Bakteriemi membuat lokalisasi pada kelenjar lympha pada selaput mukosa dinding usus halus disebut pivers pathens dan berkembang biak.
5.                  Kelenjar lympha mengalami pembengkakan, terjadi kerusakan dan luka pada selaput mukosa.
6.                  Kuman masuk ke organ, misalnya : lympha, usus kantung empedu, dan hati.
7.                  Kemudian menyebar ke peritoneum dan terjadi perforasi sehingga terjadi periotenitis.
8.                  Demam typhoid disebabkan karena salmonella typhosa dan endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

2.3.            Anatomi, Fisiologi dan Patofisiologi

2.3.1.   Anatomi
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekai. Panjangnya + 12 kaki, ujung proximalnya berdiameter + 3,8 cm pada yang paling sempit + 2,5 cm.
Usus dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1.      Duodenum, panjangnya + 25 cm
2.      Jejunum, panjangnya + dua perlima dari sisa usus halus
3.      Ileum, panjangnya tiga perlima dari sisa usus halus
Dinding usus halus terdiri dari lapisan yang paling luar yaitu lapisan serosa yang dibentuk oleh peritoneum, lapisan sub mukosa terdiri atas jaringan penyambung dan lapisan mukosa merupakan bagian dalam yang tebal, banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar.
Vili merupakan tonjolan-tonjolan seprti jari-jari dari mukosa yang jumlahnya 4 – 5 juta yang terdapat di sepanjang usus halus dan panjangnya 0,5 – 1,5 mm. Vili atau vilus merupakan unit fungsional dari usus halus. Tiap-tiap vilus terdiri atas saluran  lymphe sentral yang dinamakan lakteal yang dikelilingi oleh jalinan kapiler dalam jaringan limfoid.
Vaskulerisasi Usus Halus
Arteria mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri seliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang dipendarahi oleh arteria gastro duodenalis dan cabangnya arteria pankreatikoduodenalis superior. Darah di kembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.
Inervasi Usus Halus
Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang aktifitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut parasimpatis menghantar refleks usus.
2.3.2.   Fisiologi
Usus halus mempunyai 2 (dua) fungsi utama, yaitu :
1.      Pencernaan
Proses pencernaan dari saluran cerna atas dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak dan protein.
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus. Dua hormon pengaturan pencernaan usus yaitu kolesistokinin dan pankreozimin.
2.      Absorpsi
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu elektrolit dan vitamin di absorpsi. Absorpsi dengan mekanisme transpor aktif dan pasif. Usus mempunyai tempat-tempat khusus absorpsi utama bagi zat-zat tertentu.
Duodenum      :     Besi, kalsium, vitamin A,D,E,K, asam folat, vitamin yang larut dalam air.
Jejunum           :     Gula, asam amino, lemak
Ileum               :     Vitamin B12 melalui mekanisme transpor khusus, garam-garam empedu.

GAMBAR 1
Usus Halus dan Tempat Absorpsi Zat Gizi Utama














2.3.3.   Patologi
Terjadi pada usus halus terutama di ileum. Pada minggu pertama terjadi hiperplasia plakspeyer, minggu kedua terjadi nekrosis, minggu ketiga terjadi ulserasi plakspeyer, minggu keempat penyembuhan ulkus-ulkus sikatrik.
Ulkus bulat lonjong dengan sumbu memanjang. Ulkus dapat menyebabkan pendarahan atau perporasi usus, hepar membesar, infiltrat, sel plasma, sel mononukler dan nekrosis fokal.
Masa tunas adalah 10 -14 hari atau 1 – 2 minggu, tergantung dari jumlah kuman yang masuk.

2.4.      Gambaran Klinik

Selama masa tunas akan timbul gejala yang disebut gejala prodnormal seperti tidak enak badan, merasa meriang. Atau demam, pusing, mual, muntah, dll.
Gejala-gejala khas typhoid terjadi setelah gejala prodnormal :
1.         Panas terus menerus selama 7 hari.
2.         Brachikardi
3.         Lidah kotor di tengah, tepi dan ujung lidah merah dan tremor
4.         Somnolensia, apatis, detirium, stupor, koma atau psikosis
5.         Hepatomegali, splenomegali, meteorismus, nyeri tekan pada hepar
6.         Kadang-kadang obstipasi atau diare dan mencret
7.         Leucopenia
Panas typhus mempunyai beberapa stadium :
1.         Minggu pertama disebut inflamasi, yaitu masa mwnaiknya suhu badan, yaitu demam, nyeri kepala, dll. Biasanya timbul bintik-bintik merah, jika ditekan hilang
2.         Minggu kedua dan ketiga disebut stadium “acme”, yaitu masa memuncaknya penyakit atau panas yang menetap disebut febris continus, suhu berkisar 40 -410C, lidah kotor
3.         Minggu keempat disebut dekranasi, yaitu masa penurunan suhu, suhu berangsur-angsur turun
4.         Akhir minggu keempat disebut recovaiescent yaitu disebut masa penyembuhan

2.5.      Pemeriksaan Laboratorium
a.         Pemeriksaan rutin
Yaitu pemeriksaan sewaktu pasien masuk rumah sakit dan rutin dilakukan, contoh : urine, feses, HB, AL, HT, dll.
b.                                                                                                            Pemeriksaan khusus
1.      Gal kultur/biakan darah
Minggu 1   Kultur darah positif    : 90%
Minggu 2   Kultur darah positif    : 50%
Minggu 3   Kultur darah positif    : 30%
2.      Reaksi widal
3.      Fungsi sumsum tulang
c.                                                                                                             Faeces kultur
d.                                                                                                            Urine kultur
e.                                                                                                             Leukosit
f.                                                                                                             Bila side test untuk mengetahui bekuan darah
g.                                                                                                            Kurst test : percobaan silang untuk mengetahui golongan darah

2.6.      Pengobatan
Terdiri dari 3 (tiga) bagian :
1.                  Tindakan perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi dan pengawasan pengobatan : pasien harus istirahat total di tempat tidur menimal 7 hari.
2.                  Pemberiaan diet
Pada pasien demam typhoid selama ini dipakai standar diet DSP I-IV berupa makanan cair sampai padat yang diberikan secara bertahap, syarat :
a.       Mudah dicerna, porsi kecil tapi sering
b.      TKTP
c.       Tidak merangsang
d.      Cukup gizi, dll.
3.                  Obat-obatan
a.       Kloramfenicol 4 x 500 mg peroral
b.      Tiamfenikol
c.       Ampisillin dan amoxillin 75 – 150 mg/BB
d.      Antipiretik
e.       Kontikosteroid
f.       Septrin 2 x 3 tablet

2.7.      Komplikasi
a.         Komplikasi intestinal
            Pendarahan usus, perporasi usus dan ileus paralitik
b.         Komplikasi ekstra intestinal
1.   Kardiovaskuler
2.   Darah/anemia
3.   Paru-paru
4.   Ginjal
5.   Tulang
6.   Neuropsikiatrik, dll.
c.         Parotitis
d.         Residif atau kambuh kembali

2.8.      Pencegahan
Usaha terhadap lingkungan hidup seperti penyediaan dan penggunaan air bersih, pembuangan kotoran, pemberantasan vektor, dll. Usaha terhadap manusia seperti imunisasi mengawasi carrier typhoid dan pendidikan kesehatan.

2.9.      Asuhan Keperawatan
a.         Pengkajian
Pengkajian bertujuan untuk mengetahui status kesehatan pasien, tahapannya meliputi pengumpulan data, analisis data, dan diagnosa yang berhubungan dengan status kesehatan.
1.      Pengumpulan data, meliputi interview atau wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik penunjang.
2.      Analisa data
Analaisa data menurut Breda Goodnes, RN, MSN, TS (1995), merupakan suatu kegiatan untuk mengkategorikan atau mengelompokkan data dalam membuat kesimpulan sehingga mempermudah dalam penentuan masalah kesehatan baik aktual maupun potensial data yang digunakan meliputi :
Do    :  - Panas terus menerus selama + 7 hari
            - Brachikardi
            - Lidah kotor dan gangguan kesadaran
Ds     :  - nafsu makan menurun, mual dan muntah
            - Badan lemas, tulang dan sendi nyeri, pusing dan sakit kepala
Data penunjang : leukosit menurun
3.      Diagnosa keperawatan
a)      Menurut Lynda Juall Carpenito (1999:192)
1)            Nyeri kronis berhubungan dengan inflamasi usus
2)            Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, diare, pembatasan diet
3)            Resiko tinggi terhadap infektif koping berhubungan dengan sifat kronis dari kurang tindakan definitif
4)            Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, prognosis, tindakan, tanda dengan gejala serta komplikasi
b)      Menurut PWT VA (FKPP)
1)            Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan usus halus
2)            Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anorexia
3)            Gangguan pola aktifitas berhubungan dengan bedrest
4)            Gangguan penurunan kesadaran berhubungan dengan toksin
5)            Potensial terjadinya dekubitus berhubungan dengan imobilisasi
4.      Intervensi keperawatan
a)      Gangguan peningkatan suhu tubuh
Tujuan :           Peningkatan suhu tubuh dapat diatasi dengan kriteria
                        - Suhu tubuh normal 360C – 370C
                        - Kulit tidak merah
                        - Klien segar dan tenang
Intervensi :
1)            Anjurkan klien untuk bedrest total
2)            Beri minum yang segar dan cukup
3)            Beri kompres dingin pada ketiak dan leher
4)            Monitor temperatur secara teratur
5)            Beri diet DSP
6)            Observasi suhu
7)            Kolaborasi pemberian obat
b)      Gangguan pemenuhan nutrisi
Tujuan :          Nutrisi terpenuhi dengan kriteria nafsu makan baik makan yang disajikan habis, tidak mual muntah
Intervensi :
1)            Bujuk pasien agar mau makan
2)            Beri makanan yang mudah dicerna
3)            Auskultasi bising usus
4)            Lakukan oral hygiene setiap habis makan
5)            Beri vitamin sesuai anjuran
c)      Gangguan aktivitas sehari-hari
Tujuan :           Dapat melakukan aktivitas secara bertahap dengan kriteria : pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
Intervensi :
1)            Bantu klien dalam pemenuhan ADL
2)            Beri latihan mobilitas terbatas
3)            Bantu klien untuk ambulasi secara perlahan
d)     Gangguan penurunan kesadaran
Tujuan :           Keadaan pulih kembali dengan kriteria : kesadaran normal, dapat diajak bicara, pasien tenang
Intervensi :
1)            Jaga keamanan klien dengan memasang pelindung tempat tidur
2)            Monitor keadaan umum secara kantinue
e)      Potensial terjadinya dekubitus
Tujuan :           Menghindari terjadinya dekubitus dengan kriteria : kulit tidak merah
Intervensi :
1)            Rubah posisi pasien miring kiri atau kanan sesuai kebutuhan
2)            Anjurkan ambulasi bila sudah kuat
3)            Pertahankan agar laken tetap rata dan tidak berkerut
4)            Posisi ½ duduk
5)            Tempat tidur ditinggikan
5.      Evaluasi
Penulis menggunakan evaluasi keperawatan menurut Brenda Goodner (1995) : Evaluasi merupakan fase dimana menilai kemampuan klien mencapai tujuan yang telaj ditetapkan, mencakup kegiatan :
a)      Penetapan kriteria evaluasi, meliputi :
1)            Temperatur tubuh klien
2)            Kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
3)            Kemampuan dalam beraktivitas
4)            Kesadaran atau keadaan umum
5)            Integritas kulit dan kebersihannya
b)      Mengevaluasi perencanaan tujuan
c)      Mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan tujuan
6.      Catatan perkembangan keperawatan
      Penulis kemukakan pendapat Brends Goodner RN, MSN, CS (1995) : bahwa catatan perkembangan dapat dinilai dari keefektifan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan tujuan, pengkajian data yang terus menerus digunakan untuk memperbaiki diagnosa, tujuan dan rencana keperawatan di dokumentasikan.







BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN AKIBAT TYPHOID FEVER  
DI RUANG XI  RUMAH SAKIT DUSTIRA

Tanggal masuk            : 2 Juli  2002
Tanggal dikaji             : 8 Juli 2002
No. Register                : 5474/P/VII/2002

2.1.            Pengkajian Keperawatan

a.         Biodata

Nama                           : Ny. S
Umur                           : 60 tahun
Jenis kelamin               : Perempuan
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
Status perkawinan       : Janda
Alamat                                    : Gg. Karya Bakti VI Rt.05 Rw.01 Cibabat
Diagnosa medis           :  Febris Ec Thypoid Fever + Dehidrasi Sedang + Despepsi + Elektrolit Inbalance

b.         Riwayat kesehatan sekarang

1.      Alasan masuk rumah sakit
Sejak 1 minggu SMRS klien mengalami panas badan, sejak 3 hari SMRS klien mengeluh BAB mencret, mual dan muntah, perut terasa kembung dan kram, nafsu makan menurun klien mengatakan sudah berobat (ke dikter praktek) tapi belum ada perubahan, lalu klien berobat ke RS. Dustira dan dokter menyarankan agar klien dirawat di Ruang Perawatan IX rumah sakit Dustira.
2.      Keluhan utama
Klien mengeluh panas badan dan demam.
3.      Keluhan pada saat didata
Klien mengeluh panas badan/demam. Demam ini dirasakan meningkat pada malam hari dan jika klien kecapaian/banyak beraktivitas, keluhan berkurang pada siang hari dan jika klien istirahat total di tempat tidur. Keluhan disertai mual, kembung dan nyeri pada daerah ulu hati. Keluhan ini dirasakan hilang timbul.

c.         Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan bahwa klien mempunyai penyakit gastritis, tapi belum pernah dirawat di rumah sakit.

d.         Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa suami klien meninggal karena penyakit yang terjadi pada orang tua seperti pegal-pegal itu terjadi 5 tahun yang lalu. Klien mengatakan keluarga yang lain tidak ada yang memiliki penyakit seperti klien atau penyakit lainnya.

e.                   Struktur keluarga
Klien mengatakn bahwa klien adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara, klien sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak, yang telah menikah. Suami klien telah meninggal dan klien tinggal bersama keluarga anak pertama dan cucunya.



Gambar 2
Struktur Keluarga Ny.S
 

           









                    Keterangan :

            Laki-laki
Perempuan
Klien
            Tinggal serumah
Meninggal dunia
Hubungan perkawinan











f.                    Data Biologis


g.         Pemeriksaan Fisik
1.   Keadaan umum
Kesadaran             : compos mentis, klien tampak lemah
TTV           TD       : 100/60 mm Hg
N         : 100x/menit
S          : 38,10C
R         : 20x/menit
BB       : 40 kg
TB       : 152 cm
2.      Kepala, leher dan axila
·         Kepala    : Simetris, tidak terdapat lesi, massa dan benjolan, rambut beruban, distribusi merata, tidak berketombe.
·         Leher      :  Bentuk leher simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan atau massa, trakhea terletak di tengah, tidak ada pembengkakan kelenjar typhoid, JUP tidak meningkat, reflek menelan baik.
·         Axilla     :  Tampak bersih, berbulu sedikit, tidak terdapat lesi, maupun massa dan benjolan.
3.      Sistem integumen
Warna kulit coklat muda/sawo matang, tekstur kulit agak keriput, suhu kulit hangat, tidak ada lesi, turgor kulit kurang baik (pada test turgor kulit lambat kembali/kembali pada 2 – 3 detik).


4.      Sistem penglihatan
Bentuk dan ukuran mata simetris, konjungtiva anemis, tidak ada nyeri tekan pada bola mata, sklera tampak agak kemerahan, anikterik, pupil ishokar, gerakkan bola mata tidak terbatas (sesuai dengan 8 arah tatapan mata), dalam melihat/membaca klien menggunakan kaca mata (+) tetapi klien tidak mengetahui ukurannya.
5.      Sistem pendengaran
Bentuk dan ukuran telinga simetris, posisi pinna sejajar dengan sudut mata, daun telinga keras, keadaan telinga agak kotor, pendengaran klien baik.
6.      Sistem pencernaan
a.       Mulut dan kerongkongan
Bentuk bibir simetris, bibir agak kering, warna merah kecoklatan, mukosa mulut agak lembab, warna merah muda, tidak ada lesi, tidak ada pendarahan, ovula berada di tengah. Tonsil terletak simetris, lidah berwarna merah dan tampak kotor, bentuk simetris, jumlah gigi 28 buah (termasuk yang tanggal), terdapat caries, warna gigi kekuningan.
b.      Abdomen
Bentuk datar dan lembut, hepar tidak teraba membesar, terdapat nyeri tekan dengan skala ringan 1 (pada sakala 1 – 5), pada kuadran kanan dan kiri bawah. Bising usus 20 – 24 x/m, tanda meuphy (-).
7.      Sistem pernafasan dan kardivaskuler
a.       Hidung, bentuk simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip dan sumbatan, mukosa berwarna merah muda, tidak ada nyri tekan, penciuman baik, tidak ada pengeluaran sekret.
b.      Trakhea, bentuk simetris, posisi di tengah.
c.       Thorax, bentuk simetris, warna kulit coklat muda, tidak ada benjolan.
Auskultasi bronchus                   :     bronchoveskuler, tidak ada wheezing dan ronchi
Auskultasi permukaan pari         :     veikuler
Perkusi permukaan paru             :     resonan
d.      Jantung, tidak ada nyeri tekan pada jantung, irama jantung reguler, frekuensi jantung 100 x/m.
8.      Sistem muskuloskeletal
Pada ekstremitas kanan atas terdapat infus, ekstremitas atas dan bawah : kekuatan otot pada derajat + 4 (dapat menahan gaya berat dan sedikit tekanan), tidak ada oedema.

h.         Data Psikologis
1.   Status emosi
Wajah klien tampak murung dan sering menanyakan tentang penyakitnya dan sering menanyakan kapan ia bisa pulang.
2.      Konsep diri
a.       Body image
Klien tidak pernah merasa minder dengan keadaan penyakitnya
b.      Harga diri
c.       Ideal diri
Klien sangat berkeinginan agar penyakitnya cepat sembuh

d.      Peran
Peran klien sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keadaan rumah terganggu sehubungan dengan penyakitnya
e.       Identitas diri
Klien mengatakan bahwa klien adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara, klien menikah dan mempunyai 3 orang anak dan 4 cucu, klien tinggal bersama anak pertama bersama keluarganya.
3.      Koping mekanisme
Bila ada masalah klien selalu membicarakannya dengan anak pertama + suaminya dan memecahkannya bersama.
4.      Pola kognitif
Klien kurang mengetahui tentang penyakitnya, tentang tanda dan gejala, tentang perawatan dan pencegahannya.

i.          Data  Sosial
1.   Gaya komunikasi
Dalam menjawab setiap pertanyaan klien menggunakan bahasa verbal (sunda),  klien cukup terbuka dalam mengungkapkan perasaannya.
2.      Pola Interaksi
Klien mampu menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitar, baik dengan dokter, perawat maupun pasien lain.



j.          Data Spiritual
Klien adalah penganut agama Islam, selalu berusaha menjalankan ibadah dan berdoa demi kesembuhannya.

k.         Data Penunjang

l.          Therapy
1.   Infus RL 3 liter/hari          = labu ke-20
2.   Amoxicillin 2 x 1
3.   KSQ 1 x 1










2.2.            ANALISIS DATA












Prioritas masalah
1.         Gangguan keseimbangan suhu tubuh : hypertermia sehubungan dengan peradangan
2.                  Gangguan intake makanan berhubungan dengan mual
3.                  Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan demam
4.                  Gangguan eliminasi berhubungan dengan mencret
5.                  Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6.                  Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

2.3.      DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN





2.4.      Rencana Asuhan Keperawatan

       

 



2.5.      CATATAN TINDAKAN DAN EVALUASI









2.6.      CATATAN PERKEMBANGAN






2.7.      PEMBAHASAN
 Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Typhoid Fever, penulis mendapatkan kesenjangan antara konsep teori yang terdapat pada bab dua dengan kenyataan yang didapat pada bab tiga.
Dalam teori yang penulis dapatkan dari buku sumber Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 2, 1999, diagnosa yang muncul pada penderita typhus abdominalis sebanyak diagnosa keperawatan, sedangkan yang penulis dapatkan dalam realita pada bab tiga setelah dilakukan pengkajian pada Ny.S terdapat 6 diagnosa keperawatan yang terdiri dari gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan intake makanan, gangguan eliminasi, gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, gangguan aktivitas dan gangguan rasa aman cemas.
Asuhan keperawatan yang dilaksanakan penulis pada dasarnya terdiri dari empat tahap pokok, yaitu pengkajian , perumusan masalah/diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi yang dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan penderita aspek biopsikososio spiritual.
Penulis menemukan beberapa aspek yang memerlukan pembahasan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu antara lain :
1.                  Tahap Pengkajian
Pengkajian pada klien bertujuan untuk mengetahui keadaan sehat dan sakit. Faktor-faktor yang dapat dikaji pada tahapan ini adalah meliputi keadaan struktural dan fungsional klien, pola interaksi dan pola kebiasaan hidup sehari-hari serta riwayat kesehatan klien.
Pada tahap pengkajian ditemukan data-data yang mengarah pada penyakit typhoid fever yang disebabkan karena infeksi basil salmonella typhosa terhadap berbagai keadaan yang dapat melemahkan daya tahan tubuh yang sesuai dengan teoritis, tetapi pada pengkajian tidak ditemukan data yang mengarah pada komplikasi dari penyakit yang diderita.

2.                  Tahapan Perencanaan
Berdasarkan teori rencana keperawatan pada Ny.S adalah sebagai dasar atau acuan yang diajukan untuk memudahkan atau meningkatkan permasalahan yang dihadapi, didalamnya terdapat langkah-langkah menentukan sasaran, tujuan, intervensi keperawatan dan rencana evaluasi.
Perencanaan yang ditetapkan untuk masalah penyakit yang dihadapi oleh Ny.S sesuai dengan teori yaitu renvana yang ditetapkan mengarah pada penyuluhan, penjelasan, motivasi dari tujuan pada masalah kesehatan yang sedang dihadapi, perencanaan ditetapkan dengan cara penyuluhan tentang perawatan dan pencegahan penularan typhus.

3.                  Tahap Pelaksanaan
Sesuai dengan perencanaan bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S ini bertujuan mengadakan perubahan perilaku yang mencerminkan pola hidup sehat. Pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dari masalah kesehatan typhoid fever pada Ny. S.
Faktor pendukung dalam melaksankan asuhan keperawatan ini adalah adanya keinginan dari Ny.S untuk berubah dan melaksanakan sesuatu kearah yang lebih baik, hal ini merupakan sumber daya yang besar dari klien dan keluarga dan faktor penghambatnya adalah faktor usia Ny.S yang sudah lansia yang kurang perhatian terhadap kesehatan karena pasrah akan kematian.

4.                  Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu proses perawatan dan menentukan sejauhmana tujuan perawatan telah tercapai. Setelah dilakukan tahapan proses perawatan, penulis dapat mengevaluasi sebagaian implementasi.
Pada masalah kesehatan dengan typhoid fever pada Ny.S hal-hal yang dapat dievaluasi adalah klien dapat memahami tentang masalah kesehatan yang sedang dihadapi, hal-hal yang dapat dievaluasi adalah klien dalam keluarga dapat memahami perawatan dan pencegahan penularan penyakit yang diderita.







BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1.      Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan kepada Ny.S dengan  menggunakan pendekatan proses keperawatan, maka dapat penulis menyimpulkan sebagai berikut :
1.      Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan suhu tubuh : hipertermi akibat typhoid fever dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, analisa data, dan perumusan diagnosa keperawatan yang dilanjutkan dengan menentukan intervensi, melaksanakan implementasi berdasarkan intervensi dan melaksanakan evaluasi.
2.      Masalah yang ditemukan pada Ny.S yaitu gangguan keseimbangan suhu tubuh : hipertermi, gangguan intake makanan, gangguan eliminasi, gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, gangguan aktivitas, gangguan rasa aman : cemas.
3.      Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny.S penulis tidak terlalu banyak menemukan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang didapat.



 4.2.     Saran
Agar Ny.S dapat melaksanakan program hidup sehat dengan cara mengontrol kesehatan secara teratur, mampu menjalankan diiet sesuai program untuk penderita typhoid, mampu menjalankan perawatan dan mencegah terjadinya komplikasi.



















DAFTAR PUSTAKA



1.                  Brenda
2.                  Dorland, Kamus Saku Kedokteran, Edisi 25, EGC, 1998.
3.                  Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, FKUI, 1995.
4.                  Lynda Juall Carpenito, Rencana Keperawatan, Edisi 2, EGC, 1999.
5.                  Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, FKUI, 1982
6.                  Perawatan V.A, FKPP-SPK se-Jawa Barat, Bandung, 1957.
7.                  Prince, Sylvia dan Willson, Lorraine M, Patofisiologi, Edisi 4, EGC, 1954.
















Lampiran I


SATUAN ACARA PENYULUHAN



Mata Ajaran                         :  TP I A
Pokok Bahasan                    :  Penyakit gangguan sistem pencernaan
Sub Pokok Bahasan             :  Penyakit Typhoid Fever
TK / Semester                      :  II / IV
Hari / Tanggal                      :  Selasa, 9 Juli 2002
Waktu                                  :  15 menit
Mahasiswa                           :  Dewi Eka Wijayanti
Dosen Pembimbing              :  Dra. Hj. Yulisma, Bsc.

I.         Tujuan  Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, klien mengetahui tentang penyakit typhoid fever/demam typhoid

II.        Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, klien dapat :
a.                   Menyebutkan kembali pengertian  typhoid fever dengan benar tanpa diberi tahu
b.                  Menyebutkan kembali dengan benar penyebab typhoid fever tanpa diberi tahu
c.                   Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari penyakit typhoid fever dengan benar-benar tanpa diberi tahu.
d.                  Menyebutkan kembali cara perawatan dan pencegahan penyakit typhoid fever dengan benar tanpa diberi tahu


III.            Materi Penyuluhan
1.                  Pengertian penyakit typhoid fever/demam typhoid
2.                  Penyebab penyakit typhoid fever
3.                  Tanda dan gejala penyakit typhoid fever
4.                  Perawatan dan pencegahan  penyakit typhoid fever

IV.             Kegiatan Penyuluhan

1.                  Metoda            : Diskusi dan tanya jawab
2.                  Kegiatan belajar mengajar


 


V.        Media dan Sumber

Media              :           Pamflet
Sumber            :           - Perawatan VA
                                    - Patofisiologi, EGC

VI.       Evaluasi

1.                  Prosedur                                  : Post Test
2.                  Bentuk pertanyaan                  : Pertanyaan langsung
3.                  Sola-soal pertanyaan   :
a.                   Sebutkan pengertian penyakit Typhus ?
b.                  Sebutkan penyebab penyakit Typhus ?
c.                   Sebutkan tanda dan gejala penyakit Typhus ?
d.                  Sebutkan cara perawatan dan pencegahan Typhus ?

 
































Lampiran II


MATERI PENYULUHAN


A.                Pengertian Penyakit Demem Typhoid
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut dengan kelianan atau kerusakan pada usus halus

B.                 Penyebab Penyakit Demam Typhoid
Penyebab demam typhoid adalah Kuman (basiltyphus) Salmonella Typhosa, Egerthela Typhosa, Salmonella Paratyposa

C.                Tanda dan Gejala Demam Typhoid
1.                  Panas terus menerus lebih dari 7 hari
2.                  Pusing, mual, muntah
3.                  Badan lemas
4.                  Lidah kotor di tengah, tepi dan ujung lidah tremor dan merah
5.                  Pembesaran hati, nyeri tekan pada hati
6.                  Kadang-kadang obstipasi atau diare

D.                Perawatan Demam Typhoid
1.                  Tirah baring minimal 7 hari
2.                  Makanan cair sampai padat secara bertahap
Syarat makanan :
-          Mudah dicerna
-          Porsi kecil tapi sering
-          Tidak merangsang
-          Tinggi kalori tinggi protein
-          Cukup gizi
3.                  Minum obat secara teratur
E.                 Pencegahan
1.                  Usaha terhadap lingkungan hidup
-          Penyediaan air bersih
-          Pembuangan kotoran
-          Pemberantasan vektor, misalnya : nyamuk
2.                  Usaha terhadap manusia
-          Imunisasi
-          Isolasi terhadap penyakit
-          Pendidikan kesehatan